"kau tak apa?"
"Ya... Aku ba- hughh!"
"Haa.. kau tidak." Ucap Jonghyuk sambil mengelus punggung kecil Dokja.
"Aku serius, aku baik baik saja" balas Dokja menoleh dengan senyum kecil, namun itu terlihat mengerihkan karena wajahnya yang pucat dan gelap. Dia belum pernah menaiki kuda sebelumnya, dan dia tidak menyangka akan separah itu ketika berkuda di gurun pasir yang luas. Ditambah di bawah terik matahari, membuatnya semakin mabuk dan pusing.
"Bertahanlah sebentar lagi, kita akan beristirahat tepat ketika sampai di depan wilayah hutan. Tempatnya tidak jauh, bisakah kau bertahan lebih lama lagi?"
Dokja mencoba mengangkat kepalanya dan memasang ekpresi terbaiknya (meski itu pucat dan buruk)
"T-tentu saja, aku bisa menahannya"
Perkataannya sangat tidak meyakinkan bagi Jonghyuk, namun jika di tunda lebih lama lagi, mungkin akan semakin parah. Dengan pelan Jonghyuk mengangkat Dokja ke atas kuda. Setelah dirinya naik, dengan lembut dia menahan tubuh Dokja yang didepannya untuk bersandar ke dadanya dan mulai menjalankan kuda dengan pelan.
Sesekali Dokja saat tersentak saat kuda bergerak tak stabil.
"Kau baik?" Tanya Jonghyuk saat mengusap punggung Dokja dengan pelan.
"Dengan baik, kau bisa melanjutkannya" ucap Dokja mencoba menjaga keseimbangannya. Jonghyuk semakin mengencangkan tangannya yang di pinggang Dokja dan membawa kuda dengan stabil.
.
.
Setelah satu jam perjalanan, mereka akhirnya berhasil menemukan wilayah bebatuan tinggi dan curam. Dan ketika mereka melewati beberapa celah, mereka berhasil menemukan jalur masuk ke dalam hutan. Hutan tertutup oleh kumpulan bebatuan raksasa hingga untuk memasukinya harus melewati gua yang menjadi penghubung ke dalam hutan.
Dan di gua itulah mereka berhenti dan beristirahat. Dokja seketika memasang wajah lega. Dengan pelan ia turun dan bersandar di dinding gua dengan perasaam lega. Jonghyuk bergabung duduk di samping Dokja setelah mengamankan kuda.
Hari menunjukkan tengah hari, jadi mereka memutuskan untuk segera makan siang. Dokja ingat dengan perbekalan yang terdapat di cincin. Dengan cepat ia membukanya dan sekeranjang makanan muncul di atas telapak tangannya.
Dokja membuka keranjang dan berseri senang saat melihat isinya yang terdapat roti berlapis lapis.
"Apa itu kali pertamanya?" Tanya Jonghyuk terkekeh kecil saat melihat Dokja yang tertegun dan berbinar binar saat memakan roti itu.
"Hm~ aku benar benar pertama kali ini memakan makanan seperti ini" serunya bahagia. Terkadang Jonghyuk bingung. Apa pria itu benar benar seorang pangeran? Lantas mengapa dia tidak pernah mendapat makanan yang bahkan sesederhana itu. Apa dia tidak di perlakukan dengan baik?
"Apa saja yang kau makan selama ini?" Tanya Jonghyuk bergabung untuk makan, namun bedanya, dia memilih bahan bahan yang belum tersusun dan menyusunnya sendiri.
"Hm.. aku selalu mendapat roti dan susu. Mereka melarangku memakan daging. Aku tidak tau mengapa, dan aku juga tidak boleh memakan yang banyak mengandung gula." Ucap Dokja dengan dengan tangan di dagu. Sekali lagi, Jonghyuk prihatin dengan pria itu. Tidak hanya kebebasan, bahkan makannya pun dibatasi?
"Kedepannya kau akan mendapat yang lebih dari itu dan lebih enak lagi" ucap Jonghyuk. Hal itu membuat Dokja semakin berbinar dan melanjutkan makannya dengan senang.
Setelah beberapa saat, mereka memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Kali ini mereka memutuskan untuk meninggalkan kuda dalam keamanannya dan berjalan kaki menelusuri gua. Hal itu karena dinding gua yang begitu pendek hingga membuat mereka harus berjalan kaki.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Golden Heart [JongDok]
Fiksi PenggemarPernahkan kau mendengar tentang Golden Heart? itu merupakan sebuah kisah dimana seorang pemuda yang dicintai dan dimuliakan oleh para dewa. seorang pemuda yang ditunjuk oleh Dewa Matahari untuk menjaga cawan emas dengan memberikan sebuah keabadian...