Chapter 3

432 25 0
                                    

Ketiga bersaudara itu kini sedang berada diperjalanan menuju bandara.

Hari ini libur. Jalanan yang biasanya padat menjadi lebih padat.

Chenle terdiam di tempatnya, menikmati aroma petrichor karena tadi hujan sebentar. Dia juga sudah bercerita kepada sahabatnya.

Kalian ingat dengan seseorang yang diceritakan bahwa orang itu mampu meruntuhkan tembok tinggi yang dibuat oleh Chenle? Orang itu bernama Asahi, Hamada Asahi.

Tak ada yang dia tutupi dari lelaki berkelahiran Jepang itu. Asahi bahkan mengetahui masalah yang keluarganya hadapi.

Dan Asahi tadi hanya menitipkan beberapa wejangan kepada Chenle. Justru Asahi juga sedikit melakukan aksi dramatis tadi.

Jika dekat, Chenle akan menyumpal mulut lelaki itu.

Chenle duduk berdampingan dengan Jisung. Suhu badan Jisung sudah tak sepanas kemarin.

"Kau pasti mengetahui sesuatu bukan? Sesuatu yang ditutupi kepada ku."

Chenle tersenyum tipis dan menoleh pada Jisung yang memejamkan matanya. "Jangan berbicara melantur."

Percakapan mereka terhenti karena ponsel milik Renjun berdering.

"Halo?"

'...'

"Sekarang? Apa yang akan kau bicarakan benar-benar penting?"

'...'

"Baiklah aku segera menyusul."

Tut

"Jisung~ah..."

"Kenapa hyung?"

"Sepertinya kita akan berobat disini saja. Ada urusan yang jauh lebih penting.

"Baiklah tidak apa-apa."

Rencana Renjun dan Chenle yang sudah disusun pada hari itu tak dapat berjalan dengan baik. Lagi pula, pergi ke Beijing hanya akan mendapatkan masalah baru. Chenle yakin akan hal ini, karena kemarin dia menemukan sesuatu yang mencurigakan.

*****

"Hyunjin. Apa yang ingin kau sampaikan?"

"Dia masih hidup." ucap Hyunjin.

Tubuh Renjun sempat menegang. "Bukti?" tanya Renjun datar, jujur dia sangat sensitif dengan pembahasan yang satu ini.

Hyunjin mengeluarkan ponselnya, menunjukkan sebuah foto dimana seorang lelaki tengah meminum kopi disebuah kafe.

"Aku tak sengaja melihat nya. Bukan kah persis seperti dia, atau bahkan mungkin ini adalah dia?"

"Dimana?"

"New York, Amerika Serikat."

Senggang. Ruangan kedap suara dengan fasilitas VIP itu tak ada suara yang terdengar lagi.

"Kenapa tidak jadi ke Beijing Chenle hyung? Kau tau alasannya?" tanya Jisung kepada Chenle yang ada disamping nya. Mereka memilih untuk tetap berada di mobil.

"Renjun hyung mendapatkan urusan penting yang mendadak mungkin. Dia bilang juga perusahaan di Beijing sudah diurusi oleh kepercayaannya. Dan, apa kau ingin meninggalkan Jaemin hyung disini sendirian?"

Jisung hanya diam saja dengan mata yang memandang lekat ke arah Chenle.

Chenle menoleh, "Apa ada yang sakit?"

Jisung menggeleng pelan dan memilih untuk merebahkan dirinya, "Hanya sedikit pusing. Aku akan tidur saja."

Chenle pun mengangguk dan sedikit memberi ruang untuk Jisung agar anak itu sedikit merasa nyaman.

After RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang