Part. 9

2 0 0
                                    

•||Pendekatan pertama

≧ω≦

Ucapan untuk mengakhiri forum sudah berkumandang, kini ke-13 anggota jurnalistik termasuk Amey dan Seline sudah berdiri dari tempat duduknya dan keluar dari kelas.

Namun sebelum keluar dari kelas XII IPA 1 tempat untuk forum, mereka menyempatkan diri untuk melakukan tos ala kakak kelas dan adik kelas.

Yang didasari agar mereka tetap bisa menjalin hubungan baik meski forum selalu berasa seperti mereka selesai sidang.

"Dongkol banget gue sama kakak kelas yang namanya Arin. Sok banget." Amey terkekeh.

Selepasnya keluar dari ruangan yang bagi Seline adalah neraka. Seline langsung menyemburkan seluruh kekesalannya melalui curhat kepada Amey.

"Udah selesai kali, Sel." Kepala Seline menggeleng.

"Gue dongkolnya masih. Nggak bakal gue lupain pokoknya, pas si Arin, Arin itu bentak gue tadi."

Seline kembali mengingat kejadian beberapa menit lalu yang masih berputar di kepalanya. Di mana ia yang disentak oleh kakak kelas bernama Arin karena dirinya yang berbicara ketika Arin tengah berbicara di depan.

"Kalian pikir kalian sopan seperti itu sama kakak kelas!" Semuanya terdiam, ada yang takut ada juga yang diam-diam menggerutu dalam hati.

"Sok banget, najis."

"Kalau ketemu sama kakak kelas di lingkungan sekolah itu, disapa, jangan asal sludar-sludur gitu aja. Kalian pikir, hebat! Hah!" Sarkas Arin pada semua anggota jurnalistik kelas X.

Seline menyenggol lengan Amey tapi Amey mengode Seline untuk menghentikan ulahnya.

"Sel, diem." Bisik Amey, takut jika kakak kelas itu marah kepada mereka.

"Gue gak peduli, ayo izin keluar, gue udah males Mey," rengek Seline memegang lengan Amey.

Amey menghela nafas, "masih setengah jam lagi, sabar."

"Gue udah eneg lihat omelan mereka yang unfaedah," lirih Seline menahan segala umpatan yang hendak meluncur  di bibirnya.

"KAMU!" Seline maupun Amey sama-sama terlonjak kaget.

Kedua gadis itu kini menjadi pandangan teman-teman seangkatannya dan juga mendapat tatapan-tatapan menghunus dari kakak kelas.

"Siapa yang nyuruh kamu berbicara," Sentaknya pada mereka berdua, tapi tatapannya mengarah hanya pada Seline.

"M-maaf kak,"

Gadis yang dibentak mengulum bibirnya dan memainkan kuku-kukunya untuk ia lampiaskan disana.

"Gak terima gue dibentak, orang tua gue aja gak pernah bentak gue begitu."

"Namanya forum pasti ya ada gitu Sel. Lagian itu nggak di organisasi kita aja, kayak PMR, Paskib, mereka juga sama aja. Kakak kelas bakal marah-marah karena alasan nggak jelas. Itu juga buat ngelatih mental kita."

Seline mendengus kasar, "tapi ya, nggak dibentak juga. Gue bicara sama lo tadi itu udah gue rendahin suara gue, masih kedenger ke mereka? Ganggu mereka, enggak kan," sulut Seline.

"Yaudah sabar, ini masih permulaan, kalo kita jadi kakak kelas pasti juga gitu ke adik kelas."

"Enggak lah, gue bakal baik-baikin aja, emangnya siapa sih yang suka dibentak nggak berkonsep kayak tadi. Emangnya tadi itu pelajaran? Kalo guru sih pantes, lah dia, cuman seorang kakak kelas yang menjabat menjadi penanggung jawab buat Sie Mading. Gitu aja udah sok banget."

MEYBITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang