5

420 14 4
                                    

Saat gue buka mata, hal yang pertama kali gue liat adalah cahaya yang sangat menyilaukan.

Beberapa kali gue mengerjapkan mata. Gue seperti mendengar suara seseorang yang mangil-manggil nama gue. Saat gue udah sepenuhnya sadar, gue liat disamping kanan gue ada Afel,Erga, Rifda, Indri, dan... Ayah?

Sejak ketiga istrinya meninggal, yaitu mama Mute (mamanya Erga), mama Zahwa (mamanya Afel) , dan mama Risma (mama karina).. Ayah jadi gapeduli lagi sama gue dan kaka-kaka gue. Waktu itu aja, Erga pernah koma 2 minggu karena dia kecelaan mobil pas lagi balapan liar.

Sekarang ayah workaholic. Dia bahkan sering banget di panggil 'Bos Ihsan Mahardika' . Gak cuma sama pegawainya aja, tapi satpam, kepala sekolah , sampe walikota pun manggil ayah gue 'Bos'. Karena harta nya yang melimpah dan perusahaannya disana-sini.

Gue hampir aja mau nangis karena terharu ayah gue mau jenguk gue dan ninggalin pekerjaannya. Tapi gue tersadar, di ruangan ini ada banyak banget orang. Gue mencoba melihat ke arah kiri gue. Ada Andri, dan 2 cewe yang mukanya mirip banget, yang gue gatau siapa,, dan satu lagi... ada seorang wanita dewasa yang cantiknya Alhamdulillah mirip Syahrini..mungkin usia nya sedikit lebih muda dari usia ayah.

"Kar, ini 2 ade gue, kembar. Yang ini namanya Ananda." , kata Andri sambil ngerangkul adiknya yang katanya namanya Ananda. Cantik, punya gigi kelinci, dan kayaknya rada tomboy gitu.

"Hai ka! Nama aku Ananda Sekar. Panggil aja Nanda ya ka." Katanya sumringah. Senyum nya manis, punya lesung pipi di sebelah kanan pipinya. Melihat itu, gue jadi tersenyum, untuk membalas sapaannya.

"Dan yang ini Alya Rosma", kata Andri lagi. Menunjuk cewe yang ada di sebelah Nanda.

Dia hanya tersenyum ke arah gue. Bedanya Alya sama Nanda.. Alya gapunya gigi kelinci kayak Nanda. Alya itu lesung pipitnya di kiri, sedangkan Nanda di kanan. Dia juga lebih tinggi beberapa senti dari Nanda. Dan dia lebih feminim.

"Maklum ya Kar. Si Alya emang pemalu." Kata Andri lagi. Yang hanya gue respon dengan anggukan singkat.

"Dan wanita cantik yang berdiri disana itu, nyokap gue." Kata Andri sambil ngarahin tangannya ke nyokapnya.

"Halo sayang. Ini tante Dinda. Tante lagi jengukin Imam. Tante sekalian aja kesini. Tante mau berterimakasih sama kamu. Kamu mau donorin ginjal kamu ke Imam." Kata Tante Dinda ramah dan penuh senyum. Dia punya lesung pipi di kedua pipinya. Yang sangat manis. Dari mukanya aja, tante Dinda pasti baik,penyayang, ramah dan lembut.

"Iya Tante" jawab gue singkat dengan senyuman.

Suasanya hangat, tiba-tiba berganti sedikit menegangkan saat gue denger suara Ayah Ihsan.

"Jadi kamu terbaring di rumah sakit karena donorin ginjal kamu ke orang lain tanpa sepengetahuan Ayah??!!", gue liat ekspreksi ayah yang bener-bener marah kali ini. Erga yang ada tepat disamping ayah, menenangkan ayah sambil bilang, "Tenang yah" dan gak tau gimana caranya, Erga udah bawa ayah keluar.

"Harusnya kamu kasih tau ayah kamu dulu Karina. Tante dan keluarga jadi merasa bersalah." Kata tante Dinda.

"Enggak kok tante. Gak papa. Ayah emang sedikit emosional." Kata gue menenangkan.

"Yaudah mama sama yang lain keluar dulu gih. Biarin Karina istirahat." , kata Andri setengah mengusir.

"Yaudah deh... cepat sembuh ya Karina", kata tante Dinda dan keluar bersama Nanda dan Alya.

Sedangkan Andri, Afel, Rifda dan Indri masih di sini.

"Gimana Imam?" Tanya gue sambil mencoba duduk. Tapi tiba-tiba gue ngerasain sakit di pinggang gue. Alhasil, gue meringis.

"Hati-hati" kata Afel sambil bantu gue duduk.

"Kondisi Imam stabil kar. Sangat baik. Gue gatau gimana bisa ginjal dan golongan darah lo bisa pas ke Imam." Kata Andri sambil tersenyum berterima kasih.

"Udah takdir ndri.", jawab gue setengah bercanda. Yang dibalas kekehan oleh Afel, Andri, Rifda dan Indri.

"Gue mau ngejenguk Imam, boleh?" Tanya gue

-----------------------

"Apa bener lo yang donorin ginjal ke gue?", tanya Imam ke gue.

Gue sekarang lagi ada di ruang rawat Imam. Gue kesini menggunakan kursi roda. Didorong sama Rifda. Ditemani Indri. Sedangkan Andri dan Afel? Mungkin mereka pacaran di taman. Saat gue kesini, ada Tante Dinda, Nanda dan Alya yang lagi ngobrol dengan Imam. Tapi sekarang kita dikasih privasi untuk bicara berdua.

Gue yang lagi menunduk, memberanikan diri menatap Imam. Dia menatapkan gue dengan pandangan tajam dan... sedih?

"Iya" , jawab gue singkat.

"Kenapa?" , tanya nya lirih.

"Karena gue sayang sama lo, Imam" , jawab gue mantap.

"Gak seharusnya lo lakuin ini. Harusnya gue mati aja.", kata Imam dengan nada pasrah dan pandangan menerawang.

"Lo gak boleh ngomong gitu!" , kata gue dengan menaikkan satu oktaf lebih tinggi.

"Karena hidup gue udah cukup menderita kar! Gue mau mati! Kenapa lo harus sampe donorin ginjal lo ke gue??!" Imam bentak gue dengan nada yang lebih tinggi lagi.

"Gue gak mau hidup dengan satu ginjal! Gue pasti menderita lagi!" , Imam bener-bener frustasi. Dia sampe ngejambak rambutnya sendiri, sambil menangis.

"Imam! Plis jangan kayak gini!" Kata gue sambil berusaha menghentikan aksi dia. Gue pegangin tangannya yang dingin dan pucat. Gue pandangin wajah dia yang sembab karena menangis. Sekarang pun dia masih nangis. Dan gue juga nangis. Kita nangis.

"Gue akan selalu ada di samping lo, kita sama-sama punya satu ginjal. Gue ikhlas memberikan seluruh yang gue punya. Demi lo mam. Semuanya. Demi lo. Gue rela." Kata gue penuh penekanan pada setiap penekanannya.

"Kita akan menjalani semuanya bersama. Berdua. Gue akan ngejagain lo, dan lo akan ngejagain gue. Akan seperti itu imam..." kata gue menurunkan oktaf pada nada ucapan gue.

"Karena gue, Karina Oktafianti. Sayang dan cinta sama lo, Imam Assidqi." , kata gue penuh keyakinan.

------------------------------

Maaf jika part yang kmren kebanyakan typo:"v.

Maaf juga gak semuanya bisa gue jadiin tokoh di cerita ini.

Niat nya short story tapi gatau ini mau sampe part ke berapa baru selesai:""3.

SCAF (story) : KARMAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang