Part 13

2 1 0
                                    

Di tengah latihan, aku mendapat telepon dari Bowo. Aku keluar dari ruang doa sebentar dan mengangkat telepon itu.

Alice: "Halo? Kenapa Bowo?"

Bowo: "Lice, ada bahaya disini"

Alice: "Bahaya apa, Wo?"

Bowo: "Anu, ada penyusup masuk"

Alice: "Penyusup siapa?"

Bowo: "Ga tau aku"

Alice: "Hadeh... BTW Kak Martin dimana? Kasih aja ke dia"

Bowo: "Ini di sebelahku. Nih aku kasih sekarang"

Kak Martin: "Halo Alice, manusia biadab itu kembali"

Alice: "HAH!? SERIUS!?"

Kak Martin: "Iya! Beneran serius aku!"

Alice: "Terus Jacqueline gimana sekarang?"

Kak Martin: "Dia dibawa turun ke lantai 3 sama si Leon"

Alice: "Terus keadaan disana gimana?"

Kak Martin: "Wah kalau gitu mending kamu kesini sekarang. Jangan lupa izin pokoknya"

Alice: "O-oke, aku segera ke sana"

Dengan keadaan panik, aku masuk lagi ke ruang doa dan mengambil barang-barangku di ruang doa. Kak Evangeline yang melihatku terheran-heran apalagi tadi dia sempat menguping teleponku.

Alice: "Kak, sorry ya aku izin keluar dulu ya..."

Kak Evangeline: "Lho kenapa? Ada masalah di aula?"

Alice: "Iya! Tuan dari sosok jahat yang muncul pas konser itu sekarang ada di aula"

Kak Evangeline: "Ya Tuhan... Aku cuma bisa bilang semoga semuanya selamat"

Alice: "Iya kak. Semoga latihan bisa berlanjut dengan lancar"

Aku langsung berlari ke lantai 3 untuk memastikan keadaan Jacqueline. Di sebuah ruang kelas yang tak terpakai, sudah ada Jacqueline dan Leon yang duduk di pojok ruang.

Alice: "Jacqueline. Kamu gapapa?"

Jacqueline: "Lemes badanku Lice..."

Alice: "Kok bisa lemes?"

Leon: "Dia syok pas dia lihat mantanmu itu. Saking syoknya dia hampir jatuh"

Alice: "Waduh... Sorry ya... Aku gak bisa nemenin kamu lama-lama tadi..."

Leon: "Ga usah minta maaf Lice. Kan kamu ada kesibukan tersendiri. Kami yang mestinya minta maaf udah ngerepotin kamu..."

Alice: "Gapapa Leon. Yang penting kalian gak terluka aja... Eh BTW sorry lagi aku harus ke aula. Takutnya di sana juga kenapa-kenapa. Get well soon Jacqueline"

Jacqueline: "Iyaa... Thank you Lice..."

Aku langsung berlari ke aula karena aku khawatir dengan keadaan di sana. Benar saja, apa yang aku khawatirkan terjadi. Kondisi aula sudah sangat kacau. Banyak properti yang sudah hancur berkeping-keping. Banyak juga yang kabur keluar aula karena ketakutan. Beberapa orang masih ada yang di dalam untuk menyelamatkan barang-barang yang masih bisa diselamatkan. Saat aku masuk ke aula, suasana disitu terasa sepi. Aku coba naik ke balkon. Ternyata anak paduan suara dan beberapa anggota OSIS yang lainnya bersembunyi di balkon. Clarissa, Bowo, dan Kak Martin ada diantara mereka itu.

Alice: "Gais, kalian gapapa?"

Clarissa: "Kita semua gapapa"

Alice: "Huh... Syukurlah... BTW sorry aku telat datengnya soalnya aku nyamperin Jacqueline dulu"

Kak Martin: "Gapapa Lice. Justru kamu dateng disaat yang tepat. BTW, gimana keadaan Jacqueline di sana?"

Alice: "Badannya lemes. Katanya sih gara-gara syok"

Kak Martin: "Iya, tadi dia syok berat. Bahkan hampir pingsan. Leon masih nemenin Jacqueline kah?"

Alice: "Iya. Sama Kak Evangeline juga. Tadi aku dari ruang doa ke tempatnya Jacqueline bareng Kak Evangeline-"

Bowo: "Alice, kamu jangan berdiri gitu. Ntar kamu ketauan sama dia"

Alice: "Dia mantanku?"

Clarissa: "Sstt... Jangan kenceng-kenceng juga"

Alice: "Lah kenapa kalian malah sembunyi disini? Kok gak keluar?"

Bowo: "Soalnya tadi dia ngejar anak-anak yang lari keluar. Daripada kena juga, aku kepikiran buat sembunyi disini. Mana mungkin juga dia naik kesini?"

Alice: "Ehh... Bowo... Memang dia belum tentu naik ke sini... Kalau tahu-tahu dia bisa terbang terus kita ketahuan gimana?"

Bowo: "OH IYA! KENAPA GAK-"

Juan: "Siapa disana!? Keluarlah dari persembunyian kalian!"

Alice: (dalam hati) "Mampus kita..."

Clarissa: "Hadeh Bowo... Gimana sih..."

Bowo: "Maap gak sengaja"

Kak Martin: "Gini aja. Alice, kamu turun dari balkon tapi jangan berjalan. Merangkak aja. Kalau kamu merangkak, kamu pasti gak keliatan sama dia"

Alice: "Kok aku aja? Napa gak semua?"

Kak Martin: "Kalau semua ikut, malah gampang ketahuan. Mending kamu aja yang turun terus serang dari belakang. Biar aku sama Bowo mengalihkan perhatian dia"

Alice: "Oke kalau gitu"

Dengan diam-diam aku turun dari balkon agar tidak ketahuan Juan. Sementara aku berjalan, Bowo dan Kak Martin beradu mulut dengan Juan untuk mengalihkan perhatiannya Juan. saat aku sudah di ujung tangga, ku keluarkan senjata ajaibku dan aku langsung menyerang Juan dari belakang dengan melompat setinggi mungkin dan memukulkan tongkat baseball ajaibku sekencang mungkin. Seketika serpihan es keluar dari tongkat baseball ajaib dan menghantam Juan. Juan yang dari tadi beradu mulut dengan Kak Martin dan Bowo kaget dan tidak siap menangkis serangan. Dalam sekali serangan, Juan sudah lemah tidak berdaya.

"Ternyata kamu semakin kuat ya, Alice. Kalau begitu, besok kau harus berhadapan dengan tuanku! Rasakan akibatnya nanti!" ungkap Juan sembari merasakan kesakitan. Setelah itu Juan menghilang dari hadapanku. Namun setelah Juan pergi, secara tiba-tiba aku dibawa pergi entah kemana.

To be continued

Me and The Magic WeaponTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang