9

2.9K 259 17
                                    





Seperti yang diduga, ini adalah pesta pernikahan yang mewah. Jantung Jeno terasa berdegup kencang ketika melangkah memasuki gedung ini. Dekorasinya sangat indah dan kemudian perasaan itu menyergapnya lagi,perasaan yang menyadarkannya bahwa dia sedang menghadiri pesta pernikahan Jaemin.

Jaemin. Lelaki itu berdiri di sana, dengan Renjun di sebelahnya. Keduanya tampak megah dalam balutan busana bernuansa emas. Lalu keluarga Jaemin, ibunya, sepupu-sepupunya, tantenya dan semuanya yang dulu sempat mengenal Jeno melihatnya, kemudian berbisik-bisik dan menatapnya dengan penuh spekulasi. Jantung Jeno berdenyut lagi, lebih kencang. Mampukah dia naik ke sana dan menyalami Jaemin dengan tegar, dibawah tatapan mata tajam seluruh keluarga Jaemin?

Jaehyun seolah-olah menyadari perasaan Jeno yang campur aduk, dia mengencangkan genggamannya di jemari Jeno, dan berbisik lembut.

"Kau datang kesini bersamaku, aku suamimu. Dan aku adalah laki-laki yang seratus kali lebih baik dari mantan pacarmu yang sedang bersanding di pelaminan itu. Jadi tegakkan dagumu, tunjukkan kebanggaanmu. Kau tidak rugi ditinggalkan olehnya, dia yang rugi karena kehilanganmu. Tunjukkan betapa berharganya dirimu kepada Jaemin dan betapa berharganya dirimu, karena kau adalah isteriku."

Bisikan Jaehyun itu, meskipun begitu penuh kesombongan dan arogansi, mampu menghilangkan kegugupannya. Jaehyun benar, dia tidak seharusnya takut ataupun gugup atas pandangan menilai ibu dan keluarga Jaemin. Dia datang ke sini bersama Jaehyun, suaminya. Dan Jaehyun mendukung sepenuhnya Jeno untuk memamerkan kebanggaan dirinya, karena ternyata mampu berujung lebih baik dari Jaehyun.

Jaehyun tersenyum melihat perubahan ekspresi Jeno, "Bagus, ayo isteriku, kita salami mantan kekasihmu yang tidak beruntung itu."

Lelaki itu menghela Jeno dengan lembut menaiki panggung tempat Jaemin dan Renjun berdiri. jaehyun yang melangkah duluan dan menyalami Jaehyun dengan senyum mengejeknya yang menjengkelkan,

"Selamat." gumamnya dengan suara tegas, lalu menghela Jeno mendekat, "Kemari sayang, kita harus memberi selamat kepada pasangan ini." suaranya berubah mesra.

Jeno mendekat dan menyalami Jaemin. Dia merasakan genggaman yang berbeda dan Jaemin menatapnya dengan tatapan tersiksa. Tapi Jeno menguatkan diri. Ini jalan yang dipilih Jaehyun dan Jeno sudah memilih jalan yang berbeda jauh.

"Selamat Jaemin. Selamat Renjun." suaranya terdengar tegas, dan kuat, dan tulus. Menyalami Jaemin yang terlihat sedih dan Renjun yang tersenyum kaku.

Kemudian mereka berhadapan dengan Mama Jaemin. Dan seketika ingatan itu berkelebat di benak Jeno, ingatan ketika Jaemin memperkenalkannya ke mamanya. Jeno yang lugu waktu itu mengulurkan tangannya. Dan mama Jaemin hanya menatap jemarinya dengan angkuh, lalu memalingkan mukanya dengan mencemooh, tak mau membalas salamannya dan membuat Jeno harus menarik tangannya mundur pelan-pelan dengan penuh rasa malu.

Kali ini, Mama Jaemin menatap Jaehyun dan Jeno dengan gugup. "Jeno tidak kusangka bertemu lagi denganmu di sini." suara mama Jaemin bernada ramah yang dibuat-buat. Lalu tanpa di sangka perempuan itu mengulurkan tangan kepadanya, "Dan sekarang kau adalah isteri Tuan Jaehyun, kami sekeluarga belum mengucapkan selamat, selamat ya."

Godaan untuk menolak uluran tangan itu dan membalaskan kesakitannya di masa lalu sangatlah besar, tetapi Jeno sadar, dia akan tampak kekanak-kanakan kalau melakukannya, lagipula situasi ini sudah merupakan pembalasan tidak langsung untuk Jaemin dan ibunya. Disambutnya uluran tangan itu lembut.

"Terima kasih," gumamnya pelan dalam senyum.

Jaehyun menatap kepadanya, memahaminya dalam senyum pengertian. Lalu setelah basa-basi sejenak yang kaku, Jaehyun berpamitan dan mengajak Jeno keluar dari gedung dan acara penikahan yang menyesakkan napas itu.

Perjanjian HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang