HAPPY READING
—Selasa, 13 Mei 2023
Stasiun Radio Gajah Madya 102.4 FM Semarang.Area kafetaria lantai satu gedung bertingkat sepuluh ini terpantau begitu ramai. Maklum saja, karena ini jam makan siang para karyawan dari berbagai kantor lain yang ada di gedung ini.
Biasanya karyawan radio lebih sering makan dikantin yang ada di lantai dua—tempat Studio Radio Gajah Madya FM berada. Atau biasanya malah mencari tempat makan diluar. Tetapi, karena masih ada siaran lagi untuk jam 14:00 WIB, akhirnya Sena dan Nando memutuskan pergi ke kafetaria ini, sekalian menenangkan sejenak pikiran Sena yang baru saja terkena amukan Pak Abas—pemilik Stasiun Radio Gajah Madya FM—karena ulahnya sendiri ketika siaran tadi.
Pria sipit yang kini sudah membawa kantong plastik sedang ditangan kirinya ini, menghampiri rekannya yang duduk dipojok kafetaria dengan wajah bengongnya. Terlihat seperti karyawan malang yang baru saja terkena PHK.
Ia meletakkan minuman botol kesukaan temannya di meja. "Nih, pesenan lo," ujar Nando begitu duduk dihadapan temannya.
Sena menegakkan tubuhnya yang sempat lemas diatas meja putih ini dan membuka tutup botol minumannya dengan lemas.
Pria berkaca mata yang lebih akrab di panggil 'Nando' oleh Sena itu baru saja melirik rekan kerja sekaligus teman sekolahnya dihadapannya itu—memberhentikan tegukannya sejenak.
"Ck! Napa lagi sih, Sen? Masih kepikiran omongan Pak Abas, tadi?" tanya Nando.
Sena tak menjawab dan hanya meneguk minuman fresh fruit rasa jeruk miliknya.
"Atau kepikiran tentang siarannya?" Lagi-lagi temannya tak merespon dan malah meletakkan kepalanya dimeja lagi. "Yah, lagian lo juga belakangan ini ada masalah apa sih? Dari yang telat tiga hari berturut-turut, nggak fokus sama siaran, sampai yang bilang ngaco ke Pak Abas," ucapnya lagi.
Wanita dengan kuncir kudanya ini akhirnya melirik Pria berkaca mata dihadapannya seraya mendesah lesu.
"Ndo ...," panggilnya. Sang pemilik nama hanya berdeham. "Lo ... masih kontak-kontakan sama temen SMA?" tanya Sena.
Nando berpikir sejenak seraya menutup tutup botolnya. "Mmm ... masih," jawabnya yakin.
Sena langsung mengangkat kepalanya dari meja seraya bertanya—sedikit lebih bersemangat dari sebelumnya, "Siapa?".
Nando langsung mengarahkan telunjuknya ke arah dirinya sendiri seraya memasang wajah malas. Langsung saja dibalas Sena dengan wajah kesal.
Yah, tidak salah juga. Nando memang salah satu alumni SMA Negeri 1 Semarang, terlebih lagi, mereka satu Ekskul. Jadi, Nando cukup terbilang dekat dengannya, walau beda kelas maupun jurusan.
"Hih, ck! Maksudnya temen SMA lain. Temen sekelas lo!"
"Makanya yang jelas dong," balas Nando. Seraya mengambil bungkusan jajanan yang tadi ia beli.
Nando mulai bertanya lagi, "Temen sekelas gue yang mana nih? Raffi?" ujarnya dengan ledekan yang masih sama seperti saat masih SMA.
Sena menatap malas Nando. "Bahas aja terus."
Ia terdiam sejenak, lalu mulai berkata lagi, "Rey, Mahes, Genta, Ucup, Raffi ... Banyak sih sebenernya yang masih kontak-kontakan sama gue. Tapi, yang paling sering sih ...," Nando tampak menjeda ucapannya seraya melirik temannya.
"Genta sama Rey," lanjutnya. Dan Sena terliha hanya manggut-manggut saja tanpa berkata apa-apa lagi.
Nando melirik Sena sekilas. Lalu, melirik kedua kalinya dengan tatapan terkejut. Melihat respon Sena yang tak berkutit itu, tentu saja membuatnya penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Heyday
Teen FictionSeorang penyiar yang bekerja di Stasiun Radio tak sengaja membaca salah satu surat anonim dari pendengar sejatinya yang ternyata adalah seseorang dimasa putih abu-abunya. Berkali-kali mencoba mencari tahu sendiri tentang sang pengirim anonim. Ia jad...