Part 3.

3 3 0
                                    

||• Aliza

Ini sudah yang ke-7 harinya ia bersekolah di SMA Pancasila. Selama itu pula ia masih merasakan biasa saja bersekolah di sini, tidak ada hal-hal menyebalkan yang ia temui atau mungkin belum terjadi?

Disini ia merasa jika ia menemukan rumah keduanya dengan tepat. Jika dinilai satu persatu, Amey akan bilang jika teman-teman sekelasnya benar-benar sangat asik dan menyenangkan, guru-gurunya pun banyak yang ramah dan baik disini, dan murid dari kelas sebelah yang sangat ramah juga. Mereka baik dalam menjaga relasi pertemanan. Meski berbeda kelas.

Ia merasa jika tempat ini adalah surga terbaik sepanjang ia bersekolah, dan ternyata orang baik letaknya ada di SPANCA. Bahkan ia sempat berpikir seperti itu hingga sekarang.

"Mey." Seseorang tiba-tiba menyentak lamunannya dengan menepuk pundak Amey perlahan. Gadis yang menepuk pundaknya tersenyum rekah dan dibalas Amey senyuman ringan.

"Hai Sel."

"Gue cari'in ternyata disini. Kenapa? Lagi ada masalah?" Seline duduk di sebelah Amey yang sedari pagi termenung sendiri di pinggir lapangan basket.

Sebelum bel masuk berbunyi Amey memilih pinggir lapangan sebagai tempat ia melamun sekalian untuk mencari udara yang segar. Karena disini tempatnya sejuk dan luas.

"Gapapa kok, gue lagi cari udara seger aja disini."

Ini masih pagi, sekarang pukul 07:10 menit dan kurang 5 menit lagi bel masuk berbunyi.

"Owh, soalnya gue dari tadi cari'in lo kemana-mana, taunya disini, yaudah gue samperin. Kalo ada apa-apa cerita aja sama gue Mey, jangan dipendem sendiri nggak baik."

Amey menatap sendu Seline. Ia merasa ia sangat beruntung berteman dengan Seline, kenapa tidak dari dulu saja ia dekat dengan gadis itu.

Amey merasa jika Seline yang sekarang jauh lebih santai kepada dirinya. Gadis itu bahkan tidak segan-segan menjadi teman curhat Amey. Amey merasa hatinya sedikit tersentuh oleh ucapan Seline barusan.

"Makasih Sel, tapi gue gapapa kok." Seline mengangguk.

"Oh iya, nanti kita ada forum jurnal kan ya, aish, gue hampir lupa."

Amey dan Seline sudah berada di ekskul yang sama yaitu, Jurnalistik. Mereka mengisi formulir beberapa hari yang lalu setelah dua hari menjadi siswi SMA Pancasila dan ia baru menjalankan tugas sebagai anggota Jurnalistik selama empat hari yang lalu.

Jadwal forum tidak ditentukan, dan bisa sewaktu-waktu mereka mengadakan rapat secara dadakan.

"Huft, gue males banget kalo forum. Boleh bolos aja nggak."

"Gaboleh, lo, gaboleh bolos. Kalo bolos terus yang jadi temen ngobrol gue siapa. Anak IPA pada nggak asik, mereka bisu kali ya diem mulu." Seline sangat membenci anak IPA. Karena setahu Seline anak IPA itu cuek dan kurang menyenangkan.

Jika diajak berbicara mereka hanya menjawab seadanya tanpa mau repot-repot menambahkan kata. Sungguh menyebalkan bukan.

Seperti ini contohnya.

"Eh salam kenal, gue Marcelline dari X IPS 1. Kalo lo?"

Gadis yang diajak bicara hanya memandang datar Seline. Kemudian setelah beberapa detik terjadi hening, akhirnya gadis itu mulai bersuara.

"Sepuluh Mipa 2."

Selesai. Setelah itu Seline berjanji tidak akan lagi berbicara dengan anak Mipa.

"Hahaha, sabar." Seline mengerucutkan bibirnya.

"Nggak like gue huwaa... Mereka nggak banget sama gue, Mey."

Amey menatap Seline yang masih cemberut.

MEYBITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang