Mari vote dulu teman-teman 🕺
Nanjan memasuki sebuah cafe kecil di pinggiran jalan besar dengan pakaian rapinya. Kemeja berwarna mint serta celana kain hitam itu membuat Nanjan terlihat dewasa meski aura cantiknya juga masih ada. Pria yang sudah menginjak umur ke 24 itu memesan semacam kopi panas lalu memilih tempat duduk pas di dekat kaca besar dengan pemandangan jalan raya. Mata Nanjan berfokus pada pemandangan di luar sana yang tampak sepi, rintik-rintik hujan terus berjatuhan semenjak Nanjan memasuki cafe. Agaknya langit pun tau suasana hati Nanjan yang mendung. Sudah 5 tahun lebih dia LDR sama Wirga, terkadang Wirga sesekali datang ke Kalimantan tapi sebulan ini hubungan mereka malah terasa hambar. Wirga jarang menghubungi, keliatan benar-benar sibuk. Bahkan satu minggu terakhir, Wirga gak ada ngehubungin Nanjan sama sekali. Itulah yang bikin hati Nanjan terasa mendung hari ini.
Sibuk ngelamun, Nanjan gak sadar pesanannya udah datang. Sejenak dia menyesap kopinya lalu memejamkan mata, menikmati rasa kopi sekaligus menenangkan diri. Cukup lama Nanjan merem, dia tiba-tiba ngerasain sesuatu menghalangi matanya. Pas Nanjan buka mata juga yang bisa dilihat cuma kegelapan. Pria itu meraba-raba sesuatu yang menutupi matanya, dugaan Nanjan itu tangan seseorang.
"Siapa?" Dari tangannya, cuma satu yang bisa muncul di pikiran Nanjan. Tapi, Nanjan tetap nanya karna dia takut salah. Lagi pula Nanjan gak pengen terlalu berharap orang yang nutup matanya ini sama dengan orang yang di pikiran Nanjan.
"Enak banget ngopi sendiri, aku gak diajak, Milo?"
Nanjan tau persis suara rendah yang barusan berbisik. Belum lagi panggilan itu, cuma satu orang yang manggil Nanjan dengan panggilan Milo. Nanjan semakin tau dan yakin siapa orang yang nutup matanya ini.
Kedua sudut bibir Nanjan terangkat. Gairah di tubuhnya seketika hidup kembali. "Wirga?"
Pandangan Nanjan gak lagi gelap setelahnya. Tangan yang nutupin mata Nanjan sudah beralih. Pemandangan di depan Nanjan yang tadinya cuma bangku kosong sekarang juga sudah terisi oleh seseorang yang barusan Nanjan sebut namanya.
"Iya? Wirgamu sudah di sini." Wirga tersenyum. Pria itu masih rapi dengan pakaian formalnya. Keduanya sekarang lagi sama-sama memakai pakaian formal. Bener-bener kerasa aura pasangan dewasa menuju pernikahan. Bukan tanpa alasan keduanya berpakaian kaya gitu, Wirga sendiri semenjak megang perusahaan ayahnya jadi pakai pakaian formal kemana-mana, sedangkan Nanjan dia baru aja balik dari ngajar. Pria itu sekarang jadi guru di sekolah swasta.
"Kok kamu bisa tau aku di sini?" Nanjan mengerjap heran.
"Jadi gini ceritanya, aku tadi nyampai bandara sekitar jam setengah duaan terus abis itu langsung aja ke sekolahmu buat nungguin kamu, taunya pas jam tiga itu kamu keluar dari gerbang sekolah gak nyadar ada mobilku. Jadinya aku iseng aja diam-diam ngikutin sampai sini."
Nanjan mengulum senyum. Tapi seketika datar lagi setelah ingat sesuatu. Bahkan Nanjan sekarang cenderung manyun. Tanpa aba-aba Nanjan memukul pelan tangan Wirga. Bikin sang dominan jadi kebingungan.
"Kok seminggu ini ngilang gitu aja? Aku kangen tau! Kirain kamu udah gak sepeduli itu sama aku."
Wirga menghela nafas, tatapan meneduh. Kedua tangannya meraih tangan Nanjan. Wirga mengusap pelan punggung tangan Nanjan dengan jempolnya. "Maafin aku, ya?" Nanjan sedikit tersentak ngedenger suara Wirga yang melembut, perasaannya seketika menghangat. "Aku gak bermaksud nyuekin kamu akhir-akhir ini, tapi ada banyak hal di perusahaan yang perlu aku urus. Meski gitu, aku tetap usaha ngabarin kamu, kok. Buat satu minggu ini yang gak ada kabar, maaf sekali lagi tapi aku sengaja karna pengen bikin kejutan, maaf, ya, pangeran manis."
"Hish! Kejutannya harus banget bikin kesel dulu apa?"
Wirga tertawa canggung. "Lain kali gak bakal gitu. Karna abis ini aku mau ajak kamu ke Jakarta, sayang~" wajah pria itu berubah cerah. Nanjan aja sampai kaget. "Mau, ya? Adek kamu, kan, bentar lagi kuliah, suruh aja dia ambil universitas yang di Jakarta, jadi kamu gak perlu khawatir kepisah sama adekmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejaka Lokal {BxB}
Teen Fiction"Di sini kost khusus putra, kan? Kok lu ..." Wirga natap Nanjan dari ujung rambut sampai ke paha. Sampai ke paha aja karna abis itu Wirga buang muka terus neguk ludah. "Aku kenapa? Emang bener ini kost khusus cowo dan aku cowo, salahnya dimana?" Nan...