17

7.3K 802 28
                                    

Vote dulu sebelum baca, yuk 🧚🏻‍♀️✨

Wirga sama Nanjan udah balik dari jalan-jalan, keduanya lagi berdiri di pinggiran pembatasan lantai dua di depan kamar kost Nanjan. Malam ini langit keliatan cerah dengan bintang dimana-mana. Wirga bergeser satu langkah lebih dekat ke Nanjan. Keduanya lagi pada malu-malu kucing. Wirga nyenggol-nyenggol genit lengan pacar barunya.

"Jangan senggol-senggol, ah~" jawaban Nanjan terdengar manja-manja menggoda.

Wirga tertawa kecil. Mereka malah makin salting gak jelas. Baru kali ini juga Wirga ngerasain seneng kebangetan setelah nembak orang. "Dalam kamus gua, kalo udah pacaran, tandanya udah bisa pake aku kamu. Tapi, kamu panggilan unyunya pengen dipanggil apa? Ayang? Beb? By? Atau yang lain?"

"Aku ngikut aja, deh."

Lagi-lagi mereka terkikik geli. Penuh cinta banget kayanya malam ini buat mereka berdua. Kalo aja bintang-bintang di depan sana, tuh, manusia, mungkin Wirga sama Nanjan udah disorakin, mentang-mentang baru jadian, gaya pacarannya malah kaya abg.

"Gimana kalo mabo sama milo? Mabo artinya my boo, milo artinya my love. Kamu mau dipanggil yang mana?"

Nanjan gak habis pikir, bisaan aja Wirga nemu panggilan kesayangan kaya gitu. Curiga banget itu panggilan Wirga sama mantannya dulu. "Aku mau dipanggil milo aja, tapi panggilan ini gak pernah kamu pake sebelumnya ke mantan-mantanmu, kan?"

Wirga seketika menggeleng panik. "Mana ada. Aku gak pernah pakai panggilan sayang ke mantan-mantan lainnya. Special buat kamu aja, kok." Pemuda itu mencolek bawah dagu Nanjan. Hampir Wirga pengen ngecup bibir sang pacar, sayangnya harus ketahan karna ada beberapa bunyi notif beriringan masuk ke handphone Wirga. Penuh kesal Wirga ngecheck siapa yang chat dia sampai bikin momentnya sama Nanjan terganggu. Nanjan cuma diam ngeliatin Wirga dengan penuh rasa penasaran. Pasalnya raut wajah Wirga seketika berubah jadi gak bersahabat.

"Siapa?"

Gak langsung respon. Cukup lama Wirga ngeliat handphone lalu kembali fokus ke Nanjan dan tersenyum. "Biasalah, temen-temen nanyain kabar."

Nanjan manggut-manggut percaya. Wirga kembali mengotak-atik handphonenya, gak lama kemudian sebuah lagu terputar memenuhi pendengaran Nanjan. Wirga mengulurkan kedua tangannya. Nanjan menatap tangan serta mata Wirga secara bergantian lalu tersenyum sambil nyambut uluran tangan si pacar baru.

Now playing
“Lovers Rock” - TV Girl
.ıllı.lılllı.ıllı.ıllı.lılllı.ıllı
00:10 ━ ───────────── 03:33.
                ◁◁         ▐ ▌         ▷▷

Are you sick of me? Would you like to be? I'm trying to tell you something, something that I already said.

Wirga dan Nanjan berhadap-hadapan, senyuman mereka merekah. Kaki keduanya berayun, kanan dan kiri bergantian. Sesekali badan Nanjan bahkan berputar kaya lagi dansa sama Wirga biasanya. Loncat ke sana, loncat ke sini, serangga malam ikut pusing ngeliat keaktifan tingkah Wirga dan Nanjan.

You like a pretty boy with a pretty voice, who is trying to sell you something, something that you already have.

Wirga menuntun Nanjan turun dari tangga menuju lapangan bawah, tangan mereka masih setia bertaut. Sampai di pinggir lapangan, Nanjan iseng ngelepas genggaman tangannya dan Wirga lalu berlari menjauh. Wirga mengulum senyum, tanpa basa-basi dia mengejar Nanjan.

But if you're too drunk to drive and the music is right. She might let you stay, but just for the night. And if she grabs for your hand and drags you along, she might want a kiss before the end of this song.

Tertangkap, Nanjan tertangkap oleh Wirga dari belakang. Nanjan merasakan tubuhnya terangkat, kedua kakinya gak lagi menyentuh tanah. Mereka berputar sampai-sampai Nanjan merasa sedikit pusing barulah Wirga berbaik hati menurunkan Nanjan.

Because love, can burn like a cigarette and leave you alone with nothing, and leave you alone with nothing.

Nanjan beralih posisi ke belakang Wirga. Pemuda itu meloncat ke punggung sang pacar. Dengan senang hati Wirga menggendong Nanjan. Mereka mengitari lapangan hingga Nanjan menunjuk seekor anjing. Keduanya menghampiri anjing itu, Wirga juga menurunkan Nanjan dari gendongannya. Nanjan berjongkok mengelus kepala anjing.

"Alo~ lucu banget, sih, kamu," ucap Nanjan gemas meski si anjing gak bakal ngejawab pakai bahasa manusia.

"Anjing punya siapa, dah?" Wirga berkacak pinggang menatap Nanjan yang lagi elus-elus anjing. Cemburu dikit, maunya yang dielus cuma Wirga.

"Paling anjing sekitar sini."

Wirga ber-oh ria denger penuturan Nanjan. Ngeliat Nanjan yang kayanya seneng sama tu anjing bikin khayalan Wirga melayang-layang bebas. Dia ngebayangin hubungannya sama Nanjan bertahan lama sampai Wirga kerja terus mereka punya rumah sendiri dan bisa ngeadopsi anak atau peliharaan layaknya pasangan normal. Ngebayangin doang udah bikin Wirga seneng apalagi kalo jadi kenyataan.

Lama Nanjan berjongkok mainin anjing. Pas udah pegel baru pindah ke kursi di dekat sana. Nanjan gak malu-malu lagi nyenderin kepalanya di bahu Wirga. Tangan mereka kembali bertaut.

"Jan, aku mau kita bahagia terus kaya malam ini."

Nanjan mengangguk kecil. Dia mengangkat kepalanya buat menatap Wirga. Pemuda itu tersenyum manis meski banyak keraguan dalam hatinya. Dia masih gak yakin banget kelanjutan hubungannya sama Wirga. Gak ada yang tau berapa lama kebahagiaan keduanya bertahan.

"Aku gak bakal lepasin kamu, I love you, Nanjan." Jarak dikikis oleh Wirga. Keduanya bener-bener dekat sampai jidat mereka saling menempel. Perlahan mata Wirga mulai tertutup. Mereka menikmati hangatnya hembusan nafas satu sama lain. Cukup lama hingga akhirnya Wirga mutusin buat mendaratkan bibirnya di atas bibir Nanjan. Lumatan-lumatan kecil nan memabukkan itu special Wirga kasih ke Nanjan.

"Woy, apaan, tuh, cium-ciuman di tempat umum?!"

Baru bentaran Wirga sama Nanjan menikmati pergumulan bibir mereka, tiba-tiba udah ada yang negur aja. Nanjan refleks ngedorong Wirga menjauh. Mereka menoleh ke asal suara, sial, ternyata yang negur barusan Si Lando.

"Bangsat! Ngagetin aja," sungut Wirga. Lando cuma terkekeh. Bingungnya lagi, pemuda itu berlalu santai melewati Wirga dan Nanjan. Si pasangan baru seketika cengo ngeliat Lando  ternyata nyamperin Om Jordan yang ada di dekat jalan keluar kost. Wirga melirik jam tangannya lalu geleng-geleng kepala sambil berdecak.

"Udah mau jam sepuluh lewat, Si Lando malah dijemput om-om. Bikin mikir negatif aja."

Nanjan terkekeh. Gak lama dari kepergian Lando, Nanjan harus berpisah pula dari anjing yang main sama dia tadi, pasalnya Wirga ngajak masuk kamar. Mana udah malam juga, Nanjan mau gak mau nyetujuin. Kelar dari ganti pakaian, baik Nanjan maupun Wirga akhirnya bisa menyentuh kasur, berbaring berdampingan, udah kaya penganten baru, lengket.

"Aku mau tiap malem kita wajib cuddle terus ciuman terus grepe dikit." Wirga menarik Nanjan mendekat, ngebiarin Nanjan meringkuk dalam dekapannya. Pipi Nanjan sampai nempel ke dada Wirga saking gak mau jauhnya.

"Menang banyak di kamu, lah, kalo gitu!"

"Kita sama-sama enak, loh."

"Halah!" Nanjan memukul pelan sisi dada Wirga. Yang dipukul justru ketawa kecil. Pelukan keduanya semakin erat. Wirga meminta Nanjan memejamkan matanya. Sambil menepuk-nepuk pelan pantat Nanjan, Wirga bersenandung kecil. Dia udah kaya lagi nidurin bayi, tapi cara itu efektif. Nanjan tidur dalam waktu singkat. Diam-diam Wirga tersenyum menyadari Nanjan yang udah tidur. Satu kecupan ringan Nanjan dapatkan di pucuk kepalanya.

"Good night, Milo."

Sksksk~ jangan lupa vomentnya~

Jejaka Lokal {BxB}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang