8. Luka

3 1 0
                                    

"Hahaha."

Terdengar tawa yang begitu ringan mampu membuat Bima menolehkan kepalanya ke belakang.

"Wih..ada si adik manis nih," goda Bima menatap ke belakang memandangi Asya.

Asya yang mendengar ucapan Bima hanya tersenyum hambar.
Sedangkan Arka yang mendengar ucapan Bima refleks menepuk pelan tangan Bima.

"Bercanda Ka," ucap Bima menghadap Arka dengan senyuman yang dibuat semanis mungkin.

"Gabung yuk sama adik lo," ajak Bima sedikit berbisik.

Sebelum Arka meng 'iya' kan ajakannya, Bima sudah lebih dulu menarik Arka untuk gabung dengan Asya.

"Hai," sapa Bima ramah kepada Asya.

Asya belum menyadari kedatangan mereka karena ia sibuk berbisik ah lebih tepatnya berdebat dengan Antari dengan suara pelan.

"Kakak kenapa malah ketawa?"

"Refleks."

"Ih nyebelin," kentara sekali kalau Asya sedang merajuk kepada Antari.

"Muka kaget lo lucu, makanya gue ketawa," ucap Antari santai masih dengan suara yang berbisik.

Lena yang tahu kalau mereka masih asyik sendiri membalas sapaan Bima.

"Hai juga kak," ucap Lena menjawab sapaan Bima. Lena menyikut pelan tangan Asya memberi isyarat bahwa didepannya ada kakak kelas mereka.

Asya yang sedikit terkejut, hanya tersenyum kikuk.

Mereka makan dengan canggung.
Ah lebih tepatnya Antari yang merasa canggung dengan Arka yang duduk didepannya.

Karena tak ada yang memulai percakapan akhirnya Bima membuka suara.

"Ekhem, kenalin gue Bima 11IPA2," ucap Bima memperkenalkan dirinya.

"Lena kak 10IPS1 dan ini temen aku..," balas Lena sambil tersenyum.

"Alisya Putri," potong Asya.

"Lo anak baru kan?" tanya Bima kepada Antari karena merasa kalau Antari enggan memperkenalkan diri.

"Antari," jawab Antari singkat.

"Owh Antari, kenalin gue Bima dan ini sahabat gue...," belum selesai Bima berbicara Arka sudah memotongnya.

"Arka."

Nama itu, nama yang terasa familier di telinga Antari namun ia tidak mengerti dari mana ia mengetahui nama yang mungkin sangat ia kenali.

"Lo kenapa?" tanya Bima ke Antari, karena Antari menunjukkan wajah terkejutnya dengan sangat jelas.

"Gak papa."

Rasanya Antari ingin segera pergi dari kantin ini saja, tiba-tiba ia merasakan firasat yang tidak enak.

Tak lama kemudian datanglah Mita dan teman-temannya menuju meja Arka, yah meja Antari dan yang lainnya juga.

"Hai Arka," sapa Mita kepada Arka dengan senyum semanis mungkin namun membuat yang lainnya ingin muntah untuk saat itu juga.

Arka hanya diam ia memainkan ponsel sambil sesekali melirik Antari, tanpa disadari oleh Antari tentunya.

"Pindah sana!" sinis Mita kepada Asya.

Ia sangat kesal karena Arka selalu berdekatan dengan Asya, itu yang ada dipikirannya.

"Eh main nyuruh-nyuruh aja, tempat lain masih banyak ya btw," balas Asya tak kalah sinis.

"Gue maunya disini!" nyolot Mita.

"Ya guenya nggak mau pindah, gimana coba?" tantang Asya.

"Lo ya..." sebelum Mita menyelesaikan ucapannya tiba-tiba Glasha berulah.
Menyiramkan kuah bakso yang panas ke kepala Asya.

Pyar

Bersamaan dengan pecahnya mangkok dilantai terdengar suara rintihan.

"Aakhh..sshh..sial!"

Bukan Asya yang meringis kesakitan melainkan Antari.
Antari refleks menggunakan tangannya untuk menahan kuah bakso yang ingin tumpah ke kepala Asya dengan melemparkan mangkok kesembarang arah. Namun kuahnya mengenai tangannya.

"Kak!" panik Asya melihat tangan Antari yang melepuh merah.
Bima, Lena, dan tentunya Arka terkejut akan hal itu.

"Pasti sakit," monolog Asya sambil meniup telapak tangan Antari.

"Gue nggak papa," jawab Antari menenangkan Asya.

"Lo kalau mau berulah kira-kira dong! Nggak punya otak hah? Mikir dulu!" Asya emosi kepada Glasha, ia sudah salah memilih Asya untuk dijadikan lawan.
Asya memang diam saja selama ini, karena mereka tidak melampaui batas kesabaran Asya.

Namun hari ini mereka telah melampaui batas kesabaran Asya, apalagi sampai melibatkan Antari orang yang dia sayang, terluka karena masalah sepele dengannya.

"Udah gue nggak papa."

Antari mencoba menenangkan Asya namun emosi Asya terus meledak.

Antari segera memerintahkan Lena untuk membawa Asya keluar dari kantin.

"Udah Al kita keluar dulu tenangin fikiran lo," ucap Lena kepada Asya.
Lalu membawa pergi Asya dari sana.

Yang ada di kantin hanya bisa menonton saja, siapa juga yang mau berurusan dengan Mita dan teman-temannya.

Arka yang melihat Antari menahan sakit tangannya tak tinggal diam.
Ia menarik keluar Antari dari sana, tapi sebelum keluar ia berucap kepada Mita.

"Lo kelewatan!"

╥﹏╥

Di sinilah Arka membawa Antari. UKS.
Sedangkan Bima, ia menyusul Asya yang dibawa Lena keluar dari kantin tadi.

"Duduk," perintah Arka kepada Antari.

Antari hanya menurut ia duduk di salah satu brankas uks.

Sedangkan Arka mencari-cari sesuatu. Kotak P3K.
Setelah menemukan apa yang dicari, ia kembali berjongkok dengan satu kaki menghadap Antari.

"Siniin," ucap Arka.

"Hah?" Antari tak paham.

"Tangannya siniin," jelas Arka. Ia terlihat marah namun juga khawatir.

Antari hanya menurut.
Arka mengobati luka Antari dengan sangat hati-hati.

Antari diam memperhatikan Arka dari atas, jika dilihat lagi Arka mirip seperti seorang anak kecil yang selalu muncul dimimpinya padahal ia baru bertemu Arka.

"Ah nggak mungkin," batinnya.

"Masih sakit?" tanya Arka.

Kali ini dengan tatapan yang hangat. Menatap Antari lekat.

"Sedikit," jawab Antari.

Tiba-tiba Arka menundukkan kepalanya di atas lutut Antari.
Antari kaget namun ia tak menolak, ia hanya diam.

"Jangan sampai diulang, jangan sampai terluka, nanti kalau harus berobat yang jauh lagi nggak balik-balik, nggak suka," ucap Arka pelan namun Antari masih bisa mendengarnya.

"Again?" bingung Antari.


°°°
Hai hai hai...
Makasih yang udah baca ceritanya sampai sini.
Janga lupa vote kawan-kawan and missyou all.🕊🕊
🗣 vote GRATIS.
.20/07/23.


ANTARKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang