Part 10

2 1 0
                                    

Setelah aku mendapatkan penanganan dari rumah sakit, aku harus dirawat inap dalam waktu beberapa hari. Tika dan Jacqueline membantuku untuk mengabarkan keadaanku pada kedua orang tuaku. Tentu awalnya kedua orang tuaku kaget akan keadaanku. Namun sebagai ketua kelas, Jacqueline menawarkan sebagian besar biaya pengobatan ditanggung oleh satu kelas melalui iuran kelas agar biaya yang ditanggung kedua orang tuaku tidak terlalu banyak. Kedua orang tuaku pun menyanggupi usul tersebut.

Sepanjang aku menjalani rawat inap, Aji, Angel, Cornelia, Tika, Cahya, Dian, Marvelyn, Jacqueline, Isabelle, Clarissa, Karina, Imanuella, Mary, Mika, Kak Callista, Kak Evangeline, Kak Martin, dan teman-teman yang lain menjengukku di rumah sakit dalam waktu yang berbeda. Mereka semua datang untuk melihat keadaanku dan menanyakan awal mula aku mendapatkan kekuatan itu. Dengan senang hati aku menjelaskan itu semua secara detail. Tentu setelah itu mereka masih lanjut dengan obrolan santai hingga akhirnya mereka berpamitan untuk pulang.

Singkat cerita setelah aku pulang dari rumah sakit dan lukaku benar-benar pulih, aku kembali menjalani hari-hariku seperti biasanya. Bedanya, hari libur kali ini selalu aku manfaatkan untuk berlatih menggunakan kekuatanku. Sesekali Aji, Angel, dan Cornelia datang untuk melihat aku berlatih, memberiku semangat, dan membantuku saat berlatih jika aku butuh bantuan. Seperti menjadi lawan untuk latihan bela diri, membuat patung-patungan, mencarikan tempat, dan masih banyak lagi. Sesekali juga mereka mentraktirku makanan kesukaanku setelah aku capek berlatih terus.

Hingga suatu hari ketika aku berjalan keluar dari gereja, aku merasa ada yang mengikutiku dari belakang. Kubalikkan badanku ke belakang, namun tak ada siapa-siapa di belakang. Aku pun membalikkan badanku lagi ke depan dan tak ada siapa-siapa di depan. Kulanjutkan perjalananku dengan terburu-buru ke rumahnya Cornelia karena hari itu aku ada janji dengan Aji, Angel, dan Cornelia untuk bersantai bersama. Aku sudah terlambat dari jam yang sudah dijanjikan karena tadi aku bertugas sebagai pemandu umat dan kolektan. Tetap saja aku merasa ada yang mengikutiku dari belakang. Kubalikkan lagi badanku ke belakang namun tetap saja tak ada siapapun di belakang. Hal itu terjadi sampai lima kali. Hingga hal itu terjadi untuk keenam kalinya, ketika aku kembali membalikkan badanku ke depan, Juan muncul secara tiba-tiba.

Juan: "Akhirnya kita bertemu lagi, my baby"

Alice: (marah) "Apaan sih!? Pergi lo dari sini!"

Juan: "Alice, aku ga akan pergi kalau kita gak balikan. Kamu tahu kan seberapa cintaku kepadamu-"

Alice: (mengeluarkan senjata) "Kau masih gak sadar diri? Masih mau main-main sama aku?"

Juan: "Yakin mau tarung lagi? Kamu gak takut luka lagi?"

Alice: "Ngapain gue takut luka!? Gue justru takut telat ketemuan sama temen-temenku!"

Aku langsung memukul Juan dengan senjata ajaibku. Tak peduli bagaimana keadaan dia setelah itu, aku langsung berlari tanpa henti ke rumahnya Cornelia. Sesampainya di rumahnya Cornelia, aku melihat Aji dan Angel sudah datang lebih dulu. Melihat aku yang berlari-lari, mereka semua terkejut dan heran.

Alice: (terengah-engah) "G-gaes. S-sorry. Aku telat"

Angel: "Eh Alice, kenapa kau lari-lari gitu?"

Alice: (terengah-engah) "P-panjang c-ceritanya-"

Cornelia: "Duduk sini Lice Minumlah dulu... Pasti kamu capek habis lari-lari gitu" (menyodorkan segelas air)

Alice: "I-iya"

(Alice minum segelas air)

Aji: "Lice, emangnya kamu habis dari mana kamu sampe lama banget datengnya?"

Alice: "Habis dari gereja sih... Soalnya aku habis bantu hitung uang persembahan... Eh pas jalan keluar tadi malah ketemu sama Juan. Najis bet aku ketemu dia"

Aji: "Kamu habis diapain sama dia?"

Alice: "Dia malah ngajak balikan. Gila bener dia. Mana mau aku balikan sama dia. Langsung kuhajar aja dia"

Angel: "Kamu hajarnya kek gimana?"

Alice: "Aku bantai lah pake senjata ajaibku itu. Habis aku hajar sekali aku langsung lari aja ga peduli dia kek gimana"

Cornelia: "Wih... Kamu gapapa pake itu senjata?"

Alice: "Gapapa kok. Itulah manfaatnya aku latihan terus. Jadinya aku bisa pakai senjatanya sama ngendaliin kekuatannya"

Angel: "Bener juga sih. Kita kan tahu latihannya Alice selama ini kek gimana. Ya itulah hasilnya"

Cornelia: "Nah, hasilnya juga gak mengecewakan. Dia bisa nyerang gitu tapi dia masih aman. Eh iya Lice makan aja ini"

Alice: "Eh iya. BTW ini apa ya?"

Cornelia: "Itu tahu bulat. Kebetulan mamaku hari ini masak oseng-oseng tahu terus tahunya sisa. Nah sisanya itu dibikin tahu bulat gitu buat kita"

Alice: (mencicipi tahu bulat) "Wih enak banget ini! Bumbunya mantep sih ini!"

Cornelia: "Hehe... Rahasianya sih ya pake bubuk kaldu. Kalau garam doang ya adanya cuma rasa asin. Gak ada rasa selain asinnya garam. Kalau pake bubuk kaldu kan ada rasa lain selain asinnya garam gitu..."

Alice: "Oalah... Jujur tahu bulat kek gini kayak banget buat dijual. Kalau dijual pasti cepet laku"

Cornelia: "Hahaha... Bisa aje kau Lice..."

Maka dari itu, aku habiskan sisa hariku dengan bersantai bersama ketiga sahabatku. Setiap aku bertemu dan bercanda bersama mereka, aku selalu merasa sangat bahagia. Kehadiran mereka mampu menyembuhkanku dari berbagai masalah.

To be continued

Me and The Magic WeaponTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang