4

13.6K 1.5K 70
                                    

Vote dulu sebelum baca, yuk 💆🏽‍♀️

Wirga senyum-senyum sendiri sambil nenteng plastik. Langkahnya udah jelas menuju kamar kost punya Nanjan. Selepas tadi siang ngerecokin Nanjan dengan ngasih naspad sama teh poci, malam ini Wirga bawain ice cream coklat.

"Misi, Nanjan~"

Gak ada jawaban. Lama Wirga nunggu, pas berkali-kali manggil barulah Nanjan keluar dengan tampang kesel.

"Kenapa manggil-manggil terus? Nanti orang sebelah, nih, terganggu gara-gara kamu!"

Wirga ngangkat plastik yang dia tenteng. "Ice cream buat pangeran manis."

"Dih, gak mau!"

Nanjan hampir aja nutup pintunya tapi dengan sekuat tenaga Wirga tahan. "Jangan tutup dulu, dong. Minimal ambil ice cream-nya, Jan."

Pintu gak jadi ditutup. Nanjan ngehela nafas berat. "Kamu kenapa jadi ngasih-ngasih aku makanan kaya gini, sih? Ada maunya, kan, pasti?!"

"Gak, kok. Ini hadiah tambahan pengiring permintaan maaf gua tadi pagi. Terima, ya? Gua gak ada maksud lain."

Nanjan mikir-mikir terus akhirnya ngambil ice cream pemberian Wirga meski agak terpaksa dikit. "Em, makasih! Udah, sana."

"Sama-sama, pangeran manis. Semoga suka, ya."

Gak mau nyahut lagi, Nanjan langsung nutup pintu kenceng. Diam-diam dia ngulum senyum. Sialan, ini gak baik, Wirga gak baik!

"Duh, anjing. Jangan terlena. Dia itu penjahat kelamin," gumam Nanjan sambil menggelengkan kepalanya. Pemuda itu mendudukkan diri terus membuka bungkusan ice cream. Sebenernya Nanjan lebih suka ice cream mangga, tapi coklat pun gak papa, lah.

Gak cuma ice cream, di dalam plastik tadi juga ada sticky note. "Makanan manis untuk orang yang manis juga, selamat menikmati," baca Nanjan. Dia jadi ketawa-tawa sendiri, tapi beberapa saat kemudian malah mukul pipinya sendiri. "Hus! Sadar. Gak boleh gini, harus tetap kesel sama tu orang kota."

Di sisi lain, Wirga yang jalan menuju rumah Om Tian juga mesem-mesem sendiri. Diingat-ingat, Nanjan kalo lagi marah, tuh, sejuta kali jadi lebih imut.

"Kok bisa ada cowo kaya gitu. Gemes banget." Wirga terkekeh. Dia emang hampir gak pernah liat cowo cantik, sekalinya liat malah tertarik. Pemuda itu masuk ke rumah Omnya terus langsung dapet tatapan aneh dari Om Tian gara-gara Si Wirga masih senyum-senyum sendiri.

"Habis darimana, tuh? Senyum-senyum sendiri."

"Om!" Tiba-tiba Wirga kepikiran sesuatu udah gitu langsung duduk nyampingan sama Omnya. "Om punya nomer Whatsapp semua penghuni kost sini, kan?"

Om Tian ngernyit. "Punya, emang kenapa?"

"Bagi nomornya Nanjan, dong, Om."

"Nanjan? Kenapa kamu gak minta sendiri aja."

"Kalo minta sendiri pasti gak dikasih."

"Kok?"

"Ah! Ceritanya panjang. Sekarang Wirga mau minta nomornya Nanjan aja. Boleh, dong, Om."

Om Tian ngehela nafas terus ngeluarin ponselnya, otak-atik sebentar lalu Wirga dapet notif Whatsapp. Wirga langsung nge-check notif yang masuk dan auto sumringah. Nomor Nanjan udah dikirimin sama Om Tian.

"Makasih, Om."

Wirga jalan masuk ke kamarnya masih sambil namain kotak Nanjan. Nama kontak Nanjan di hpnya, tuh, 'Pangeran manis'.

"Ter-save."

Sementara ngedudukin diri di kasur, Wirga udah masuk ke roomchat-nya Nanjan. Tangannya mengetik dengan lincah.

Jejaka Lokal {BxB}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang