Bab 21: 3 Bulan

6.2K 543 11
                                    

3 bulan sudah berlalu. Waktu yang lama tapi terasa sangat singkat karena Aleo sama sekali tidak sadar kalau 3 bulan telah terlewati. Jika ditanya apa saja yang Aleo lakukan selama ini maka jawabannya adalah belajar, bermain, makan, mandi dan tidur.

Seperti itu secara berulang yang artinya, kehidupan monoton.

Ya, kehidupan yang monoton pasti membosankan tapi Aleo tidak merasa bosan sama sekali. Kenapa? Karena keluarganya yang selalu membuat drama- maksudnya, kegiatan tertentu.

Contohnya sekitar beberapa hari yang lalu. Alan dan Aleo tengah bersantai-santai di taman belakang mansion berdua saja, tapi tiba-tiba Rune muncul dan ikut bersantai bersama mereka. Sebenarnya tidak ada masalah sama sekali jika Rune ikutan tapi Rune dan Alan malah beradu argumen yang mengakibatkan telinga Aleo sakit.

Apa yang diperdebatkan juga tidak jelas karena Rune dan Alan berdebat tentang 'siapa yang lebih pantas untuk bersantai bersama Aleo'.

"Makanya kau itu tidak pantas!" Bentak Alan dengan jari telunjuknya menunjuk langsung ke wajah Rune.

"Apa?! Kau yang tidak pantas! Dan simpan jari telunjukmu itu kau bocah durhaka!"

"Ha! Apanya durhaka, kau yang jahat! Bodoh!"

Setelah itu keduanya akan mulai melempar pukulan dan tentu saja Aleo harus melerai mereka.

"Ha~ nggak lagi deh aku biarin Kak Alan sama Kak Rune berdua," sesal Aleo dalam batinnya.

Bukan hanya Alan dan Rune yang seperti itu, sebab ada Erick dan Zayn yang juga sering berdebat. Contohnya sekitar 2 minggu yang lalu, Aleo yang baru kembali dari jalan-jalan memberikan kue dan menyajikan teh untuk Zayn, namun Erick tiba-tiba datang dan mengganggu.

"Kakek, coba ini! Rasanya manis tapi tidak terlalu manis jadi Kakek tidak usah khawatir soal diabetes." Aleo menyodorkan sepiring kue ke depan Zayn yang tengah membaca koran.

Zayn mengambil sendok dan memakan sesuap kecil kue itu, senyum lembut muncul di wajahnya. "Dari mana Baby membelinya?"

"Dari kafe tempatku dulu bekerja, enak kan?" Zayn mengangguk dan membiarkan Aleo menyeduh teh untuknya.

"Ternyata begini rasanya kalau punya cucu berbakti," syukur Zayn dalam batinnya.

Tiba-tiba saja sesosok pria tampan dengan setelan jas menghampiri keduanya, itu Erick, dia kemudian merangkul Aleo dan dengan gemas mengusak rambut yang lebih muda.

"Kok cuma Kakek yang dapat kue, itu nggak adil kan, Aleo?" Kata Erick dengan senyum manisnya tapi senyum itu membuat Aleo gemetar.

Zayn yang memperhatikan Aleo gemetaran pun menendang kaki Erick. Tidak masalah jika Erick sedikit manipulatif tapi akan bermasalah jika Erick mencoba memanipulasi Aleo. Karena bisa saja ada perang antar keluarga nanti.

"Kalau Kak Erick mau nanti aku belikan juga, tapi nggak sekarang nggak papa?" Tanya Aleo canggung. Bukannya apa tapi Aleo masih tidak terbiasa dengan Erick, mungkin karena hawa kehadirannya.

"Tapi Kakak maunya sekarang, gimana dong?" Erick dengan lancar mengerucutkan bibirnya, dia cemberut, bukannya imut jatuhnya malah horor.

Duak!

"Akh-"

Erick menatap kesal Zayn yang dengan santai menendang kakinya. Kesal akan sikap kakeknya, Erick pun diam-diam menyenggol meja kecil di samping Zayn, akibatnya teh yang belum jadi itu tumpah mengenai pakaian Zayn.

"Cucu *****!!! Kalau cemburu ya usaha dong ****! ****, dasar durhaka!"

(Disensor demi kebaikan Aleo:)

AleoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang