Mobil Palisade berwarna hitam tengah memasuki area parkir sebuah rumah bertingkat dua. Tidak banyak yang melihat kejadian itu karena suasana komplek perumahan cenderung sepi. Namun bagi dua orang yang berada di dalam mobil, malam ini akan menjadi saat paling menentukan dalam banyak hal dan dalam berbagai perspektif.
Seorang pria tua berusia 55 tahun turun dari kursi pengemudi, sedangkan dari kursi penumpang terlihat seorang perempuan muda berusia 21 tahun yang masih dengan pakaian kuliahnya malam ini. Sang pria tua menghampiri perempuan tersebut. Sang wanita pun langsung menggamit lengannya. Mereka berdua bersama-sama masuk ke dalam rumah bagaikan suami istri yang baru saja menikah.
Begitu masuk, perempuan muda tersebut langsung menyalakan beberapa lampu agar suasana menjadi lebih terang. Sedangkan sang pria langsung duduk di atas sofa ruang tamu, seperti ingin beristirahat setelah menyetir dari kampus tempatnya bekerja.
"Saya... saya ijin mau mandi dulu di atas, Pak Dar," ujar perempuan muda tersebut sambil beranjak ke arah tangga.
"Tunggu, Safira," ujar pria tua yang bernama Darmadi tersebut tanpa bangkit dari tempat duduknya.
Safira tampak terkejut saat mendengar kata-kata dari sang rektor tersebut. Setiap kali pria tua itu membuka mulutnya, selalu saja keluar permintaan aneh yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Namun karena terpaksa, Safira pun harus bersedia melakukannya.
Contohnya saat di mobil tadi, Pak Dar meminta Safira untuk melepaskan celana panjang yang ia kenakan, hingga pahanya yang mulus dan celana dalamnya yang berwarna merah muda terlihat jelas. Karena itu, pria tua tersebut pun bisa mengelus-elus paha sang mahasiswi sepanjang perjalanan. Pak Dar begitu menikmati hal tersebut, yang terlihat dari selangkangannya yang perlahan membesar, lebih dari ukurannya yang biasa.
Namun di sisi lain, Safira harus mengakui bahwa rangsangan yang diberikan Pak Dar seperti meninggalkan kesan di hatinya. Selama menjalin hubungan dengan Arga, sang pria memang berulang kali memintanya untuk melakukan aktivitas seksual yang lebih intim, seperti berciuman mesra, cuddling hanya dengan memakai pakaian dalam, atau blow job. Namun, Safira tidak pernah mau menuruti permintaan tersebut. Itulah mengapa mahasiswi cantik itu belum pernah sama sekali merasakan kenikmatan seksual yang didapat dari semua aktivitas itu.
Ketika kini ia mendapatkannya dari Pak Dar, yang berusia jauh lebih tua dari dirinya, Safira pun merasakan sensasi aneh antara nyaman dan ragu. Nyaman karena ia memang merasakan kenikmatan saat disentuh oleh Pak Dar, dan ragu karena ia seharusnya menolak semua perlakuan tak senonoh dari sang rektor tersebut. Saat bersama Arga, mereka seperti pasangan yang tidak tahu harus berbuat apa dan terus berpetualang bersama. Saat bersama Pak Dar, Safira bagaikan dibimbing dan diberikan pelajaran yang tidak dibutuhkan.
"Iya, Pak?" Safira pun tampak tegang menunggu permintaan yang akan dilontarkan pria tua itu. "Ada apa?"
"Hmm, ternyata saya lapar. Boleh nanti sehabis mandi kamu turun ke bawah lagi dan masak makan malam?"
Safira menarik napas lega. Ternyata Pak Dar hanya minta dibuatkan makan malam. Kalau hanya itu, perempuan muda tersebut jelas bisa melakukannya setiap saat. Ia pun tersenyum manis yang tentunya ia paksakan.
"Boleh, Pak. Nanti saya buatkan. Bapak tunggu di sini ya," ujar Safira sambil berjalan menuju kamarnya di lantai atas.
Perempuan muda tersebut tidak menyadari bahwa sang pria tua yang tadi duduk di sofa ruang tamu, diam-diam mengikutinya dari belakang.
***
Saat Safira tengah diantar pulang oleh Pak Dar, mantan kekasihnya Arga sedang duduk di sebuah bar dengan pikiran yang kosong. Pria muda itu tidak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa ia tengah merasa sangat kesepian.