Chapter [22]

505 90 13
                                    

"Panas!"

"Berhenti berteriak karena itu tidak akan meredakan panas ini." Seru Heewon menyeka keringat yang bercucuran di wajahnya. Jihye terus mengocah tentang panas yang membara.

Dua hari telah berlalu sejak perjalanan mereka di mulai. Dan selama 2 hari itu, mereka terjebak di tengah panasnya gurun pasir. Meski menggunakan kereta, tetap saja panas yang menyengat kulit sangatlah tidak menyenangkan.

"Aku mungkin akan berubah menjadi cumi goreng...." Gumam Dokja bersandar di kereta sambil menutup mata. Kulitnya yang sensitif berubah menjadi kemerahan karena panas yang tak kenal ampun.

Gilyoung berusaha untuk tetap bangun agar dirinya tidak pingsan dan dehidrasi, sedangkan Sangah mencoba mengipas anak malang itu agar tidak terbakar (termasuk dirinya).

Adapun Jonghyuk, yang anehnya tetap terlihat tenang meski dirinya berlapis mantel dan pakaian yang lengkap. Apakah pria itu sedang mencoba menyiksa dirinya? Bagaimana pria itu bisa tahan dengan panas ini?

"Jonghyuk-ssi, kurasa kita dapat berhenti sebentar atau Dokja-ssi akan pingsan." Saran Sangah tersenyum kaku ke arah Jonghyuk. Jonghyuk menoleh ke belakang dan melihat ke arah Dokja yang memerah karena panas. Kulitnya begitu sensitif sehingga dirinya terlihat seperti mendapat demam tinggi.

Jonghyuk menghela nafasnya dan segera membawa kereta ke tempat yang penuh bebatuan besar untuk berteduh.

"Istirahat sejenak." Ucap Jonghyuk. Jihye mengangkat kepalanya dan seketika ceria karena tidak begitu panas lagi. Segeralah semua turun dari kereta untuk bernafas lega. Namun tidak untuk satu orang yang telah kehilangan semua tenaganya karena panas.

"Kau tidak turun?" Tanya Jonghyuk menatap Dokja yang masih menutup mata.

"Eum.." gumam Dokja tak bertenaga. Jonghyuk mendengus pelan. Dirinya segera meranjak dari tempatnya dan mendekati Dokja.

Jonghyuk mengangkat Dokja agar posisinya yang semula terlentang menjadi duduk bersandar. Jonghyuk segera memberi menodorkan botol minum ke arah mulut Dokja.

"Minumlah atau kau akan dehidrasi." Ucap Jonghyuk pelan. Dokja menggumamkan beberapa kata yang tidak di mengerti Jonghyuk.

Jonghyuk segera menopang tubuh Dokja dan mendekatkan ujung botol agar Dokja bisa dengan mudah menerima air masuk, namun tampaknya semua itu sia sia karena air mengalir begitu saja.

Jonghyuk mengerutkan keningnya segera menegukkan sejumlah air di mulutnya dan segera menempelkan bibirnya ke bibir Dokja, memaksa pria itu untuk menerima dan menelan semua air yang diberinya.

"Eugh! Eumph-" Dokja mengerang dan membuka matanya lebar lebar, segera meraih tangan Jonghyuk yang menahan dagunya.

Setelah merasa semua air berhasil ditelan, Jonghyuk segera melepas bibirnya dan menatap Dokja yang terengah engah dan batuk karena terkejut. Wajahnya memerah dan segeralah dia menatap mata kelam Jonghyuk yang menatap dalam dirinya.

"Jangan menyia-nyiakan setetes airpun." Ucapnya pelan sambil mengusap bibir basah Dokja dengan jempolnya. Dokja, yang matanya berubah menjadi keemasan karena tidak sengaja memberi Jonghyuk kekuatan mengangguk pelan.

Jonghyuk menarik sedikit ujung bibirnya dan segera menyuruh Dokja untuk segera turun dari kereta.

"Turun dan bergabung dengan yang lain." Ucapnya turun lebih dulu dari kereta. Dokja yang mendapat serangan dadakan masih melamun karena terkejut. Dirinya segera menggeleng kuat dan turun dari kereta untuk bergabung dengan yang lain.

.

"Oh bayi cumi, apa kau sudah bangun?" Sapa Heewon menyeringai ke arahnya. Dokja berjalan mendekat dan duduk tanpa membalas ucapan Heewon sedikitpun.

The Golden Heart [JongDok] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang