"Hey, mengapa bagianku sangat sedikit?"
"Kim Dokja, berhenti membagikan makananmu dan makanlah!"
"Gilyoung-ee, apa itu bagus?"
"Mn"
"BERHENTI MENGABAIKANKU DAN TAMBAHKAN BAGIANKU KAU SIALAN!"
3 hari telah berlalu semenjak Heewon dan Gilyoung bergabung dengan kelompok. Mereka dengan cepat dapat mendekatkan diri mereka. Dan entah apa yang di lakukan oleh Sooyoung, tapi ukuran kereta menjadi lebih besar dari sebelumnya hingga bisa menampung mereka berempat.
"Aku menciptakannya menggunakan batu mana, kereta itu bisa membesar sesuai jumlah kalian. Semakin banyak, maka akan semakin membesar. Karena itu jangan khawatir mengenai kendaraan." Jelas Sooyoung dari kristal komunikasi. Mereka telah menjelaskan keadaan serta bergabungnya anggota baru.
"Kim Dokja, berikan batunya kepada Heewon." Suruh Sooyoung tiba tiba. Dokja bingung tapi dia memberikannya pada Heewon.
"Jika kau memintaku untuk mengobrol denganku maka itu ada hubungannya dengan dia bukan?" Tanya Heewon melirik pada Dokja yang sedang bersama Gilyoung.
"Apa kau juga mendengarnya?"
"Ya, suara suara aneh yang menyuruhku untuk melindunginya dan tidak berpaling darinya. Aku bahkan selalu gelisah jika berada jauh darinya." Ujar Heewon menghela nafas.
"Akupun sama, seharusnya aku ikut, tapi melihat kondisi disini, aku tidak bisa meninggalkannya begitu saja. Karena itu kutitipkan dia padamu dan bajingan itu. Jika bajingan kecil itu berbuat yang tidak tidak, pukul saja kepalanya dan seret dia."
"Heh, tentu saja." Balas Heewon terkekeh. Setelah berbincang beberapa, panggilan akhirnya dihentikan dan mereka berkumpul untuk duduk bersama.
Mereka saling berbagi informasi mengenai identitas dan masalah serta tujuan yang akan mereka capai.
"Tunggu!! Jadi legenda itu benar benar ada? Dan kau anak suci itu??!" Tanya Heewon heboh. Dokja mengangguk dengan malu, cerita tentang dirinya benar benar telah di rekayasa dan di lebih lebihkan.
"Tunggu! Jika itu terjadi 300 tahun yang lalu, berarti usiamu yang sekarang 300 lebih? Apa kau seorang kakek kakek?" Tawa Heewon blak blakan.
Dokja mendengus kesal mengembungkan pipinya sambil mengerutkan keningnya.
"Aku hanya tertidur, dan lagi meski 300 tahun telah berlewat, secara fisik aku masih berusia 28"
"Tetap saja, kau bahkan tua setahun diatasku." Ucap Heewon menyeringai, membuat Dokja semakin mengembungkan pipinya. Dia masih muda!
"Tapi hyung, apa saja yang kau lakukan saat masih menjadi anak suci?" Tanya Gilyoung mendekat ke dalam pelukan Dokja. Anak itu mulai membuka hatinya dan berinteraksi dengan yang lain, namun yang paling disukainya ialah Dokja.
Dan entah mengapa, hubungannya bersama Jonghyuk tampak tidak terlalu baik. Setiap kali mereka bertatapan, Gilyoung pasti akan menatap tidak suka dengan gertakan gigi sementara Jonghyuk akan melototinya dengan tajam. Apa dia tidak terbiasa dengan anak kecil?
Dokja menceritakan beberapa kisahnya. Setiap kali bercerita, Dokja selalu berusaha untuk menutupi tangannya yang bergetar serta rasa ketidaknyamanannya. Dan para pendengar menyadari itu segera meminta Dokja untuk menghentikan ceritanya.
Sekilas Dokja tampak bernafas lega. Namun kemudian dia segera mengganti topik dengan cawan emas. Dia mulai menjelaskan tentang pemberontakan yang terjadi, kedatangan kiamat, serta pecahan yang harus mereka kumpulkan.
"Jadi kita harus menemukan semua kepingan itu hingga bentuknya kembali dan kiamat akan tercegah?"
"Ya, kita harus. Atau sesuatu yang mengerihkan akan terjadi, yang bahkan aku sendiri tidak bisa membayangkannya." Ucap Dokja serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Golden Heart [JongDok]
FanfictionPernahkan kau mendengar tentang Golden Heart? itu merupakan sebuah kisah dimana seorang pemuda yang dicintai dan dimuliakan oleh para dewa. seorang pemuda yang ditunjuk oleh Dewa Matahari untuk menjaga cawan emas dengan memberikan sebuah keabadian...