Chapter 34 Rindu

233 39 0
                                    

Genma, Hinata, Uta, Kiba, dan Matsuri duduk berhadap - hadapan di ruang ganti. Uta tersenyum dengan bibir sobek, Kiba menunduk juga dengan sobekan kecil di bibir bawah. Sementara Matsuri merapikan kotak P3K dengan wajah takut.

"Jadi, siapa diantara kalian yang mau menjelaskan apa yang sebenarnya sedang terjadi?"

"Tidak ada apa - apa Coach, ini namanya salam perkenalan" jawab Uta santai, dia sempat mengedipkan mata pada Matsuri.

"Uta, bukankah kamu yang meminta tim membawa Inuzuka? Jadi?"

"Betul jadi karena itu lupakan saja, pertengkaran antara lelaki itu mempererat hubungan Coach, santai saja, bukan kah begitu Kiba-kun"

"Terserah" jawab Kiba.

"Baik, jadi tidak ada yang mau bicara? Aku akan membantu kalian agar kalian lebin dekat, mulai sekarang setelah latihan rutin, silahkan tambah latihan kalian bersama selama 1 jam" Genma menarik rambut panjangnya untuk menghilangkan kekesalannya "dan Hinata tolong buat mereka berdua yang harus bicara pada liputan koran Suna nanti, oke? Agar mereka semakin dekat"

"Ba.. baik"

"Dan jam berapa jadwal wawancara dari tim medis baru?"

"Sakura Senpai?, eung, malam kurasa, dia masih aktif di IGD" jawab Matsuri, mendengar nama Sakura disebut - sebut, baik Uta maupun Kiba, wajah keduanya mengeras.

"Sakura-chan? Kukira dia tidak jadi bergabung? Aku gak kasih dia izin" Uta menarik Matsuri mendekat, dengan wajah merona Matsuri menjelaskan kalau Sasori lah yang memasukan nama Sakura dalam seleksi tim.

"Izin? Apa urusanmu? Hah playboy ini, berhentilah, jangan terus - terusan mengganggu wanita di tim, aku bosan melihat wajah kalian" Genma mengeluh karena sebagian besar wanita yang bergabung akan mengundurkan diri hanya dalam waktu 3 bulan atau pun dimutasi. Semua itu terjadi karena Uta yang menggoda mereka hingga mereka patah hati lalu mengundurkan diri atau terjadi pertengkaran antara wanita - wanita itu.

"Hey, yang ini beda, yang ini, hmmm.. apa ya.. rahasia.. bagaimana ini Kiba-kun, sepertinya Sakura tetap bergabung?"

"Itu bukan urusanmu, Sakura tidak perlu izinmu atau pun aku, pembicaraan kita sudah selesai Coach?, aku pergi duluan" Kiba mengambil tasnya dengan kasar dan membanting pintu ruang ganti.

"Kiba-kun, kekasihmu tertinggal, bagaimana ini Hinata?" Uta mengedipkan mata pada Hinata yang duduk di hadapannya.

🌸🐶🌸🐶🌸

Sakura berjalan cepat menuju gedung latihan tim basket Golden Sand. Dia terlambat sekitar 20 menit dari waktu janjinya, Sakura membawa berkas hasil tes kesehatan yang dititipkan Kankuro padanya. Dia terjebak dengan rutinitas IGD. Musim pertandingan olahraga di Suna adalah petaka bagi dokter jaga di IGD. Pertengkaran kecil hingga keributan besar sangat sering terjadi. Terkadang IGD akan diserbu oleh orang mabuk yang babak belur. Kadang juga korban ledakan kembang api.

Salah satu alasan Sasori mengajak Sakura pindah adalah itu. Keributan di Suna adalah sesuatu yang sangat sering terjadi. Sasori meminta Sakura masuk Golden Sand atau kembali ke Konoha yang relatif lebih aman. Sakura sangat mengantuk, belum lagi bagian bawah mata kirinya lebam terkena pukulan orang yang mabuk. Sakura jauh dari kata cantik dan menarik hari ini.

Warna pertama yang dia lihat adalah warna biru tua. Dia bisa melihat Hinata yang sedang menatap tabletnya sambil berbicara dengan Kiba. Uta berdiri di samping Kiba sesekali menimpali ucapan Hinata dan coachnya. Uta melambaikan tangannya setelah melihat Sakura yang baru datang.

