Seks di pagi hari memang bukan sesuatu yang biasa dilakukan oleh Sofyan dan Laras. Itulah mengapa persetubuhan pagi ini terasa begitu spesial. Saat melepas suaminya berangkat ke kantor pun, Laras masih menyempatkan diri untuk mengecup bibirnya. Ia sampai tidak sadar bahwa sudah ada seorang pedagang tukang sayur dan dua orang pembeli yang melihat kejadian tersebut.
"Ciee... Bu Laras sama Pak Sofyan, masih pagi udah cium-ciuman," ledek salah seorang ibu-ibu yang sedang memilih sayuran. Diledek seperti itu, Sofyan dan Laras hanya tersenyum. Di lingkungan mereka, saling bercanda seperti itu memang sebuah hal yang biasa.
"Oh iya, sayang. Aku lupa kasih tahu, jadi kemarin aku diminta Pak Yo untuk studi banding soal akreditasi kampus ke luar kota," ujar Sofyan tiba-tiba.
"Ke mana memangnya Mas?"
"Jogja."
"Jauh banget. Terus berangkatnya kapan?"
"Besok pagi."
"Kok mendadak banget sih?"
"Soalnya kata Pak Yo narasumber yang bisa aku wawancara itu cuma bisa ketemu besok dan lusa doang."
"Yah, aku ditinggal dong," ujar Laras sambil memasang wajah sedih. "Aku jadi gak bisa dibikin enak kayak tadi pagi lagi dong."
"Nanti pas aku pulang, kamu bakal aku bikin enak sampai berkali-kali. Gimana, deal?"
"Deal."
"Cium lagi dong kalau gitu, hee."
"Mas Sofyan ihh, malu itu dilihatin sama ibu-ibu."
"Haa, bercanda Sayang. Mas pamit ya, bye."
"Bye, Mas."
Sepeda motor Sofyan pun menghilang dari pandangan Laras beberapa detik kemudian. Perempuan tersebut baru akan kembali masuk ke dalam rumah, saat ia akhirnya ingat bahwa ada beberapa sayuran yang perlu ia beli untuk stok di rumah. Ia kemudian berbalik untuk mendekati tukang sayur keliling yang tengah berhenti di jalanan depan rumahnya.
"Gimana Bu Laras, mainnya Pak Sofyan semalam joss banget neh kayaknya," ujar seorang ibu-ibu paruh baya yang tadi meledek pasangan suami istri tersebut.
"Bu Retno ini bisa saja," ujar Laras sambil tersenyum.
"Habis tadi kayaknya mesra banget, hee. Sampai cium-ciuman segala di depan rumah."
"Kan katanya suami istri tuh harus terus menjaga percikan-percikan asmara biar pernikahannya langgeng," jawab Laras.
"Nah, dengerin tuh Bu Retno... Makanya suami kamu itu diajak bikin percikan asmara, biar nggak nyari janda kembang di luar sana," ujar seorang ibu-ibu lainnya yang juga tengah berbelanja di tukang sayur tersebut.
Bu Retno tampak kesal dan mencubit lengan temannya tersebut dengan gemas. Tak lama kemudian, kedua perempuan paruh baya itu pun telah selesai berbelanja, lalu pamit untuk kembali ke rumah.
"Lho, Bu Retno sama Bu Ajeng kok udah pulang? Saya baru dateng malah ditinggal?" Protes Laras.
"Makanya besok-besok kalau serangan fajar jangan kelamaan Bu Laras, biar gak kesiangan belanja sayurnya, hahaa ..."
Laras hanya tersenyum mendengar ocehan mesum ibu-ibu komplek tersebut. Keakraban seperti itu adalah salah satu hal yang membuat perempuan cantik itu merasa betah tinggal di rumah yang ia tempati sekarang. Meski sering berkomentar aneh, tetapi penghuni komplek itu tidak pernah membicarakan orang lain di belakang, setidaknya setahu Laras begitu.
Meski tinggal sendirian, Laras tetap melanjutkan kegiatannya memilih-milih sayur untuk ia beli. Namun aktivitas tersebut terhenti saat namanya dipanggil oleh seseorang.