selesai?

81 11 3
                                    

"Udah putus sama dia?"

Tidak ada jawaban dari putrinya, gadis itu hanya menundukkan kepalanya ia merasa gugup, takut kepada Lian—papahnya.

"Belum pah, susah buat bikin Areksa memutuskan hubungannya." Bukan Tamara yang menjawab, melainkan Bima yang keluar dari kamarnya, dan tengah berjalan kearah mereka.

Lian menatap putranya dan begitu juga dengan Rana."Kenapa belum, Ra? Apa kurang cukup perilaku nak Sagara ke kamu? Dia baik, paham agama, apa lagi yang kurang?"

Mata bola gadis itu memutar kemana-mana. Ia pun menjawab,"bukan masalah itu, tapi masalah cinta, perasaan."

"Apa.. Papah gamau nunggu Areksa lamar aku? Apa.. Papah ga percaya sama aku?" Tamara bertanya seperti kode agar Lian membatalkan perjodohannya dengan Sagara.

"Gimana mau percaya, Ra.. Orang kelakuannya aja begitu. Gimana mau percaya?" Bima ikut menimbrung, pemuda itu sambil duduk menatap adek perempuannya.

"Diem deh lo! Lo tuh anggota tukang ngompor-ngomporin Gue doang!" Gadis itu menatap tak suka kepada pemuda itu, ikut campur saja urusannya.

"Ini juga demi kebaikan lo." ketus Bima memutarkan bola matanya malas.

"Sudah cukup! Kalian ini sudah besar tapi kelakuannya seperti anak kecil saja, ga malu sama anak kecil? Tamara, apa yang dikatakan oleh abang kamu itu benar, buat kebaikan kamu. Lagian, apa salahnya buka hati?" tegur Rana menatap kedua anaknya.

                                       ****

Setelah kejadian tadi sore, Lian menyuruh agar putrinya untuk menemui sang kekasihnya, awalnya menolak, namun pria itu masih bersikap keras agar menemui dengan tujuan keputusan hubungannya.

Kini, dengan gugup gadis itu memasuki markas, bersama Bima, pemuda itu tau perasaan adek perempuannya seperti apa. Namun semuanya demi kebaikannya, ia harus apa?

"Ass—" Kedua anak bersaudara itu memasuki tempat yang bisa dibilang markas, kedua anak remaja tersebut mengucapkan salam yang terpotong oleh Areksa.

Areksa melihat siapa yang datang langsung berlarian, meskipun tak jauh dari tempatnya tadi, ia langsung memeluk sang kekasihnya dengan sangat erat. Gadis itu diam, tidak membalas pelukan kekasihnya, ia juga merindukan moment seperti ini.

"Lo kemana aja, hm? Gue kangen sama lo.. Lo kemana aja, hm? Ra.. Lo ga kangen sama Gue? Gue.. Kangen sama lo.." bisik Areksa tepat ditelingga gadis yang berstatus menjadi kekasihnya.

Meskipun erat, tetap saja gadis itu terpaksa melepaskan pelukan Areksa. Anggap saja itu pelukkan terakhirnya, melihat sikap Tamara membuat otak pemuda tersebut memutar.

"Sa, anggap aja ini pelukan terakhir kita. Dan.. Anggap aja nanti kita ga pernah ketemu."

Degg..

Apa ini? Jantung Areksa berdetak kencang, tak percaya jika kekasihnya mengatakan hal itu, apa alasannya? Apa lupa dengan janji yang telah mereka buat?

Bima masih berdiri disebelah adek perempuan, hatinya sakit melihat Tamara menahan tangisannya yang membuat matanya berkaca-kaca. Mata pemuda tersebut pun sama halnya, ingin sekali menangis detik itu juga.

Areksa menatap kearah Bima yang menundukkan kepalanya."Adek lo becanda kan, Bim? Ga mungkin kan, adek lo mutusin Gue? Dia tuh udah janji sama Gue! Kenapa dia malahan yang ingkar? KENAPA?!!!!!!!"

Hening.

Suasananya menjadi hening, anggotanya pun hanya merasakan apa yang ketuanya rasakan, sakit itu pasti. Namun, pasti ada alasan tertentu yang mereka tidak tau saja.

"Ra.. Jangan.. Gue gamau... Lo juga kan gamau putus sama Gue, yakan? Kalo lo juga gamau.. Kenapa lo lakuin ini, kenapa!??! Lo ga sayang sama Gue, IYA!???" nada bicara Areksa sedikit tinggi membuat gadis itu menatap tajam kearahnya.

"AKU LAKUIN INI KARENA AKU SAYANG KAMU! KARENA AKU SAYANG SAMA KAMU AREKSA!!!!!!!" teriak Tamara membuat Areksa tidak mau menatap gadis itu, bahkan tak percaya kekasihnya sudah berani kepadanya.

Areksa menggelengkan kepala dan tersenyum smirk,"bohong."

"Sayang? Lo bilang lo sayang sama Gue? Haha, Gue ga percaya sama lo. Lo pembohong, Ra. Apa.. Lo naksir sama cowo gajelas itu, hm? Sampe dia memengaruhi kamu begini?"

Mendengar ucapan dari Areksa detik itu juga gadis yang bernama Tamara itu menampar pipinya, membuat para sahabatnya Areksa pun menyaksikan moment langkah yang membuat mereka melongo tak percaya.

Pemuda itu memegang pipi yang telah ditampar oleh Tamara. Pemuda itu berkata lagi,"ini yang mau lo, kan? Haha, pembohong lo. Cuma gara gara cowo modelan kaya dia, lo mutusin Gue?"

Gila.

Sekarang pemuda yang bernama Areksa Mahendra sedikit tidak miror, baginya Tamara tidak pantas bersanding dengan laki-laki modelan seperti Sagara.

"Masih kurang puas, hm? Areksa-Areksa, ga ada gunannya juga, ya.. Gue bilang sama lo. Apa kurang cukup Gue bilangnya, hm?" Gadis itu memajukan alangkahnya dan menatap tajam kearah Areksa dengan tatapan tak biasa.

Luar biasa.

Gadis itu kira tidak akan terjadi seperti ini, namun salah. Ia benar-benar salah memilih pasangan seperti Areksa Mahendra. Pemuda kasar dan tidak punya hati!

"Kita... Se-le-sai. Selesai!"

                                       TBC

Selesai? Gimana part ini? Maaf ya baru update sekarang.. Soalnya, sibuk banget apa lagi aku bingung bikin AU-nya😭🙏🏻

Apakah.. Ini akhir cerita ini?

Follow ig: @are.ksamahendra
                  @sagaraa409
                  @skyhornswoggle

Pollow ignya agar tau info-info apapun tentang cerita ini, makasih.

ANTARA DUA SURGA { NASKAHAN }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang