3

511 20 2
                                    

Besok nya disekolah.

Pas gue masuk kelas bersama kedua kakak gue. Ke dalam kelas 82.
Gue dan kedua kakak gue ini cuma beda 3 bulan. Ayah gue juga buatnya beda 3 bulan. Btw, ayah gue yaitu ayah Ihsan (wkwk) emang punya 3 istri. Istri pertama ayah gue itu, ya ibunya Erga. Istri kedua ayah gue, bunda nya Afel. Dan yah.. istri ketiga ayah gue adalah mami gue. Tapi nyokap-nyokap gue udah meninggal di suatu kecelakaan yang sama. Mereka akur. Udah kayak sodara. Waktu itu mereka jalan-jalan bareng dan... mobil mereka nabrak pembatas jalan. Karena kondisi mereka yang saat itu sedang mabok. Ah lupakan. Back to real life.

Gue langsung aja duduk di samping rifda. Dan pas gue liat siapa yang duduk di seberang samping tempat duduk gue.. dia itu, Imam.

Tatapannya lembut. Kelewat lembut malah kayak salju. Tapi di dalam mata itu.. dia kayak lagi nahan sakit. Atau nahan boker? Ah bodo amat yang penting sekarang dia udah bikin gue salting.

Dan dia senyum ke gue!!! ASTAGAA!!.

Imam itu jarang banget senyum, tatapannya selalu datar kayak jalan tol! Tapi barusan aja dia senyum ke gue! Ya gue bales dengan senyum terbaek gue lah
Yawwwww.

Lagi asik-asik nya main senyum-senyuman, tiba-tiba....

KRINGGG!!!! KRIIINGGG!!! KRIIINGGG!!!!

yahh bel masuk. Pasti dipencet ama Helen deh. Siapa lagi yang suka disuruh guru piket buat bunyiin bel sekolah selain Helen Olipia Horan? Pft.

-------------------------------
Sekarang ini lagi pelajaran bu Pipit. Pelajaran bahasa Inggris. Sekarang kita semua lagi dengerin si Decely..cewek cantik, imut, manis, banyak banget fansnya, anak paskibra juga anak osis, pinter pula.dah dia mah perpek banget.
Dia lagi story telling di depan situ menggunakan properti boneka.

Karena bosen, gue memilih untuk ngelirik Imam bentar. Pas gue nengok, dia juga lagi liatin gue. Tatapan itu lagi. Dia senyum lagi. Astaga. Gue cuma bisa membeku liat senyum manis dia. Yang pastinya gue bales senyumnya.

Tiba-tiba dia ngacungin 5 jari tangannya ke arah gue sambil bilang "OP" tanpa suara.
Gue yang gak ngerti cuma memandang dia dengan tatapan bertanya. Trus dia dengan terburu-buru menuliskan sesuatu di selembar kertas. Abis itu kertas yang dia tulis itu dia kumel-kumel jadi kayak bola. Gue yang bingung cuma diem sambil merhatiin dia.

Belum sempat gue berfikir, dia udah lempar buntelan kertas itu ke arah gue. Dengan sigap, gue tangkep kertas itu dan membacanya.

Nanti jangan pulang dulu. Gue mau ngomong sesuatu. Kita ketemuan di taman belakang sekolah :))

Walaupun hanya senyum dia di kertas, tapi entah kenapa itu bisa sangat berpengaruh bagi gue.

Gue tersenyum, saat liat dia tersenyum

-------------------------
Di taman belakang sekolah...

Gue sama Imam lagi duduk di kursi yang ada di taman belakang sekolah. Daerah yang jarang banget di ketahui oleh orang- orang.

"Karina" suara Imam yang memanggil nama gue. Tapi kok suaranya kayak lemah gitu ya. Karena perasaan gue yang gak enak, gue langsung nengok ke samping kanan gue. Dimana Imam berada.

Betapa kagetnya gue pas liat muka dia yang udah pucet banget itu. Gue panik. Gue langsung pegang pundak dia yang terkulai lemas di samping gue.

"Imam! Lo kenapa?!" Tanya gue panik.

Dia cuma tersenyum lemah ke arah gue. Senyum yang tulus tapi sekaligus menyayat hati gue. Dia dengan peluh yang bercucuran, mengambil tangan gue yang ada di pundaknya dan menggenggamnya erat.

"Gue sayang sama lo Karin"

Gue diem. Gue terlalu kaget akan hal ini.

"Gue minta maaf baru nembak lo sekarang. Gue sayang sama lo, tapi gue gaakan bisa ngelindungin lo"

Gue baru mau buka mulut saat Imam melanjutkan kata-kata nya.

"Gue cuma punya 1 ginjal sejak lahir. Karena hal itu, gue punya fisik yang gak sekuat cowok biasanya." Nafasnya mulai tersendat-sendat.

"Sekarang... ginjal gue yang tinggal satu-satu nya ini udah gabisa berfungsi dengan baik kar" Imam meringis sambil memegangi perutnya dengan satu tangan.

"Dan ini udah termasuk kronis Kar. Andri, saudara sepupu gue pun, udah coba nyocokin ginjal dan golongan darahnya ke gue, tapi gak cocok" Dia kembali meringis dan bicara dengan suara yang amat sangat lemah.

"Gue udah gapunya harapan hidup lagi. Orang tua gue udah meninggal" Gue cuma bisa diem dan menangis tanpa suara.

"Gue sayang sama lo kar. Sampai kapan pun" Kata Imam sambil tersenyum manis ke arah gue. Tapi detik selanjutnya, dia jatuh ke pelukan gue dengan tidak sadarkan diri.

"Imam!!!" Teriak gue histeris.

-----------------------
Note: anggep aja dua enem punya taman belakang sekolah.

SCAF (story) : KARMAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang