Part 16

3 1 0
                                    

Sesampainya kami di backstage, Jacqueline dan Leon langsung menghampiri kami berdua dengan tergesa-gesa.

Jacqueline: "Kak, Lice, ada sosok yang mencurigakan di tempat penonton"

Kak Martin: "Mencurigakan apanya?"

Leon: "Itu ada sosok berjubah hitam berdiri di tempat penonton"

Kak Martin: "Hadeh... Kalian aku suruh tetep disini ngapain keluar?"

Jacqueline: "Lho tadi kami gak keluar kak. Tadi beberapa anak yang turun dari panggung pada laporan ada sosok berjubah hitam"

Leon: "Iya kak. Terus tadi ada yang keluar terus sosok itu difoto pake HP nya. Terus aku minta fotonya ke salah satu diantara mereka. Ini fotonya kak"

(Leon menunjukkan foto ke Kak Martin dan Alice)

Leon: "Ini sosoknya. Masih kelihatan jelas di sini"

Kak Martin: "Aku liat fotonya ya. Permisi"

Alice: "Jubah hitamnya mirip. Tapi fisiknya keliatan beda sama yang dulu"

Kak Martin: "Yang dulu kapan?"

Alice: "Yang waktu kita konser itu kak"

Kak Martin: "Konser? Konser yang mana?"

Alice: "Konser yayasan tahun lalu itu lho! Gimana sih kak?"

Kak Martin: "Iya-iya... Namanya aja setahun yang lalu. Kakak kan lupa kena kebanyakan nugas sama ngurus OSIS kek gini"

Alice: (cemberut) "Iyain dah. Aku dah keburu ngambek sama kakak"

Kak Martin: "Hadeh... dah sana kamu lanjut. Gak usah dipikirin itu hantu. Jacqueline, Leon, kalian juga lanjut ya"

Jacqueline & Leon: "Siap kak"

Aku pun kembali melanjutkan tugasku di backstage. Saat aku membaca rundown acara, aku tak sengaja menoleh ke arah pergelangan tangan kiriku. Terdapat gelang hitam dengan permata berwarna pelangi di tengahnya. Sontak aku terkejut karena sebelumnya aku tak pernah memiliki gelang seperti itu apalagi memakainya. Segera kututup pergelangan tangan kiriku dengan lengan hem berwarna hitam dan kembali melanjutkan tugasku. Beberapa saat kemudian, terdengar suara gaduh dari tempat penonton. Aku mencoba mengintip untuk melihat apa yang terjadi di luar. Belum sempat aku melihat ke arah luar, badanku ditarik dari belakang.

Jacqueline: (Menarik tangan Alice) "Lice, jangan keluar"

Alice: "Apa? Jangan keluar? Serius?"

Jacqueline: "Di luar sana bahaya. Aku takut aku kena mereka tahu keberadaan kita"

Alice: "Tapi keadaan di luar sana udah kacau"

Kak Martin: "Alice, aku dah ngerti keadaan di luar sana. Sosok yang tadi ditunjukin Leon membuat kekacauan disana. Mending kita jaga yang ada disini dulu"

Alice: "Terus yang di luar gimana-"

(Dian, Tika, dan Cahya berlari masuk ke backstage)

Jacqueline: "Eh kalian kenapa lari-lari gitu?"

Cahya: "Anu, kita mau cari aman disini"

Leon: "Lah sapa yang ngide gitu?"

Dian: "Itu si Tika yang ngide"

Tika: "Ya, aku yang ngide. BTW kalian gapapa kan?"

Alice: "Gapapa kok. Gimana kondisi di sana?"

Dian: "Aduh... Udah bahaya banget nih... makanya kita lari ke sini. Mau ke tempat lain tapi-"

Tika: (menunjuk ke arah belakang) "LARIIIIII!!! DIA DI SANA!!!!"

Cahya: "WOII TUNGGUIN DONG!"

Alice: (menoleh ke belakang) "G-Gil???"

Kak Martin: (menarik tangan Alice) "Ayo lari! Kita gak punya banyak waktu"

Kami semua yang berada di backstage melarikan diri ke halaman sekolah. Namun Gil dan yang sudah memakai jubah hitam itu tetap mengejar kami. Kukeluarkan senjataku dan aku mencoba menghalang Gil dengan serangan sementara yang lain sudah lari duluan. Tiba-tiba suara bisikan terdengar di telingaku.

"Alice, sebentar lagi teman-temanmu akan membantumu. Gelang di tangan kirimu itu memberi tanda bagi mereka" Begitulah ucapan yang terdengar melalui bisikan itu. Aku tahu, Christa yang membisikkan itu walau dia tak menampakkan dirinya. Seketika aku terdiam sebentar memikirkan siapa saja yang akan membantuku?

"Ayo lari! Jangan bengong! Nanti kamu kena!" Kata Kak Martin sambil menarik tanganku. Aku pun langsung berlari mengikuti Kak Martin menuju halaman sekolah.

Sesampainya di halaman sekolah, aku langsung mengeluarkan senjataku dan mengambil posisi. Barangkali Gil juga menyusul ke halaman sekolah. Tak disangka, Gil menyusul bersama Aprilia. Ternyata mereka sudah menjadi anak buahnya Duke Black yang ditandai dengan jubah hitam yang mereka pakai. Ternyata itulah dua orang yang dimaksud Christa. Ditengah kebingunganku, terdengar suara teriakan yang kukenal selama ini.

"Alice! Kami disini membantumu!" Begitulah teriakan dari Cornelia. Ternyata ketiga sahabatku datang dengan membawa senjata ajaib mereka. Belum sempat aku bertanya, mereka bertiga langsung menyambar Gil dan Aprilia dengan senjata mereka masing-masing. Tanpa berlama-lama, kukeluarkan senjataku dan langsung menyambar Gil dan Aprilia. Tentu mereka berdua tak mau kalah menyerang kami. Kira-kira selama 30 menit kami beradu kekuatan dan kami berempat sudah kelelahan sehingga kami berempat terhempas ke belakang karena serangan dari Gil.

Me and The Magic WeaponTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang