1) Di Salah Satu Bilik Rumah Sakit

226 39 5
                                    

[THIS IS JUST A FICTIONAL STORY, DO NOT GET TOO MUCH AND HATE VISUAL CHARACTERS IN REAL LIFE, THANKS]

๑๑⁠)(⁠๑๑

❝Maeda Haruto, sahabat kecilku, mungkin kamu tidak akan pernah membaca surat balasan yang ku tulis ini karena saat aku membaca suratmu, kamu sudah sampai di tempat yang indah di atas langit.

Ada ribuan orang yang aku temui selama hidupku, ada ratusan orang yang ku kenal, ada puluhan nama yang pernah membuatku tertarik pada mereka. Tapi, hanya ada satu orang yang berhasil menetapkan namanya dalam hatiku, dan itu adalah namamu.

Aku sedih tidak pernah sadar akan perasaanmu dan tidak pernah memiliki keberanian untuk mendekatimu, walau ini terlambat izinkan aku untuk mengatakannya.

Maeda Haruto;
Aku mengagumimu;
Aku menyayangimu;
dan aku mencintaimu.

Mau kah kau menjadi kekasih ku?

Haha, maaf, aku jadi terlihat agak menyedihkan. Aku sudah menghapus air mataku. Jadi jangan mengejekku lagi, ya?

Sayang ku Haruto, beristirahatlah dalam kedamaian. Ku harap, takdir mempertemukan kita dalam kehidupan selanjutnya di mana dalam kehidupan itu aku tidak pernah kehilanganmu lagi. ❞

~ wzh ~

๑๑⁠)(⁠๑๑

Di salah satu rumah sakit besar di Seoul, terdapat dua remaja laki-laki dengan pakaian serupa yang hanya dipisahkan oleh ranjang rumah sakit.

"Haruto, kau menyukainya ...?" Tiba-tiba teman salah satu laki-laki itu bertanya pertanyaan aneh.

Remaja laki-laki yang sedang tidur-tiduran sembari membaca novel karya J.J.R Tolkien itu menoleh bingung pada sahabatnya. "Siapa yang kau maksud?"

"Aish, Wang Zihao lah! Menurutmu siapa lagi pria yang sempurna tiada cela di sekolah kita?!"

Tiba-tiba mata remaja itu membulat dan daun telinganya bersemu kemerahan, hampir-hampir mengeluarkan asap tipis. Padahal dia hanya menyebut nama pria itu.

"D-dia? Wang Zihao? Siapa yang tidak menyukainya di sekolah kita? Dia itu tampan, baik, kaya, jago hampir disemua bidang, hm humble, banyak temannya, dan pintar. Mungkin orang yang baru mengenalnya akan mengira bahwa Zihao itu terkesan dingin dan cuek, tapi jika sudah mengenalnya dengan baik sebenarnya Zihao itu memiliki kepribadian yang sangat hangat dan perhatian."

"Wow, kau begitu memperhatikannya, ya?"

Mata Haruto kian membulat, dia menutupi telinga kirinya dengan buku dan telinga kanannya dengan tangan kanannya. "Tidak juga kok, dia kan populer jadi mudah saja menganalisisnya, lagipula dia tetangga dan temanku juga sejak kecil." Haruto menjawab dengan intonasi yang terdengar gugup, mirip seperti orang gagap.

"Habisnya, sampai tahu sedetail itu, jadi aku pikir kan ...." Hiroto melirik Haruto menyelidik. "Kau sadar tidak ketika sedang menyebut nama Wang Zihao tadi suaramu begitu bersemangat?"

Haruto langsung menggeleng. "Aku memang selalu bersemangat, kok, Hiroto! Dasar!"

Hiroto tertawa, cantik, lalu dia mengalihkan pembicaraan kepada pertanyaan lain yang hampir membuat jantung Haruto keluar dari tempatnya.

"Haruto, menurutmu bagaimana Si Wang Zihao itu? Banyak orang yang menyukainya, apa kau juga menyukainya?"

Untung Haruto sedang tidak minum atau makan, jika iya pasti sudah dipastikan remaja itu tersedak. "Tidaklah!"

Hiroto memiringkan kepalanya. "Haruto, jawabanmu aneh sekali -"

"Aku tidak menyukainya, Hiroto!" Haruto mulai merengek. "Memangnya ada apa, sih? Kenapa tiba-tiba bertanya pertanyaan seperti itu?" Dia lalu meletakkan bukunya ke samping dan menurunkan kakinya di ranjang dengan menghadap Hiroto. "Jangan-jangan kau yang ...?"

MAY WE BYE | Wang Zihao - Haruto - HirotoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang