"Bu Yasmin kenapa?" ujar Pak Bas sambil menatap wajah Yasmin yang masih berbaring di ranjang hotel. "Kok gigit-gigit bibir begitu, sambil merem-merem?"
"Sa... Saya tidak apa-apa kok, Pak. Hanya sedikit dingin saja mungkin," jawab Yasmin bohong. Pak Bas tidak boleh apapun tentang hal ini.
"Oh, mau saya kecilkan AC-nya?"
"Tidak usah, Pak. Nggak apa-apa kok."
"Jaman sekarang kita tidak boleh meremehkan gangguan-gangguan kesehatan kecil, Bu. Karena nanti kalau sudah terlambat, susah menanganinya."
Pria berusia 60 tahun tersebut kemudian berjalan mendekati tempat Yasmin berbaring, dan duduk di tepi ranjang. Melihat hal itu, jantung perempuan muda tersebut pun jadi berdebar kencang. Selain karena rangsangan yang berasal dari dalam tubuhnya, keberadaan pria lain di kamar tersebut pun membuatnya khawatir.
"Coba ibu duduk sebentar, saya mau periksa keningnya," ujar Pak Bas.
Yasmin pun menurut, karena posisi berbaring jelas akan membuatnya merasa lebih terangsang. Dan begitu ia duduk di atas ranjang, pemimpin yayasan kampus tersebut pun langsung menempelkan punggung tangannya ke kening sang perempuan.
"Hmm, tidak terlalu panas. Berarti bukan demam," lanjut Pak Bas.
Posisi mereka berdua kini sudah sangat dekat. Pak Bas tampak sedikit memajukan kepalanya ke arah perempuan yang sudah bersuami tersebut, tetapi masih dalam batas wajar. Pria tua itu bisa melihat bongkahan payudara Yasmin yang hampir menempel ke dadanya, dan semakin menggairahkan karena deru napas yang menggebu membuat dada dosen cantik itu maju mundur tidak karuan.
Mereka berdua sama sekali tidak mengeluarkan suara, selain hambusan nafas yang menderu. Satu-satunya suara yang mengisi ruangan tersebut berasal dari film yang sengaja diatur oleh Pak Bas agar tidak terlalu kencang.
"Bu Yasmin," desis sang pria tua saat melihat sang dosen muda di hadapannya bergerak mendekat.
"Pak Bas," balas Yasmin saat bibir keduanya hanya terpisah beberapa senti satu sama lain.
Pak Bas tampak kaget ketika Yasmin tiba-tiba mengeluarkan lidahnya, dan mengusap bibirnya dengan lidah tersebut. Perempuan yang masih mengenakan jilbabnya tersebut bahkan tidak hanya sekali melakukannya, tetapi terus menjilat-jilat bibir pria tua itu yang seperti membangkitkan birahinya. Sedangkan Pak Bas hanya diam saja melihat bibirnya dijilat seperti itu.
Yasmin bahkan meletakkan tangannya ke pundak Pak Bas, seakan tidak ingin sang pria tua mundur atau pergi dari hadapannya. Sang pimpinan yayasan masih tidak membalas, dan hanya mengelus-elus kepala Yasmin yang berbalut jilbab warna merah muda.
"Bu Yasmin? Apa yang kamu lakukan, Bu?"
"Tidak ada, Pak." lirih jawaban dari Yasmin.
"Lalu kenapa kamu menjilat bibirku seperti ini?" bisik
"Saya hanya mau..."
"Hanya mau apa, Bu Yasmin?"
"Saya tidak tahu apa yang saya mau, Pak. Tapi saya hanya ingin melakukan ini, nggak apa-apa kan?"
Yasmin yang sudah tidak menjadi dirinya sendiri menjadi tidak sabar. Ia bahkan mulai berani mengecup bibir pria tua yang sesungguhnya tidak ia sukai itu. Napasnya pun sudah semakin menggebu, tetapi Pak Bas tidak juga membalas kecupan tersebut.
"Bu... Kita tidak bisa melakukan ini. Saya adalah seorang suami dan ayah, tentu tidak mungkin melakukan hal yang tercela. Ibu pun sudah mempunyai suami kan?" Ujar Pak Bas. "Kita tidak bisa berzina, Bu."