..
"Abadi? Apa itu berarti kakakmu masih hidup?" Tanya Jonghyuk menatap kosong.
"Kemungkinan masih hidup di suatu tempat di bagian istana. Ingatan terakhirku tentang Hyung.... Dia tertangkap karena mencoba melindungiku" balas Dokja menatap sendu.
Jonghyuk kembali terdiam. "Apa itu berlaku untuk semua yang pernah mengenai darahmu?"
"Tidak. Hanya untuk yang meminumnya saja. Jika sekedar mengoleskan di atas luka itu hanya sekedar untuk pengobatan cepat. Efeknya hanya sekali"
"Berapa orang yang telah meminum darahmu?"
"...... Seingatku hanya Hyung dan Noona"
"Noona?"
"Kakak perempuanku, dia selalu kuat dan berenergi. Namun suatu hari, Noona terkena penyakit parah yang tengah menyebar kala itu. Dan karena tidak ada obat untuk menyembuhkannya, diam diam aku memasuki kamarnya dan meneteskan darahku ke mulutnya agar bisa sembuh." Ucapnya dengan tawa kaku.
"Hah... Kau seharusnya tidak membagi darahmu pada orang lain. Dan lagi, itu berarti Noonamu juga masih hidup di istana sampai saat ini?" Tanya Jonghyuk menghela nafas panjang.
Dokja menangguk dan keduanya kembali terdiam, keduanya sibuk dengan pemikiran mereka masing masing.
".... Aku hanya tidak ingin kehilangan mereka, aku tidak bermaksud-......." Gumamnya pelan sambil menunduk.
Jonghyuk menatap Dokja dan kembali mendesah pelan. Dirinya kemudian mendorong Dokja untuk segera berbaring, membuat pria kecil itu kebingungan.
"Tidur, masih ada yang harus dibahas esok hari. Kau harus memulihkan staminamu" ucapnya bangkit dari kasur. Namun saat dirinya ingin pergi, ujung bajunya di tahan oleh tangan kecil Dokja. Jonghyuk menoleh untuk melihat tatapan kosong dari pria itu.
"Kau mempercayaiku?" Tanya Dokja dengan gumaman rendah. Matanya tampak berat karena kantuk.
"Tidurlah Kim Dokja"
"Hanya kau... Satu satunya yang ku miliki sekarang" gumamnya pelan sebelum sebuah telapak tangan yang besar dan dingin menutupi pandangannya.
"Tidurlah"
Seolah olah tersihir oleh perkataannya, Dokja menutup matanya dan tertidur dengan cepat. Nafas pelan dengan dada yang naik dan turun menandakan bahwa pria itu telah terlelap. Jonghyuk menatap sebentar wajah damai itu sebelum keluar dari ruangan.
Sungguh merumitkan
.
.
[.... -Ja]
[.... -Dok ja!]
[K im Dok ja!]
Dokja seketika membuka matanya saat mendengar sebuah panggilan berat di telinganya.
[Kim Dokja!]
Pandangan Dokja tampak rabun karena mencoba menyesuaikan matanya. Tak lama kemudian dirinya langsung sadar dan segera bergumam pelan. "..... Fourth wall? Fourth wall! Kau kah itu?"
[Kim Dokja, cepat!! Tidak ada waktu!]
"Waktu? Fourth wall apa yang terjadi??"
[Segera menuju ke ruang singgasana dan temukan kepingan cawan suci! Makhluk makhluk ◼️◼️ akan mengambilnya!]
KAMU SEDANG MEMBACA
The Golden Heart [JongDok]
FanfictionPernahkan kau mendengar tentang Golden Heart? itu merupakan sebuah kisah dimana seorang pemuda yang dicintai dan dimuliakan oleh para dewa. seorang pemuda yang ditunjuk oleh Dewa Matahari untuk menjaga cawan emas dengan memberikan sebuah keabadian...