Pagi-pagi sekali, seorang perempuan muda berparas cantik terbangun dari tidurnya. Ia masih mengenakan tanktop dan hot pants, yang membuat tubuh seksinya terlihat jelas. Sejenak ia memandang ke sisi lain ranjang, tempat pasangannya biasa berada. Sejak beberapa hari lalu, tidak ada seorang pun yang mengisi sisi tempat tidur tersebut, dan tidak ada juga yang menyentuh tubuh indahnya selama jangka waktu itu.
Seperti ritualnya setiap pagi saat sang suami tidak berada di rumah, perempuan tersebut langsung mengambil ponsel dan menelepon pasangannya. Sehari saja tidak mengobrol, ia memang sudah merasa sangat kangen.
"Halo, Mas Sofyan," sapa perempuan tersebut.
"Halo, Laras," jawab seorang pria di ujung sambungan telepon. "Sudah bangun kamu?"
"Sudah, Mas."
"Tumben, heheh."
"Ihh, malah ngeledek. Biasanya kan aku juga bangun jam segini."
"Ya karena Mas bangun duluan, kan? Terus gangguin kamu. Hahaa."
"Dihh, aku ngambek neh."
"Huu, jangan ngambek dong istriku yang cantik, nanti nggak cantik lagi."
"Enak aja, sampai kiamat istrimu ini bakal tetap cantik tahu. Tetap banyak yang mau."
"Iya, aku percaya kok, Sayang."
"Hari ini kamu ada agenda ke mana, Mas?"
"Hmm, itu ..." Sofyan terdengar sedikit bingung, dan tidak langsung menjawab.
"Kok diem?"
"Errr, anu ... Hari ini aku ada rencana mau ke Semarang, Sayang."
"Kok ke Semarang? Bukannya Mas sekarang ada di Jogja? Mana sih yang betul?"
"Iya, saat ini Mas ada di Jogja. Tapi ada salah satu narasumber yang tinggal di Semarang, dan harus Mas temui hari ini."
Semarang? Otak Laras bekerja dengan cepat dan menemukan satu nama. "Bukannya Mas pernah bilang kalau Yasmin saat ini juga sedang ada di Semarang kan? Wah, kebetulan banget."
"I-Iya, kamu ingat saja. Mungkin kalau ada waktu setelah bertemu dengan narasumber, ya aku ketemu dia. Tapi kalau dia sibuk ya nggak jadi."
Dalam hati, Laras merasa curiga. Yasmin yang cantik dan punya asset yang berlebih itu kan...? Kok kebetulan... tapi... Ah, tapi ia tidak mau menjadi istri posesif yang selalu mengganggu suaminya saat sedang bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Apalagi, ia sendiri merasa sudah berkorban cukup banyak guna melanggengkan karir sang suami dengan cara mendekati atasannya di kampus.
"Oh, baiklah kalau begitu. Kamu hati-hati di jalan."
"Iya, Sayang. Tenang saja."
"Pulangnya kapan, Mas?"
"Besok juga aku sudah pulang."
"Asyiiiikkk ... Aku tunggu kamu di rumah ya, Sayang. I love you."
"I love you too, Sayang."
Begitu sambungan telepon ditutup, Laras pun tenggelam dalam pikirannya. Ia terdiam sejenak memikirkan apakah sang suami mengatakan hal yang sebenarnya. Atau itu ternyata hanya akal-akalan dia saja agar bisa bertemu dengan Yasmin. Tapi bukankah Yasmin yang sama-sama dosen di Universitas Jaya Abadi juga baru saja menikah. Sepertinya tidak mungkin kalau terjadi sesuatu antara mereka berdua.
Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Tiba-tiba, muncul cara bagi Laras untuk memastikan jawaban dari pertanyaan tersebut tanpa terlihat sengaja mencari tahu. Mendadak, sebuah pesan masuk di aplikasi WhatsApp miliknya.