"Oh, Sakura-san, ah para pemabuk membuat ulah lagi?" Sakura mengangguk dan menyerahkan berkas berisikan hasil tes kesehatan tim basket pada Genma.

"Aku sudah lima tahun di tempat ini dan keinginanku hanya kembali ke Konoha"

"Hei, Coach jangan tinggalkan kami" beberapa pemain basket Golden Sand berteriak bersamaan.

"Aku sangat iri pada Kakashi yang hidup tenang dengan buku mesumnya di sana, ambil es batu di dalam kotak itu, kompres matamu itu, dengar kalau kamu bergabung, kamu dan Hinata adalah salah satu kekuatanku tahun ini, kecantikan asli Konoha, kita akan pecah konsentrasi lawan, jadi jangan sampai terluka" Sakura berpura - pura tertawa mendengar lelucon Genma. Dia sudah bertemu Genma saat proses wawancara, hanya saja Sakura belum memberi kepastian. Sakura belum sempat bicara dengan Kiba yang memintanya untuk tidak bergabung.

"Hmm.. karena aku hanya mau menyerahkan itu, kurasa aku pulang duluan?" Sakura berdiri dengan gelisah karena sepertinya anggota tim lain mulai memperhatikan dirinya.

"Ya, ya, benar juga, aku menunggu kabarmu bergabung dengan tim"

"Haha, akan aku pikirkan aku masih punya sekitar 3 minggu waktu wajib berkerja di IGD, Genma-san"

"Pulang denganku, tunggu sebentar lagi" Kiba mendekat dan berbisik pada Sakura yang berpamitan dengan Matsuri.

🌸🐶🌸🐶🌸

"Kamu tahu tidak kalau rasanya udara jadi sangat menyebalkan, dari tadi kamu menghela nafas, ada apa sih?" Sakura akhirnya meledak, Inuzuka Kiba terus menghembuskan nafas dengan keras.

"Dengar, aku tidak memaksamu ke rumahku, kamu yang mau ikut, kamu mengajakku makan malam, aku menolak karena aku sudah punya makanan di rumah, aku mengajakmu sebagai bentuk kesopanan, kamu bisa menolaknya, berhenti bersikap menyebalkan!" Sakura membanting mangkuk plastik besar berisikan salad.

"Makan dulu sebelum pergi, aku sudah menyiapkan untuk dua orang, Shikamaru di tempat Temari" Sakura mendorong mangkuk berisikan nasi ke hadapan Kiba dan mulai makan dengan cepat.

"Maaf, dengar.."

"Makan dulu! Tutup mulutmu, menyebalkan, makan!" Sakura menunjuk beef yakiniku dengan sumpitnya.

Sakura memperhatikan gerakan tangan Kiba yang mulai mengambil mangkuk nasi dan beef yakiniku buatannya, sup miso, dan beberapa gorengan yang bisa Sakura temukan di kulkasnya. Sesungguhnya, Sakura benar - benar hanya bersikap sopan pada Kiba dengan menawarkannya makan di rumahnya.

Sakura sebenarnya sedang sangat - sangat marah pada Kiba karena menghilang. Seperti sebuah permainan, Kiba yang awalnya sangat rajin menghubunginya tiba - tiba menghilang.

Pada bulan pertama di musim gugur, Sakura seperti memiliki alarm baru. Kiba meneleponnya, 10 menit setiap hari, tepat hanya 10 menit di malam hari, tepat jam 8 malam. Beberapa kali saat Sakura agak sibuk di rumah sakit, telepon itu tidak terangkat. Sakura sempat berpikir, Kiba akan menelepon lagi, tapi itu tidak pernah terjadi. Dari 24 jam yang dimiliki oleh Kiba, 10 menit menjadi bagian milik Sakura, tepat jam 8 malam.

Mulai bulan kedua di musim gugur, telepon itu mulai berkurang, empat kali dalam seminggu, menjadi dua kali dalam seminggu, menjadi satu kali dalam seminggu, hanya satu kali di akhir minggu, 10 menit tepat jam 8 malam. Sangat menyebalkan melihat Kiba yang hanya menghela nafas saat mereka bersama setelah sekian lama tidak bertemu.

"Aku merindukanmu, Sakura.."

Chance - Kibasaku FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang