5.VVIV

184 9 0
                                    

"Pak, pak andre.., pak!" Teriak eila membuat semua mata yang ada di sana tertuju padanya. Tak terkecuali dion yang baru saja di tangkap atas kasus penyerangan terhadap beberapa siswa dari SMA ALTER juga kini melihat ke arah Eila.

"Pak!" eila menurunkan suaranya satu oktap ke bawah.

"Ishh.. Bisa gak jangan panggil saya bapak, emang nya saya bapak kamu apa?" Ucap andre kesal.

"Terus kalo gak panggil bapak, panggil apa dong?" Tanya eila sambil terus mengikuti langkah andre.

"Terserah, asal jangan bapak, saya gak suka pangilan itu" Ucap andre sambil pokus dengan berkas berkas yang ada di hadapannya.

"Yaudah abang aja kalo gitu, biar lebih akrab" Ucap eila cengengesan.

"Nah, kalo Itu, saya lebih suka" Andre mengangguk setuju.

Eila tersenyum puas, ia melihat lihat ke sekitar ruangan, dan menyadari bahwa ada dion di ruangan itu.

"Eh, ada kak dion? Ngapain di sini?" Eila bergerak menarik tempat duduk yang ada di sebelah dion.

"Dia ditangkap gara gara nyerang siswa SMA alter" Jawab andre mewakili.

"Kak dion nyerang?" Ucap eila dengan tatapan penasaran.

"Ck, Gak, mereka yang nyerang duluan" Dion melihat EILA sekilas.

"Kamu! Berani beraninya kamu mengelak, sudah jelas jelas kamu yang menyerang mereka, sampai mereka masuk rumah sakit?" Tanya buk suri (kepala sekolah SMA ALTER), yang yakin kalo dion yang pertama kali menyerang murid muridnya.

Dion mengalihkan pandangannya, dia merasa tidak ada gunanya dia berkata jujur, karena pada akhirnya dialah yang akan di salahkan.

Tapi lain dengan eila, meskipun dia gak tau akar permasalahannya tapi dia merasa bahwa ada yang salah di sini, bukan, dia yakin pasti ada yang gak beres sama kejadian ini.

"Pertama pengeroyokan, kedua babak belur, ketiga polisi, dan sekarang SMA ALTER" eila terus memikirkan, menyimak dan menyimpulkan percakapan dari orang orang yang ada di hadapannya dengan seksama.

Merasa yakin dengan keputusan nya, akhirnya eila pun angkat bicara.

"Stop... Saya tau siapa yang sebenarnya bersalah" Ucap eila percaya diri.

"Kamu siapa? Beraninya ikut campur urusan saya" Ucap sari menggebu gebu.

"Saya? Aah... Saya saksinya, saya yang melihat kalo murid murid ibu yang sudah melakukan pembullyan dan memulai semua ini" eila menatap bu suri dengan tatapan yakin dan setelah itu beralih menatap dion.

"Hah, gak usah mengada ngada kamu, mana buktinya kalo murid murid saya memang betul bersalah?" Tanya suri menantang.

"Jadi anda ingin bukti, oke kalo gitu, bang boleh pinjem leptop gak, eila mau nunjukin buktinya sama ibu ibu ini" Ucap eila pada andre.

"Ei, kamu yakin?" Ucap andre gak yakin dengan keputusan Eila.

"Lo? Udah!, gue gak mau lo ikut campur urusan gue, mendingan lo pergi!" Usir dion.

"Kak?" Panggil Eila. "Kak dion!" Eila menggenggam tangan dion erat, alih alih berhenti dion semakin yakin kalo seharusnya ia tak melibatkan eila dalam pertikaian ini.

"PERGI!! Gue gak butuh bantuan lo" usir dion dengan nada yang sedikit tinggii.

No, eila gak akan pernah biarin anak anak dari sekolahnya di salahkan, karena eila tau semua kebejatan dari SMA alter. Gak, pokonya ini gak bisa di biarin.

Bukan Eila namanya jika gak keras kepala, bukannya takut Eila malah tersenyum, senyuman yang bisa bikin siapa aja luluh, eits, tapi jangan salah, sebenarnya senyuman itu adalah senyuman mematikan.

DION MARCELL (ON GOING 🔥) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang