HAPPY READING
Jam menunjukkan pukul 08.30 WIB. Itu artinya, ke-empat murid yang baru saja berjalan keluar dari parkiran umum, sudah melewatkan beberapa menit. Tidak ada lagi harapan untuk memasuki sekolahan dengan aman.
Mereka memang sudah terbiasa terlambat, namun, terlambat dalam batas wajar. Dan biasanya, pintu gerbang sekolahan masih terbuka seperempatnya, walau harus melewati beberapa hukuman dan omelan panjang dari Guru BK.
"Mampus, kita gak bisa masuk. Sekarang mau gimana, hah?" tanya Rey pada ke-tiga temannya.
"Nongki aja dulu, kalik, ya?" celetuk Genta santai.
"Si tolol satu ini, ck!" Rey sudah hampir menampar mulut sialan sahabatnya, tetapi pemilik mulut sudah lebih dulu menghindar.
"Tapi, kalo gak nongki, ya mau ngapain lagi kita?" tambahi Sena seakan menyetujui ide gila Genta.
Rey berkacak pinggang dengan lirikan sinisnya. "Jadi, maksud lo, lo setuju sama dia?" tunjuknya pada Genta.
"Ya, emang mau salim atau berlutut mohon-mohon ke Mas Aris—berharap di bukain lebar-lebar tuh gerbang? Iya kalo yang jaga Mas Aris doang. Nah, kalo ada Pak Santo juga?" jawab Sena mengutarakan pemikirannya.
"Gue setuju sama Sena," sahut Mahes—yang tentunya hanya ikut-ikutan saja.
Rey tak berkutit lagi. Dan keadaan menjadi hening, hanya terdengar suara kendaraan yang berlalu lalang dan tanaman yang bergoyang kesana-kemari akibat hembusan angin. Mereka semua menatap sekolahannya dari kejauhan.
Tiba-tiba saja Rey berkata, "Oke! Nongki!" Sembari memutar tubuhnya kembali ke arah parkiran.
"Yuhu, di traktir!" seru Genta yang sudah merangkul Rey.
Tersisa Sena dan Mahes yang masih berdiam diri di tempat. Seakan tak mempercayai Rey segampang itu memutuskan sesuatu hal yang genting. Terlebih, Sena pikir, dengan Rey yang mengoceh berisik selama perjalanan itu, mempunyai solusi bagaimana caranya agar dapat memasuki sekolahan.
"Terus, gunanya dia ngomel-ngomel sepanjang perjalanan?!" tanya Sena pada dirinya endiri.
"Kayak baru pertama kenal dia aja," timpal Mahes yang tersenyum singkat. Kemudian menepuk dua kali pundak kanan Sena, dan mulai melangkahkan kakinya mengikuti Rey dan Genta di depan.
***
Empat murid terlambat yang memutuskan untuk nongkrong di angkringan kaki lima ini, nampak begitu santai menikmati makanan dan minuman mereka. Jika bisa berkata, manusia tersantai di dunia ini hanya mereka berempat. Terlihat cocok untuk Sena dan Genta yang memang menganut hidup enjoy in the life. Namun, bagi Rey dan Mahes, gaya santai ini tidak cocok sama sekali. Terlebih, Rey mempunyai jiwa rajin yang membuat orang-orang terkejut.
Sementara Mahes, tipe orang yang pintar secara materi maupun logika. Jadi, tidak seharusnya dia berpasrah diri yang berujung nongkrong santai seperti saat ini. Dia bisa saja memutar otaknya untuk gimana caranya memasuki sekolahan, bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Heyday
Teen FictionSeorang penyiar yang bekerja di Stasiun Radio tak sengaja membaca salah satu surat anonim dari pendengar sejatinya yang ternyata adalah seseorang dimasa putih abu-abunya. Berkali-kali mencoba mencari tahu sendiri tentang sang pengirim anonim. Ia jad...