Sekarang ini gue, Afel, Erga, dan Rifda lagi on the way ke rumah sakit. Kita mau ngejenguk Andri.
Tiba-tiba, tadi pagi tante Dinda nelfon Afel. Dia bilang, si Andri gak bisa menggerakkan tangannya sama sekali. Katanya sih, gejala Stroke.
Sekarang kita udah nyampe di rumah sakit yang di bilang tante Dinda. Langsung aja kita ke ruangan Andri. Katanya sih, dia udah ada di ruang rawat inap.
Saat udah nyampe di kamar rawat inap Andri, betapa kagetnya gue saat tau ini bukan rawat inap VIP. Tapi rawat inap reguler. Mungkin satu kamar ini diisi oleh sekitaran 10 pasien.
Gue mengerti sekarang, Afel pernah cerita ke gue 2 minggu yang lalu. Katanya, perusahaan milik keluarga Andri mengalami kebangkrutan. Jadi, Andri terpaksa harus bantuin orang tuanya. Karena dia adalah anak sulung. Mungkin Andri stres atau apa. Sampe dia bisa stroke kayak gini.
Gue melihat kondisi Andri. Dia terbaring lemah di tempat tidur. Seakan-akan urat nadinya sudah tidak berdenyut lagi. Tangannya terkulai lemas di samping tubuhnya. Bibirnya kaku dengan posisi yang tidak mengenakkan di lihat. Bibir bawahnya tergeser sehingga sejajar dengan matanya. Kondisi nya mengenaskan banget.
Gue melihat kesekeliling ruangan. Kayaknya semua pasien disini terkena stroke. Gue memperhatikan seorang pasien yang terbaring di seberang ranjang Andri.
Bisa dibilang keadaannya nyaris sama kayak Andri. Tapi lebih parah dikit. Kedua kakinya tertekuk ke arah samping. Kayaknya gak bisa dilurusin. Duh aneh deh. Gue jadi kasian sendiri.
Tiba-tiba Rifda yang ada di samping gue, berbisik, "Ganteng ya. Tapi sayang, penyakitan" .
Gue cuma mendengus. Rifda ini mulutnya emang suka ceplas-ceplos, dan doyan banget ngeliatin cogan. Btw, saat gue liat muka orang itu, biasa aja tuh. Gak ada ganteng-ganteng nya sama sekali. Gantengan juga Imam. Eh.
Semua cowo emang dibilang ganteng sama Rifda. Termasuk Erga. Tapi emang bener sih kaka gue si Erga itu ganteng gak ketulungan. Mirip ayah Ihsan lah pokoknya.
Saat gue melihat di ranjang orang itu, ada identitasnya. Namanya Hasbi A.
***
Setelah menjenguk Andri, kita nganterin Rifda pulang dulu. Baru balik..
"Assalamualaikum.." , kata gue keras sambil lari ke dalam rumah.
Dirumah pasti cuma ada ayah dan mama Nova. Maklum sekarang kan weekend. Tapi, langkah gue seketika terhenti. Pandangan gue terfokus pada satu titik. Pada tiga orang yang sedang duduk di ruang tamu berhadapan dengan ayah dan mama Nova.
Erga yang udah masuk kerumah. Berdiri diam disamping gue. Dia diam mematung. Sama kayak gue sekarang ini. Begitupun Afel.
"Ibu muti?", itu kata Erga.
"Bunda Zahwa?", itu Afel yang ngomong.
"Mami Risma?", dan yang terakhir.. gue.
***
"Kita mau bawa anak-anak kita kembali lagi pada kita san.", kata ibu Muti tegas. Ayah terkesiap.
Diantara 3 mama, yang paling tegas emang ibu Muti. Sedangkan bunda Zahwa, sikapnya humoris, ramah, riang dan gembira. Dan yang paling kalem, tenang, itu yaa mami Risma.
Tadi, saat kita baru masuk rumah dan langsung ngeliat 3 mama. Kita langsung berpelukan. Bahkan gue sampe nangis dipelukan mami Risma. Erga pun sampe sesenggukan. Apalagi si Afel, dia sampe nangis kejer.
Mereka bercerita sama kita semua. Kenapa mereka bisa ada disini. Saat kecelakaan itu. Jasad ke-3 mama gue tidak ditemukan. Ternyata mereka selamat. Mereka hanyut, dibawa oleh ombak sungai di bawah jembatan tempat mereka kecelakaan. Trus tubuh mereka yang pingsan ditemukan oleh penduduk sekitar. Alhasil, mereka selamat. Tapi ternyata ketiganya mengalami amnesia sementara. Jadi, mereka gak inget sama gue, Afel dan Erga. Beberapa bulan kemudian, setelah mereka membangun kembali rumah dan pekerjaan mereka bersama-sama, mereka ingat sama gue,Afel dan Erga.
Saat mereka ingat dengan kita, mereka langsung mencari-mencari keberadaan kita yang sedikit sulit ditemukan. Emang sih.. setelah kecelakaan itu, kita pindah rumah. Itu ide ayah. Katanya, dia takut terus terjebak di masa lalu. Mengenang 3 istrinya yang sangat ia cintai.
Dan yah... sekarang ke-3 mama gue udah menemukan gue dan kakak-kakak gue. Mereka memutuskan untuk hidup ber-3 tanpa ayah. Mereka merelakan ayah bersama mama Nova.
Tapi....
Mereka juga mau membawa gue, Afel , dan Erga bersama mereka. Hidup bersama mereka. Sekarang, ayah dan ke-3 mama gue, sedang berdebat. Mama Nova keliatannya udah mulai mau nangis. Liat aja matanya udah berair.
Gue duduk disamping mami Risma. Disamping mami Risma, ada Erga, lalu ibu Muti, Afel, dan yang duduk paling pinggir sofa, bunda Zahwa.
"Gak bisa mut", ucap ayah bersikeras.
"Tapi mereka itu anak kita san", kata bunda Zahwa dengan suara nyaring nya.
"Saya mohon... saya baru beberapa bulan bersama mereka. Saya sangat mencintai mereka seperti anak saya sendiri. Saya mohon jangan bawa mereka", kata mama Nova sambil terisak. Gue jadi gak tega. Bagaimanapun juga, mama Nova itu mama gue juga.
"Lalu bagaimana dengan kami? Kami kehilangan anak kami bertahun-tahun!", kata bunda Zahwa histeris. Dengan suara cemprengnya. Mirip banget sama Afel.
"Kami sudah lama tidak memeluk anak kami. Tidak bertemu bahkan tidak melihat mereka!", kata mami Risma. Mami udah mulai nangis sekarang.
"Tapi..." , ayah mulai ragu..
"Yaudah san.. aku gapapa. Bagaimana pun juga, mereka adalah ibu kandung mereka san.", kata mama Nova dibalik isak tangisnya. Gue lihat ayah masih ragu.
"Kamu yakin?", kata ayah memastikan. Mama Nova mengangguk perlahan.
Ayah memperhatikan wajah kita satu persatu. Ayah menghembuskan nafas dan...
"Baiklah"
****
Ahahahahaa ini special part buat Andri dan Hasbi. Dibuat dengan sepenuh hati kedongkolan{}Waktu buat ini, gue lagi kesel sama mereka berdua. Alhasil mereka gue buat menderita di cerita ini wkwkwkwk.
Special part juga buat 3 mama yang minta dihidupkan kembali♡

KAMU SEDANG MEMBACA
SCAF (story) : KARMAM
HumorNama nya asli, pemerannya asli. tapi jalan ceritanya fiksi, boongan, dan cuma imajinasi author. Just for fun! Ini gak sepenuhnya real ya guys... COMPLETE STORY