^04 Juan sakit

544 77 12
                                    

SUDAH seminggu sejak pertama kali Bia menjemput Juan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SUDAH seminggu sejak pertama kali Bia menjemput Juan.

Dalam waktu seminggu itu pula setiap pulang sekolah ia langsung berjalan ke sekolah Juan untuk menjemput anak itu.

Dan dalam waktu seminggu itu juga Bia menemani Juan di rumah sampai sang Papa pulang bekerja.

"Oy! Mau jemput anak, ya?" Riki merangkul Bia saat gadis itu ingin beranjak bangkit dari tempat duduknya.

"Jangan godain gue terus!!" Bia menghempas tangan Riki dengan kasar.

"Nah loh, ngambek dia." Giliran Gavi yang kini menakut-nakuti Riki.

Riki langsung julid, dan berjalan menuju Bia. "Sorry, Bi, gue bercanda."

Bia hanya mengangguk pelan.

"BI," panggil Gavi.

Bia menengok ke arah lelaki itu dengan malas.

"Gue anter yok, gue mau ke arah sana juga soalnya." Tumbenan si Gavi baik?

Tidak mau menyia-nyiakan kebaikan Gavi yang jarang-jarang terjadi ini, Bia langsung mengangguk setuju, lalu berjalan bersama Gavi.

Meninggalkan Riki sendirian.

Berasa ga dianggap dirinya.

"Adek lo gimana, Bi?" tanya Gavi.

"Ya gitu, ga gimana-gimana." Bia malah menjawabnya dengan ketus.

"Elah! Gue kan nanya baik-baik."

"Lo tau sendiri dia sensitifnya minta ampun kalo masalah adeknya. Apalagi ini yang nanyain orang kek elu."

Langsung ditoyor Gavi lah kepala Riki yang ngomong suka bener itu.

"Kan lo kemaren bilang kalo uang bulanan Adek lo belom dibayar, itu udah dibayar belom? Mau gue yang bayarin dulu gak?"

Bia merinding dengan sikap Gavi hari ini, jujur.

Jarang-jarang anak ini bicara serius, berbuat baik tanpa pamrih.

"Pak Hiro udah gaji gue uang muka buat bulan ini, jadi gue bayarin ke bualan Adek gue," jawab Bia seadanya.

"Tapi lo makan teratur kan, Bi? Ntar lo tambah kurus, ga enak diliat." Ini kok Riki ngeselin banget ya?

"Makan gue!! Apa?! Mau lo gue makan juga??" Sensi Bia tiba-tiba naik.

Riki langsung berlindung dibalik bahu lebar Gavi. "Serem amat temen lo, Vi."

"Temen lo juga," jawab Gavi santuy.

"Udah ayo, ntar Juan nungguin gue." Bia menepuk-nepuk bahu Gavi dengan brutal, sampai-sampai Gavi merintih.

Bia yang melihat Gavi kesakitan langsung tersenyum seolah ga ada dosa.

Gavi langsung berjalan ke parkiran untuk mengambil motornya. Sedangkan Bia dan Riki berjalan ke gerbang depan.

Papa Muda | Haruto Bahiyyih ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang