Chapter 11

231 20 0
                                    

Haechan tak dapat menggambarkan bagaimana perasaannya ketika berada disini. Ditempat dia dilahirkan.

Terlalu rumit yang membuat dirinya bingung bagaimana mengungkapkan perasaannya.

Dia terlahir sudah banyak yang terjadi dan ia lewatkan.

*****

Itu yang selalu dipikiran oleh Haechan, anak yang baru berusia 3 tahun.

Mata nya memandang takjub pada Renjun dan Jeno yang tengah bermain sepak bola.

"WOAH RENJUN HYUNG KAU SANGAT HEBAT!!"

Dilapangan sana Renjun memandang Jeno dengan tatapan mengejek.

Jeno mendengus kesal dan berjalan menuju Haechan yang duduk bersama Mark.

"Kau ini katanya mau mendukung ku."

Haechan menatap Jeno dengan polos, "Aku hanya akan mendukung orang yang menang."

Jeno mencubit pipi gembil Haechan. "Jangan mau lagi memintaku agar membacakan dongeng sebelum tidur."

Haechan dengan mata melotot segera memukul tubuh Jeno dengan tangan mungil nya.

"Aish. Kau ini bocah yang menyebalkan!"

"Itulah yang ku rasakan dulu. Bahkan Haechan tak separah dirimu!" ucap Renjun sembari memandang Jeno dengan garang.

"Sudah-sudah. Kita harus segera pulang. Appa dan eomma akan pulang hari ini."

"YEY!! AYO JENO HYUNG GENDONG AKU!"

*****

"Hyung~ Echan ingin bermain hujan. Boleh ya?" ucap anak kecil itu dengan nada manja.

Renjun mendengus. "Kau ingin bermain hujan? Ingin sakit seperti minggu lalu, huh?"

Haechan mendelik. "Aku bertanya kepada Mark hyung bukan pada Renjun hyung."

Mark terkekeh dan mengelus surai Haechan dengan lembut. "Kalau Haechan kembali sakit bagaimana? Ingat, minggu lalu Haechan jatuh sakit karena bermain hujan-hujanan."

Mendengar bahwa dia tidak diperbolehkan oleh Mark membuat dia memilih untuk berjalan lesu menuju kamarnya.

Di dalam kamar dia duduk di dekat jendela. Dari sini rintik-rintik hujan sedikit membasahi dirinya, karena jendela yang Haechan sengaja dibuka. Dalam diamnya dia tersenyum tipis.

Terdengar suara tangisan anak dari samping kamarnya. Tentu dia tau suara siapa itu, tapi dia masih ingin berleha-leha disini.

Beberapa saat kemudian hujan reda. Menyisakan genangan air di jalanan serta daun. Haechan menghirup dalam-dalam aroma yang paling ia sukai. Petrichor.

Begitu nyaman baginya, keheningan melanda, si kecil Jaemin juga sepertinya tidak rewel lagi.

Dia tersenyum sendu dengan keadaan Jaemin. Dia dan Jaemin diperlakukan berbeda oleh ibunya.

'Aku rasanya ingin menjadi hujan saja. Dijatuhkan pun dia tak pernah marah.'

*****

"Haechan mau beli apa lagi?"

Mata Haechan sontak berbinar antusias ketika melihat boneka moomin. "Aku ingin itu."

"Boneka?" Haechan mengangguk.

"Untuk Renjun hyung!" ucap Haechan polos dengan senyuman lebar menghiasi bibirnya namun senyuman itu luntur ketika melihat ibunya yang menggeleng pelan.

After RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang