Edward tidak pernah sekalipun tersenyum. Itu fakta.
Sejak kecil, entah karena tidak adanya kemampuan berekspresi, Edward tidak pernah sekalipun membuat raut wajah yang jelas, dalam artian ekspresinya selama ini datar-datar saja. Makanya ketika Edward menyadari dirinya tersenyum-tipis-saat melihat tingkah Aleo, dia tertegun.
Rasanya tidak mungkin dan sangat mustahil untuk dipercaya malah.
Sebenarnya Edward sudah mengamati Aleo selama beberapa bulan anak itu tinggal di sini, tapi mau dipikirkan bagaimanapun juga Edward tidak mengerti, apa yang spesial dari Aleo?
Padahal dulu ada orang dengan sesuatu yang spesial-menurut Edward, tapi tidak pernah sekalipun dia tersenyum padanya, berbicara panjang dengannya saja tidak. Yah, Edward juga belum pernah berbicara dengan Aleo, sih.
Pokoknya, Edward tidak pernah tersenyum pada orang spesial itu, mungkin karena apa yang spesial dari orang itu adalah kemampuan membunuhnya. Anehnya orang-orang di sekitar Edward selalu tersenyum pada orang itu, katanya sih orang itu lucu dan manis, jadi Edward yang tidak pernah senyum kepada orang itulah yang dianggap aneh oleh orang-orang.
Waktu itu karena tidak tahan dianggap aneh sebab tidak tersenyum, Edward pun menculik orang itu dan mengurungnya. Hasilnya orang-orang di sekitar Edward tidak pernah tersenyum lagi dan tidak pernah lagi menganggap Edward aneh karena tidak tersenyum.
Edward senang dengan hasil itu jadi dia terus mengurung orang itu sampai-sampai orang itu gila dan bunuh diri, dia tidak sedih dengan kematian orang itu namun...
Namun Edward tahu dengan pasti bahwa saat pemakaman untuk orang itu diadakan, dia merasa sangat senang. Dan perasaan senang itu sama dengan yang dirasakan Edward saat melihat Aleo.
Intinya, Edward tidak tahu apa yang spesial dari Aleo tapi dia senang.
[][][]
Saat ini Edward sedang berada di balkon kamarnya dengan Aleo. Mungkin karena ini lantai 3 dan lokasi mansion ada di pegunungan, Aleo merasa angin menerpanya dengan kencang. Dan angin keheningan memenuhi lingkungan balkon itu.
"Um, Kak Edward, kenapa nggak ikut main tadi?" Aleo menanyakan ini karena tadi saat bermain Uno, Frederick sempat mengajak Edward tapi ditolak dengan cepat.
"Malas."
Oh.
Aleo kembali terdiam.
"K-kak Edward?" Edward menoleh lalu menatap Aleo tajam-tidak, itu hanya perasaan Aleo saja.
Faktanya Edward menatap Aleo dengan lembut tapi mungkin karena ekspresinya datar dan tegang ditambah mata phoenixnya, jadi Aleo beranggapan seperti itu.
"Hadeuh, kok mau ngobrol aja kayak mau ujian, menegangkan," keluh Aleo dalam batinnya.
"Apa?"
"K-kakak besok ada urusan?" Edward menggeleng.
"Kalau begitu besok kita pergi ke World Fantasy, boleh? Aku mau ke sana dari dulu tapi kayaknya kurang seru kalau sendiri makanya aku ajak Kakak. Kakak bisa?"
"Bisa."
Mendengar itu Aleo yang senang menerbitkan senyum terbaiknya. Senyum itu sangat menyilaukan dan disaat yang sama sangat manis.
[][][]
Sama seperti Aleo yang senang, Edward saat ini juga senang meski tidak terlihat dari wajahnya. Karena setelah beberapa bulan akhirnya Freya tertangkap dan keluarga Ederson jatuh. Butuh waktu yang cukup lama untuk Erick akhirnya merebut perusahaan milik keluarga Ederson, tapi hasilnya sepadan karena selain kejatuhan salah satu musuh, Scottravis dapat menangkap Freya yang bersembunyi di bawah sayap Ederson.
Ibaratnya, satu kali dayungan satu dua pulau terlewati.
"Sekarang tinggal membersihkan para sampah saja," batin Edward.
"Sepertinya kau sedang senang ya, Edward." Seru Richard pada Edward yang kini tengah merokok di dalam kantornya.
"Hm."
"Gini nih kalau punya anak sebelas dua belas sama es batu," keluh Richard mengingat nasibnya.
"Besok pergilah ke Kota Micsoft, ada proyek baru yang berhasil kita dapatkan." Richard pikir Edward akan berdehem atau sekadar mengangguk seperti biasanya, tapi ternyata Edward sama sekali tidak merespon dan malah melamun.
"Edward?"
"Suruh yang lain saja."
"Ok- eh? Kenapa? Tumben sekali."
Edward tersenyum. "Aku ada urusan lain besok."
Richard terperangah dan hanya mengangguk, sementara itu Edward sudah ke luar dari kantornya.
Edward tidak pernah sekalipun tersenyum lebar. Itu fakta.
Tapi untuk pertama kalinya dalam 25 tahun hidupnya, hari ini Edward tersenyum lebar.
•
.
.
.
ţò be continuedFYI:
Micsoft: Microsoft.
World Fantasy: Plesetan dufan.Contoh phoenix eye:
Btw,Don't forget your comment, see you😘~
KAMU SEDANG MEMBACA
Aleo
General Fiction[Slow Update] Aleo. Itu nama si pemuda yang tidak yakin dirinya yatim piatu atau bukan. Karena yang bisa dipastikannya adalah dia sebatang kara. Dan entah kesialan atau keberuntungan, semenjak Aleo memberikan selembar lima ribu kepada seorang laki-l...