Part 1

33 2 1
                                    

Ada ungkapan tak kenal maka tak sayang. Kalau gitu kenalin, namaku Alice dan sekarang aku masuk di jenjang SMA. Sejak SMP aku dikenal sebagai anak yang aktif, periang, dan suka ikut pelayanan di gereja (FYI, aku beragama Katolik). Aku punya sahabat cowok sejak SMP namanya Gil. Dia termasuk anak yang pintar. Setiap penerimaan rapor, dia selalu mendapat rangking 3 besar. Sayangnya, di SMA ini jurusan kami beda. Gil di jurusan IPA sedangkan aku di jurusan IPS. Selain Gil, aku juga punya sahabat sejak SMP yang lain. Ada Aji, Cornelia, dan Angel. Saat masih SMP, kami berlima sangat akrab dan kami selalu curhat dan belajar bersama. Tapi kini mereka bertiga berbeda sekolah denganku. Jadi satu-satunya sahabat yang satu SMA denganku hanyalah Gil. Oh ya, aku juga punya pacar sejak kelas 8 yang kebetulan satu gereja denganku. Dia adalah Juan. Di gereja Juan melayani gereja dengan bergabung sebagai anggota putra altar bersama Aji, sedangkan aku bergabung sebagai anggota paduan suara gereja bersama Cornelia. Meski pelayanan kami di gereja berbeda, tetapi kami masih saling mendukung satu sama lain. Dia juga tahu aku bersahabat dengan Gil dan Aji dan dia tetap menerimaku sebagai pacarnya. Hubungan antara persahabatan dan percintaan semenjak SMP masih bisa kujalani dengan baik dan seimbang. Oke sekian dulu prolognya yak!

Waktu MPLS SMA, aku dan Gil masih akrab dan masih belajar bersama. Sampai suatu hari saat aku mampir ke kelasnya Gil untuk belajar matematika dengannya, aku melihat Gil tidak seperti biasanya yang aku lihat. Biasanya dia makan di kelas. Tetapi kini, dia mengobrol dengan Aprilia.

Alice: " Eh Gil, aku habis ini ulangan matematika nih. Ajarin aku bagian yang-"

Gil: "Sorry Lice, aku lagi sibuk sama Aprilia"

Alice: "Oh, oke"

Aprilia adalah teman sekelasnya Gil. Saat itu, Aprilia memasang muka yang sangat jutek kepadaku. Aku berusaha positive thinking kalau Aprilia ini anaknya agak sensi kalau ada yang memotong pembicaraan. Akhirnya aku kembali ke kelas dan belajar dengan teman-teman sekelasku. Beberapa hari kemudian ketika aku ada ulangan biologi yang merupakan mata pelajaran lintas minat di jurusanku, akupun ke kelasnya Gil untuk belajar biologi bersamanya. Namun respon Gil tetap sama seperti sebelumnya dan Aprilia lagi-lagi memasang muka jutek kepadaku. Hal itu terus menerus terjadi.

Sampai suatu hari saat jam istirahat, aku pergi ke toilet. Saat aku keluar dari toilet, ada yang menarik tanganku secara tiba-tiba. Ternyata, itu adalah Aprilia.

Aprilia: (nada marah) "Jadi lo yang selama ini pacaran sama Gil!?"

Alice: (dengan ketakutan) "Pacaran!? Kami cuma sahabat!"

Aprilia: "Tapi kok kamu deket banget sama Gil?"

Alice: "Semua orang kan berhak deket sama Gil! Begitu juga aku!"

Aprilia: "Asal lo tau ya! Cuma gue yang boleh deket sama Gil! Mulai sekarang, kamu gak boleh deket sama Gil! Gue udah sah pacaran sama Gil!"

Setelah itu, Aprilia meludah dan menampar pipiku lalu mengunciku di bilik toilet. Setelah itu Aprilia merusak kuncinya agar aku tidak bisa keluar. Di depan pintu toilet, Gil berdiri namun dia hanya diam saja dan tidak menolongku. Aku masih belum bisa mencerna apa yang baru saja terjadi. Aku pun mencuci mukaku yang habis diludahi Aprilia dan mengeringkannya dengan tisu yang aku bawa di kantong atasan seragamku. Lalu aku berteriak meminta tolong dengan sekencang mungkin. Tapi suasana di luar sudah sepi karena bel masuk sudah berbunyi. Daripada aku membuang tenaga dengan sia-sia, aku hanya diam menunggu seseorang masuk ke toilet.

Sudah satu jam kutunggu, tak ada satupun yang masuk ke toilet. Keringat membasahi tubuhku karena udara yang semakin panas. Suara gagang pintu terdengar, dan aku pun mengintip dari bawah pintu toilet sampai orang itu keluar dari bilik toilet yang lain. Ternyata itu adalah Dinda teman sekelasku. Aku pun memanggil dan meminta tolong kepada Dinda dan untungnya Dinda meresponnya dan langsung mencari bantuan
Lima menit kemudian, Dinda datang kembali bersama Bu Aster selaku wali kelasku dan Pak Arif karyawan sekolah. Pak Arif berusaha mendobrak pintunya dan akhirnya pintu berhasil dibuka dari luar.

Dinda: "Lice, kamu gapapa kan?"

Alice: "Gapapa Din... Makasih ya..."

Bu Aster: "Syukurlah nak... Setelah ini kamu ikut saya ke ruang guru dulu ya. Makasih ya, Dinda. Sekarang kamu balik ke kelas lanjut pelajaran ya... Makasih juga ya Pak Arif"

Dinda dan Pak Arif: "Sama-sama Bu"

(Di Ruang Guru)

Bu Aster: "Alice, tadi kok kamu bisa terkunci di toilet gitu nak?"

Alice: "Jadi gini bu... (menceritakan semuanya)"

Bu Aster: "Oalah... Kalau boleh tahu, Aprilia itu kelas berapa ya nak?"

Alice: "X MIPA 2 Bu..."

Bu Aster: "Baik nak. Nanti ibu laporkan ke kesiswaan biar ditindaklanjuti. Ini minum dulu nak. Sepertinya kamu dari tadi kehausan."

Alice: "Terima kasih banyak bu... Habis ini saya izin ke UKS ya bu. Soalnya kaki saya pegal karena jongkok dan berdiri terus-terusan di toilet tadi"

Bu Aster: "Oh iya nak, gapapa. Nanti saya juga beritahu ke guru yang mengajar di jam berikutnya"

To Be Continued

Me and The Magic WeaponTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang