12

321 17 12
                                    

Diperjalanan, gue duduk disamping Erga di kursi penumpang. Andri yang menyetir mobil dengan Afel disampingnya.

Pohon-pohon dan pemandangan indah yang kita lewatin diluar sana, membuat gue teringat percakapan gue dengan Indri kemarin.

Ternyata selama ini Imam dan Indri gak pernah pacaran. Ternyata selama ini, rasa benci gue ke Indri yang gue kira menghianati gue, juga gak beralasan. Ternyata pemikiran gue tentang Imam yang jahat dan tega karena udah ninggalin gue, itu salah. Karena Imam sayang sama gue, akhirnya dia ngelakuin ini. Semua dia lakuin demi gue. Gue gak bisa diem aja. Sudah cukup 7 tahun gue menanti Imam, menyayangi Imam tanpa tau sedikitpun tentang pokok masalahnya. Gue harus mencari Imam sampe dapet. Gimana pun caranya.

Kemarin, setelah mengobrol dengan Indri di restaurant SCAF, gue langsung mendatangi rumah Imam yang dulu.

Rumah itu sepi. Sepertinya, gak ada yang tinggal di rumah itu. Tapi pekarangan rumah, teras, dan taman kecil itu sangat bersih dan terawat. Sebenernya, Imam masih tinggal di rumah itu atau enggak?

Gue mencoba memencet bel rumah. Dan gak ada yang terjadi. Berkali-kali gue memencet bel, gak ada yang merespon. Akhirnya gue meninggalkan rumah itu dengan perasaan kecewa. Sangat.

***
Kita masih otw ke tempat resepsi pernikahan teman lama. Gue terus memandang keluar jendela. Saat mobil berhenti dilampu merah. Gue memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang. Gue sungguh- sungguh berharap, diantara beribu-ribu orang itu, ada Imam salah satunya.

Saat gue sedang termangu memandangi keluar jendela, sebuah mobil berhenti tepat disamping mobil yang gue tumpangi. Seakan menjawab doa gue, gue memperhatikan orang yang berada didalam mobil itu. Orang itu...

"Imam?", gumam gue.

Gue yakin itu Imam. Gue yakin 100% orang itu adalah Imam. Gue buru-buru melepas seatbelt dan membuka pintu. Sangking paniknya, gue lupa kalo pintu mobil dikunci. Kejadiannya sangat cepat. Saat gue udah membuka kunci pintu mobil. Disaat gue udah membuka pintu mobil, klakson-klakson mobil dan motor disekitar gue meraung-raung. Sebuah motor melaju kencang tepat di depan gue. Gue mungkin hampir ditabrak. Badan mobil Andri pun, mungkin terkena oleh badan motor yang ngebut itu. Seakan belum cukup, tangan gue ditarik dengan kencang. Membuat gue terkaget dan terhempas kembali masuk kedalam mobil. Tiba-tiba, pintu mobil tertutup dan mobil berjalan.

Gue mengerjapkan mata berkali-kali. Gue mencerna semua yang terjadi selama beberapa detik yang lalu. Gue mereka ulang semuanya. Belum sempat gue mengerti dengan keadaan, gue mendengar seseorang ngomong dengan nada tingggi.

"Lo ngapain sih Kar?!", itu Erga.

"Tadi kalo gue gak narik lo, lo udah ditabrak sama geng motor yang ngebut-ngebutan! Mungkin lo udah dibawa kerumah sakit sekarang! Lo mau ngapain sih?!", lanjut Erga. Gue gak mendengarkan perkataannya dan perkataan Afel yang lagi menenangkan Erga. Gue menutup mata, kepala gue pusing.

Gue yakin. Tadi itu beneran Imam. Gue gak mungkin salah mengenali Imam. Hidung mancungnya, kulitnya yang gak begitu putih, rambutnya yang sedikit berjambul dan... matanya yang bisa membuat gue teduh.

Itu Imam. Gue yakin yang tadi itu Imam.

***

Kita nyampe di gedung tempat acara resepsi pernikahan Yanu dan Dicky. Senyum gue mengembang saat mengingat masa-masa PDKT mereka yang bisa dibilang malu-malu monyet.

Dicky yang cuek, dan Yanu yang kelewat baper. Btw, kira-kira Imam dateng kesini gak ya?

"Karina",panggil Afel. Membuyarkan lamunan gue.

"Apa?", respon gue.

"Ayo salaman dulu sama Yanu.", katanya sambil mengedipkan mata. Dan menarik tangan gue dengan semangat.

SCAF (story) : KARMAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang