Prolog

1.4K 65 0
                                    

Jauh dari perkotaan, disebuah bangunan tua, seorang wanita dan pria sama-sama terkulai lemah di salah satu ruangan.

Disiksa dengan berbagai cara sampai-sampai membuat mereka kini mati rasa.

Tak ada tangisan maupun teriakan, suara mereka seolah-olah tertiup oleh angin. Percuma. Mereka jauh dari lalu lalang orang lain.

Ceklek

Pintu terbuka, beberapa orang masuk ke dalam ruangan itu. Atensi mereka tertuju pada satu pasangan yang memasang wajah angkuh. Mereka mengenali kedua orang itu.

"Sangat sayang sekali bukan? Pada akhirnya kalian akan mati sia-sia." tanya wanita itu dengan senyum meremehkan. Kakinya tidak tinggal diam, dia menginjak tangan wanita yang kini memandangnya dengan ekspresi tak terbaca.

"Sepertinya kalian sudah tidak sabar menemui ajal, ya?" wanita angkuh itu mengakhiri perbuatannya dan berjalan kembali ke samping pasangannya. Bergelayut dengan manja.

"Bakar saja mereka hidup-hidup." ucap pria itu yang kini tengah mengelus bahu wanita itu dengan lembut.

Prang

Atensi mereka teralihkan keluar ruangan. Tampak siluet seorang anak kecil berlari dengan kencang.

"Ah. Sepertinya dia salah satu anak kalian bukan?"

"Bagaimana jika aku membuat mereka menderita terlebih dahulu saja? Sepertinya itu ide bagus."

"Kita mulai dengan memecahkan kebersamaan mereka." seringaian muncul diwajah keduanya.

"Baiklah, cepat lakukan tugas kalian!"

Ketika diambang pintu, wanita yang sedari tadi terkulai lemah itu berbicara seperti bisikan. Tenaga nya sudah habis.

"Anak-anak ku kuat. Suatu saat nanti mereka akan kembali bersama untuk menghancurkan kalian..."

Hanya dianggap angin lalu, mereka tak mendengarkan ucapan wanita itu.

Diluar, dibalik semak-semak mata bulat itu memandang sendu bangunan tua yang kini mulai habis dilahap oleh api.

Tak ada yang bisa dia lakukan untuk menolong orang tua nya. Dia hanya anak kecil yang tak mampu berbuat seperti orang dewasa.

"Maafkan aku.."

After RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang