8

2.8K 268 6
                                    

Senja bergayut berganti malam, begitupun rasa hatiku kepadamu. Kau yang selalu ada, kau yang terbiasa ada, tiba-tiba kusadari, aku takut kalau kau jadi tak ada... Aku takut kehilanganmu, wahai kau, sosok yang perasaanku kepadamu... Tak bisa terdeskripsikan oleh hatiku

.

.

Jeno tertegun. Menyadari kebenaran kata-kata Jaehyun, benar juga. Dari awal alasan utama mereka menikah adalah demi menjaga perasaan mama Jaehyun, sekarang sang mama sudah tiada, tidak ada lagi alasan yang membuat mereka harus menikah. Tapi Jeno teringat kepada Chenle yang mempercayakan Jaehyun kepadanya, kepada Jisung yang akhirnya mempercayai kalau Jeno dan Jaehyun saling mencintai, dan kepada ibunya yang begitu berbahagia karena Jeno akhirnya bisa menyembuhkan luka hatinya dan bertemu dengan jodohnya. Bagaimana perasaan mereka semua kalau menyadari bahwa Jeno dan Jaehyun telah membohongi mereka?

Jaehyun berdeham pelan, menggugah Jeno dari lamunannya,

"Tetapi tentu saja kita tidak bisa gegabah mengakhiri pernikahan ini..." Jaehyun menatap Jeno dalam-dalam, "Selain karena pernikahan ini baru sebentar, kita juga harus bisa memberikan alasan yang tepat kepada keluarga kita kenapa kita berpisah... Jadi sementara ini, mungkin kita harus bertoleransi dan melanjutkan sandiwara pernikahan ini, kau tidak keberatan kan Jeno?"

jeno tercenung, sebenarnya melanjutkan sandiwara pernikahan ini terasa sangat memberatkan, tetapi membayangkan bercerai diusia pernikahan yang masih sangat muda, belum lagi menjelaskan kepada semuanya terasa begitu berat. Jeno juga yakin bahwa berpura-pura melanjutkan pernikahan ini adalah yang terbaik.

"Ya... Mungkin kita bisa menjalani seperti ini dulu sampai kita bisa menemukan alasan dan waktu yang tepat untuk berpisah."

Jaehyun menganggukkan kepalanya, lalu tersenyum miring, "Lagipula kita sepertinya nyaman menjalani pernikahan ini." senyumnya berubah menggoda, "Aku takut tiba-tiba kita sudah menjalani bertahun-tahun dan tetap belum menemukan alasan untuk berpisah. Hmmm... Bagaimana kalau kita jalani pernikahan yang sesungguhnya saja?"

Jeno membelalakkan mata dan menatap Jaehyun dengan marah, "Hentikan candaanmu itu."

"Aku tidak bercanda." senyum Jaehyun berubah sensual,

"Kupikir aku cukup bisa menerima memiliki isteri sepertimu, dalam hal sebenarnya."

Wajah Jeno menjadi merah padam ketika berhasil mencerna kata-kata Jaehyun, lelaki ini benar-benar kurang ajar dan tidak tahu sopan santun. Kalau memang Jeno memiliki impian tentang seorang suami, pasti dia bukan tipe lelaki seperti Jaehyun!

.....

"Baju baru untukmu sudah datang." jaehyun yang sedang membaca buku di atas ranjang mengedikkan dagunya ke arah Jas hijau keemasan yang digantungkan di lemari, "Cobalah."

Jeno yang baru memasuki kamar mengernyit bingung. Baju baru? Untuk apa? Hari ini sudah hampir tiga minggu setelah kematian mama Jaehyun. Semula semua terasa berat bagi mereka di rumah ini. Jeno masih sering menangis terisak-isak sendirian, untunglah Jisung sering mengunjunginya dan menguatkannya, hingga bisa membuatnya mulai bisa tersenyum dan tertawa sedikit.

Sementara Jaehyun... Jaehyun masih tetap sama, selain kerapuhannya yang ditunjukkan kepada Jeno malam itu, Jaehyun luar biasa dingin dan kaku. Masih mengenakan topeng yang sama, topeng datar dan tanpa emosi miliknya.

"Kau lupa?" Jaehyun terkekeh, "Besok kan hari pernikahan mantan pacarmu."

Jaemin? Besok hari pernikahan Jaemin? Tiba-tiba dada Jeno terasa nyeri, dia memang sudah hampir bisa melupakan Jaemin, melupakan rasa sakitnya akibat ditinggalkan Jaemin dan melupakan perasaan cintanya yang dulu tumbuh begitu subur kepada Jaemin, tetapi entah kenapa, kesadaran bahwa Jaemin mengikat dirinya kepada orang lain, dan pengetahuan bahwa Jaemin tidak bahagia membuat dadanya terasa sesak.

Perjanjian HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang