HAPPY READING
• Rumah Euginius Rayner Dalimunthe
Elizabeth Residence.Suasana Pagi hari di sebuah rumah mewah seluas 3 hektar ini, hanya terdengar lagu klasik dari alat pemutar piring hitam yang menyeru keseluruh ruang makan.
Terdengar siulan yang mengikuti irama lewat instrumen lagu jenis sopran dari Italia. Seorang Pria berusia 42 tahun, berpostur kurus dengan tinggi sekitar 172 cm ini mendekat ke arah cermin yang terpajang di dinding penuh barang-barang antik nan mewah. Pria itu lalu menyisir rambut klimisnya ala gaya Bapak-bapaknya seakan merasa paling keren sedunia.
Setelah memantau penampilannya, ia beralih dari cermin dengan tarian konyolnya, seolah sedang menikmati pesta dansa—tidak memperdulikan Sekretaris di belakangnya yang menatapnya lelah hati dan pikiran. Sepertinya, Pria yang satu ini tidak mengenal rasa malu—walau berada di usia yang tak muda lagi tentunya.
Derap langkah dari arah tangga besar, membuat Pria itu tersenyum manis tatkala mendapati putra semata wayangnya menuruni anak tangga sembari tangan kanan yang meng-scroll layar ponselnya dan tangan kiri yang memainkan kontak mobil.
Tampilannya sangat swag ala anak zaman sekarang dengan seragam atasan yang sengaja terbuka begitu saja memperlihatkan kaos hitam bergambar logo merek sepatu terkenal. Telinga yang sudah tersumpal AirPods Apple—mengirim lagu berjudul '2002' milik Anne Marie ke saraf telinganya.
"Good Morning ... My boy!" sapanya begitu melihat anak laki-lakinya dengan rambut yang tersisir kebelakang ini, sudah memijakkan kaki dilantai satu. Gelagatnya tampak cuek dan mengabaikan papinya yang sudah mengulurkan kepalan tangan—bermaksud untuk tos.
Pria bernama lengkap Rupertus Antonny Dalimunthe itu pun tersenyum manis menatap anaknya yang sudah duduk di area tempat makan.
"Oke. Terkacangi lagi," kata Tonny memelas. Lalu, ia berjalan malas menuju kursi di ujung meja makan berukuran 4 meter berbahan marble, dengan banyaknya ornamen mewah disegala sisinya. Semewah itu, bagi rakyat biasa terlalu pemborosan jika hanya digunakan 3 anggota keluarga saja.
Lelaki dengan mata sipit dan fitur bibir yang tebal dibagian bawahnya ini, melirik papinya yang terlihat seperti anak kecil merajuk. Bahunya sudah menurun dengan tangan kiri menompang rahangnya.
Euginius Rayner Dalimunthe namanya. Tipe orang yang cuek, dan tidak bersikap loyal untuk sekedar memenuhi kesenangan orang lain. Bisa dibilang gengsinya terlalu tinggi hanya untuk tersenyum atau memuji. Bahkan sekalipun untuk berterima kasih atau meminta maaf pada orang lain.
Laki-laki yang kerap dipanggil 'Rey' oleh teman sekolahnya ini menghela napas begitu melihat sikap papinya yang mulai cemberut hanya karena dia tidak membalas tos semangat dari papinya.
"Kenapa lagi, sih?" tanya Rey kesal.
"Kau itu, tuh. Sukanya mengabaikan semangat dari Papi," balas Tonny.
Rey tak menggubris ucapan Tonny dan malah beranjak dari tempat duduknya, ketika Asisten Rumah Tangganya meletakkan sepiring berisi sandwich dengan selai cokelat serta buah stroberi manis kesukaannya. Ia menyomot satu buah sandwich dari piring tersebut.
"Rey! Duduk kamu!" bentak Wanita bernama lengkap Faustina Devi Dalimunthe yang tiba-tiba saja datang dari arah kamar—dan mengetahui anaknya sedang memakan sarapannya sembari berdiri.
Pakaiannya sudah rapih seperti Wanita karir dengan kemeja warna nude dan celana putih polos. Tidak ketinggalan tas branded super mewah yang ia dapatkan saat berulang tahun yang ke 41—di sikut tangan kirinya. Ia meletakkan tablet dan jas putih beserta ID Card-nya di samping kiri kursi kosong begitu menduduki kursinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Heyday
Novela JuvenilSeorang penyiar yang bekerja di Stasiun Radio tak sengaja membaca salah satu surat anonim dari pendengar sejatinya yang ternyata adalah seseorang dimasa putih abu-abunya. Berkali-kali mencoba mencari tahu sendiri tentang sang pengirim anonim. Ia jad...