13

3.9K 301 31
                                    


Pagi itu Jeno pulang dari rumah sakit, Jaehyun yang menjemputnya di-jam makan siang, masih mengenakan jas kerja yang membuatnya tampak elegan dan begitu tampan. Mereka diam dalam perjalanan pulang.

Mereka masuk ke kamar dan Jeno duduk di pinggiran ranjang, menatap Jaehyun yang meletakkan tas-tas berisi pakaian Jeno ke depan meja rias.

"Kau tidak berangkat kerja lagi?"

Jaehyun menoleh dan tersenyum, "Tidak, aku tidak kembali lagi. Aku pikir mungkin kau perlu ditemani hari ini."

Jeno mendesah, "Tidak apa-apa, aku bisa istirahat dan tidur seharian."

"Aku sudah memintakan izin ke TK tempatmu mengajar," Jaehyun termenung, "Kau akan bosan kalau berbaring seharian disini tanpa teman, jadi aku akan menemanimu. Chenle masih kuliah sampai sore, dan aku juga sudah meminta ibu untuk sementara tinggal di sini menemanimu besok kalau aku bekerja dan rumah kosong sementara kau masih harus istirahat di rumah, beliau baru bisa menginap disini nanti malam, aku sudah menyuruh supir menjemput beliau."

"Terima kasih Jaehyun." bisik Jeno dengan tulus.

Jaehyun tersenyum, lalu duduk di sofa di sudut kamar, menatap Jeno dengan miris.

"Kita harus mulai mempersiapkan bagaimana menjelaskan kepada mereka semua kalau kita akan berpisah."

Kenapa kau tampak sangat ingin segera berpisah denganku?

Hati Jeno dipenuhi oleh pertanyaan-pertanyaan yang membuatnya pedih, tetapi dia tidak mampu mengutarakannya.

"Mungkin kita harus mengutarakan yang sebenarnya kepada mereka," gumam Jeno akhirnya.

Jaehyun tersenyum, "Chenle akan sangat marah kepadaku. Dia pasti berpikir aku sudah menodaimu, mengingat reputasiku selama ini."

"Aku akan menjelaskan kepadanya," Jeno tersenyum,

"Bahwa kau berlaku bagai malaikat terhadapku setiap malam."

"Malaikat?" Jaehyun menatap Jeno dengan pandangan misteriusnya lagi, seakan ingin berkata sesuatu tetapi tertahankan, "Aku sebenarnya tidak ingin perceraian ini terjadi, apalagi dalam waktu-waktu dekat."

Jantung Jeno berdegup, merasakan harapan tumbuh di dalam dirinya. Jaehyun tidak menginginkan perpisahan dengannya? Apakah itu karena Jaehyun ingin bersamanya? Jaehyun...mencintainya?"

"Kenapa?" suara Jeno serak oleh antisipasi.

"Kalau kita bercerai kau akan menyandang duda di usia muda, diceraikan hanya dalam beberapa bulan pernikahan, aku... beban sosialku tidak akan seberat dirimu," Jeno mendesah,

"Aku mencemaskanmu. Itulah alasanku menunda-nunda perihal pernikahan ini."

Tetapi kau tidak mencintaiku. Jeno mendesah lagi dalam hati. Seandainya kau bilang kau tidak menginginkan perpisahan karena kau mencintaiku, aku akan mengaku kalau aku mencintaimu...

"Aku tidak apa-apa. Aku sudah lelah dengan sandiwara ini." Jeno mendesah, akhirnya.

"Kenapa kau begitu ingin perceraian?" Jaehyun menatapnya lurus-lurus, "Apakah kau tidak bahagia?"

Bukankah kau yang menginginkan perceraian? Jeno menjerit dalam hati. Tetapi lalu memalingkan muka, bingung harus menjawab apa.

"Aku minta maaf kalau sudah membuat hidupmu bagai di neraka. Sungguh aku tidak berencana menyiksamu seperti itu. Kau mungkin ingin bebas dan menemukan cinta sejatimu di luar sana, dan itu tidak akan terjadi kalau kau masih terikat sebagai isteriku." Jaehyun mendesah, "Aku tidak berhak menghalangi kebahagiaanmu."

Jeno memejamkan matanya, tak sanggup lagi mendengar.

"Kau tidak apa-apa?" Jaehyun tampak cemas melihat Jeno memejamkan matanya sambil mengerutkan dahi.

Perjanjian HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang