BAB | Sienna Soerendra

5 0 0
                                    

HAPPY READING
























Semarang, Agustus tahun 2016

• Rumah Sienna Soerendra
Jl. Padjajaran Timur.

Kicauan burung yang saling bersautan di Pagi hari—terdengar seperti penghantar lagu damai yang menenangkan suasana langka dikala kebisingan penduduk Kota pada jam sibuk nanti.

Hingga beberapa saat kemudian, suara lantang yang begitu khas dari area dapur, membuat suasana rumah tak lagi damai.

"Sean, Sena, Sellin ... BANGUUUUN!!!"

Sarah, Ibu Rumah Tangga dari tiga anak yang selalu membuatnya pusing tujuh keliling itu sejak subuh-subuh sudah terbangun, membuatkan sarapan untuk keluarganya.

Tetapi, tidak ada satu pun batang hidung keluarganya yang duduk di kursi tempat makan.

Wanita itu berkali-kali menyerok tumisan tempe beserta bahan lainnya di wajan, mencicipi masakan, sembari mengomel terus-menerus ketika tidak ada satu pun keluarganya yang keluar dari kamar. Begitu kesalnya beliau sampai meletakkan spatula di wajan dengan kasar, barulah Sarah menaikki tangga menuju kamar anak-anaknya.

Misi Pertama : Kamar anak sulung (Seano Soerendra). Anak Mahasiswa Fakultas Ekonomika & Bisnis Semester 5 di Universitas Diponegoro, yang paling jahil serumah. Maunya sih, ambil Teknik, tapi terpaksa masuk Fakultas itu, karena terkendala warisan bisnis keluarga Soerendra.

Setelah membuka pintu kamar berwarna cokelat dengan banyaknya stiker bertulis 'Avenged Sevenfold', 'Green Day', dan masih banyak lagi—Sarah mengucap istighfar berkali-kali, melihat posisi Sean tertidur di ranjangnya.

"Bangun! Bangun nggak, kamu! Udah semester tiga males-malesan, mau jadi apa kamu, hah?! Sarjana langsung pengangguran gitu?! Nggak ingat kalau masih minta uang Mamah?" ujar Sarah.

"Aaaahh ... Mah. Aku masih jam delapan nanti ...," ucapnya mengerang pada mamahnya.

"Pokoknya bangun sekarang!!!" tepis Sarah dengan satu pukulan di pantatnya. Dengan segera anaknya ini berdiri kesakitan memegangi pantatnya.

Misi Kedua : Kamar anak tengah (Sienna Soerendra). Murid SMA Negeri 1 Semarang kelas 12 IPA 7, yang paling pemalas di rumah. Nasibnya sama seperti kakaknya. Terpaksa masuk IPA, padahal tidak suka belajar Kimia apalagi Fisika. Biologi sih, masih oke, tapi lebih oke-an pelajaran menggambar, seperti cita-citanya yang ingin berada di SMK jurusan Teknik Gambar Bangunan dan Animasi. Pada akhirnya, tertolak mentah-mentah oleh papahnya.

"Na! Bangun!!!" bentak Sarah begitu membuka gorden hijau muda di jendela dekat meja belajar. Dirasa belum juga bangun, Wanita itu menyenggol kaki anaknya, seraya berucap, "Bangun-bangun-banguuun!!" Kemudian berlanjut ke kamar anak satunya lagi.

Misi Terakhir : Kamar anak bungsu (Sellin Soerendra). Si anak bontot, murid dari SMP Swasta Bina Bangsa kelas 7. Tenang, kali ini tidak terpaksa seperti dua kakaknya. Justru dia masuk di sekolahan swasta karena keinginannya sendiri yang juga didukung 100% oleh orang tuanya. Sepertinya peribahasa 'anak emas adalah anak terakhir' memang benar.

Sarah mendekati kasur putri keduanya, dan mencium satu persatu dahi, pipi kanan-kiri, hidung, dan dagu. Tak ketinggalan juga untuk mengusap lembut rambut Sellin. "Sayangku ... Princess Mamah, ayo, Nak, bangun ...," tanpa perlu dua kali membangunkannya, Sellin dengan segera merenggangkan tubuhnya sebentar, lalu bangun dari kasur yang di susul Sarah.

Namun, saat melewati kamar anak tengah, ia mendengar suara dengkuran yang begitu keras dari dalam. Tanpa basa-basi, langsung saja Sarah memasuki kamar Sena dan mengambil guling yang dijatuhkannya ke dasar lantai.

Our HeydayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang