Ketika kau harus memilih, mana yang akan kau pilih? Sesuatu yang ada dalam genggamanmu, tetapi masih kau ragukan, atau...sesuatu yang dulu pernah ada dalam genggamanmu, sempat terlepas,tetapi ingin kembali pulang?
.
.
.
.
Jeno ternganga, begitupun Chenle dan Jisung yang ada di ruang tunggu ICCU itu. Dengan gugup Jeno menelan ludah, menatap Jaehyun yang tampak begitu serius, menatap Chenle dan Jisung yang mengamati mereka dengan penuh keingintahuan.
Jeno bingung harus bicara apa. Kalau menurut kata hatinya, seharusnya dia langsung menolak mentah-mentah lamaran itu, bukankah saat ini mereka sedang mempersiapkan pernikahan yang hanya sandiwara? Kenapa Jaehyun melamarnya di sini, di depan kedua adik mereka? Bagaimana Jeno harus menanggapinya? dengan sungguh-sungguh atau bersandiwara?
"Jaehyun...?" Jeno bergumam lirih berusaha supaya tidak terdengar oleh Chenle dan Jisung yang ada di ujung ruangan.
Jaehyun menatap Jeno dengan mata membara, tampak tersiksa,
"Please." mulutnya membentuk permohonan tanpa bersuara.
Jeno menelan ludah lagi. Jaehyun pasti punya alasan melakukan ini, mungkin dia akan menjelaskannya nanti. Dan jika ternyata mereka salah arah, Jeno berharap Jaehyun bisa mengeluarkannya dari masalah ini.
Dengan menguatkan hati, Jeno menganggukkan kepalanya. "Baik Jaehyun aku bersedia menikah denganmu." terdengar suara helaan napas Chenle di sudut ruangan, lega. Sementara Jeno mencuri pandang ke ekspresi adiknya yang tercekat. Mungkin sama seperti dirinya, Jisung kaget dan tidak menyangka hubungan Jeno dan Jaehyun berkembang secepat ini.
Sedangkan Jaehyun, lelaki itu memejamkan matanya tampak lega luar biasa. Lalu dengan cepat, seolah takut Jeno berubah pikiran, dia menyelipkan cincin yang mereka beli barusan ke jemari Jeno.
"Itu jadi cincin pertunangan kita. Besok kita beli lagi cincin pernikahan," bisiknya serak sambil mengecup jemari Jeno yang bercincin. Jaehyun lalu berdiri dari posisi berlututnya, tampak menjulang di depan Jeno, "Baiklah Jeno, karena kau telah menyetujuinya, kita akan menikah besok."
"Besok?!"
Kali ini yang bersuara kaget bukan hanya Jeno, tetapi juga Jisung dan Chenle.
Jaehyun menghela napas panjang, lalu menoleh sedih ke arah ruangan ICCU. "Mama sedang memperjuangkan hidupnya di sana, serangan ini tidak akan terjadi satu kali saja, pasti akan terjadi lagi, dan setiap terjadi kita mempunyai resiko kehilangan mama, satu-satunya permintaannya adalah bisa melihat aku menikah." kesedihan di mata Jaehyun bukanlah sandiwara, lelaki itu benar-benar sakit dengan kondisi mamanya, "Aku tidak mungkin menolak permohonan mama kan? Akan hidup dengan penyesalan yang mendalam kalau sampai mama meninggal dan aku tidak bisa melakukan amanat satu-satunya darinya."
Chenle mengusap air matanya dengan pedih, membiarkan dirinya dipeluk oleh Jisung.
Sementara itu, Jisung mengamati Jaehyun dan Jeno berganti-ganti. "Apakah... Apakah kalian yakin? Aku tidak tahu seberapa lama dan seberapa dalam hubungan kalian berdua... Meskipun aku sangat senang kalian bersatu, tapi... Pernikahan mempunyai dasar pertimbangan lain selain cinta dan pemenuhan amanat untuk orang lain... Pernikahan adalah komitmen seumur hidup... Untuk selamanya kalau bisa," gumam Jisung, mencoba mencari jawaban dari ekspresi dua manusia di depannya.
Wajah Jeno memucat, tetapi tidak bisa berkata-kata. Jisung benar, pernikahan adalah hal yang sangat serius untuk dilakukan. Mereka melakukan janji di hadapan Tuhan, dan itu bukan main-main. Selain itu, jangankan komitmen seumur hidup, mereka bahkan tidak mempunyai cinta satu sama lain yang bisa mendukung komitmen itu. Apa yang harus dia lakukan? Dia menyetujui sandiwara ini dari awal dan kemudian terseret arus, tidak bisa kembali lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjanjian Hati
Fanfictionjeno tak menyangka, putus cinta semenyakitkan ini ⚠️ Original by Santhy Agatha (.◜◡◝) .Ini bukan cerita saya sendiri, ini hanya remake dari novel dengan judul yang sama. . Semua tokohnya hanya fiksi, . Tidak ada hubungan dengan karakter asli pemer...