Edward berjalan cepat tapi stabil. Saat ini, hanya dengan mengandalkan senter ponsel, Edward menjelajahi rumah hantu. Sebenarnya sudah ada beberapa pekerja yang mencoba menakuti-nakutinya tadi, tapi karena tidak berhasil jadinya para pekerja itu meninggalkannya sendiri.
Sakit kalau dicuekin:(
Tap tap
Tidak adanya suara membuat pendengaran Edward yang tajam mudah menangkap pergerakan. Jadi langkah kaki yang baru saja didengarnya tidak mungkin langkah kakinya sendiri mengingat seberapa ringannya Edward menapak.
Itu juga bukan Aleo atau entahlah siapa namanya Edward tidak tahu (Noah), sebab dia yakin kalau memang itu langkah kaki keduanya pasti terdengar terburu-buru karena berlari.
Merogoh saku di balik jasnya, yang merupakan tempat pistolnya terletak, Edward menarik ke luar pistol dan mengarahkannya ke salah satu arah. Sesuai dari mana suara itu berasal.
Kehati-hatian dalam bergerak juga suasana mencekam menimbulkan perasaan intens dalam diri Edward. Rasanya berbahaya, tapi terasa menyenangkan untuknya.
Tepat pada saat itu Edward melihat sosok serba hitam dengan pisau di tangan kanan. Sosok itu kecil.. juga hening.
Dan-
BAA!!!
Sosok itu berlari dengan cepat menuju Edward dengan pisau mengarah ke depan, gagal akan rencana awal untuk menusuk Edward sosok itu segera mundur kembali ke kegelapan.
Saat itulah, setelah Edward melihat tekniknya yang blak-blakan tapi juga sunyi, Edward ingat bahwa sosok itu bukanlah musuh melainkan kawan.
"Ke luar kau, Elena."
"Haha," tawa melengking segera menghilangkan suasana sunyi dan segera seorang perempuan imut ke luar dari kegelapan. "Senang bertemu denganmu lagi, Edward."
[][][]
Sementara itu di sisi Aleo dan Noah, yang sekarang sudah ke luar dari rumah hantu, sedang melihat kerumunan orang di salah satu wahana. Itu wahana rollercoaster.
"Ada apa di sana?" Noah mengangkat bahunya lalu bertanya pada salah seorang gadis yang lewat.
"Oh itu, sedang ada syuting drama dan karena itu dramanya Frederick jadi tidak heran." Setelah mengatakan itu gadis itu pergi tanpa membiarkan Noah berterima kasih.
"Ternyata Frederick..."
Noah kemudian menoleh dan mendapati wajah Aleo yang sekarang berkerut. "Aleo, ada apa?"
"Ternyata orang menyebalkan yang datang. Huh, lebih baik tidak bertemu," keluh Aleo dengan tekad untuk tidak bertemu Frederick.
Aleo menggeleng. "Tidak ada, ayo kita istirahat dulu sambil menunggu Kak Edward dan kakakmu."
"Yah okelah, kita tunggu kakakmu, jangan tunggu kakakku dia paling sudah bersenang-senang dengan kekasihnya saat ini." Noah kemudian memimpin jalan menuju salah satu bangku taman yang tersedia.
Setelah duduk Noah mengeluarkan permen dan memberikan satu ke Aleo, sambil memakan permen dia berkata, "Omong-omong Aleo, kamu sekolah di mana?"
"Aku..."
Tidak mungkin bagi Aleo mengatakan dia 'calon' anak sekolah, lagipula MPLS sudah lewat dan akan memalukan untuk mengatakannya, jadi Aleo berbohong.
"Aku di sekolah swasta tapi nanti mau pindah ke SMA Hidrom."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aleo
General Fiction[Slow Update] Aleo. Itu nama si pemuda yang tidak yakin dirinya yatim piatu atau bukan. Karena yang bisa dipastikannya adalah dia sebatang kara. Dan entah kesialan atau keberuntungan, semenjak Aleo memberikan selembar lima ribu kepada seorang laki-l...