Xavier hendak pergi ke luar untuk merokok saat dia dihampiri oleh Richard, Zayn, dan Alan. Dia sudah mendengar kabar kalau yang lain akan menyusul, tapi Xavier tidak menyangka bahwa Alan juga akan ikut karena pada dasarnya anak itu bukanlah orang yang akan peduli. Bahkan ketika Edward saat itu sekarat pun Alan tetap bermain dengan temannya.
"Sepertinya Aleo memang eksistensi yang spesial untuknya," pikir Xavier.
"Bagaimana keadaannya?" Tanya Richard dengan penampilannya yang berantakan, jelas sekali dia datang ke rumah sakit terburu-buru.
"Cukup buruk. Tenang saja dia terselamatkan sekarang sedang beristirahat." Langsung saja helaan napas lega memenuhi koridor rumah sakit.
"Richard kau lakukan prosedur pemindahan rumah sakit Aleo, Xavier kau ikut denganku dan Alan ... terserahmu saja." Alan berseru senang mendengar keputusan tepat Zayn, menurutnya.
Sesuai dengan titah Zayn, Richard pun menelepon adiknya, Alfred, untuk prosedur pemindahan rumah sakit tempat Aleo akan dirawat. Sementara itu sekarang Xavier dan Zayn tengah berada di mobil membicarakan tentang kejadian yang baru saja terjadi.
"Bagaimana wanita itu?" Tanya Zayn sambil menyalakan rokoknya.
"Keluarga Ederson benar-benar mengakuinya kembali sebagai bagian mereka dan sepertinya dia juga bersekongkol dengan gangster," Xavier kemudian lanjut menjelaskan dan Zayn mendengar sambil menyahut beberapa kali.
"Urusan gangster aku serahkan padamu, untuk Ederson ... biar kupikirkan caranya."
"Oh ya, bagaimana dengan lahan itu?"
"Erick sudah mengurusnya."
Mendengar Zayn mengucapkan nama cucunya dengan bangga membuat Xavier mendengus kesal. Bisa dibilang Xavier iri karena Zayn hanya memberikan pujian pada cucunya, sejak dulu. Xavier lalu ke luar dari mobil membiarkan Zayn mendekam lebih lama di sana sendiri.
Ah, ayah-anak itu masih dalam periode perang dingin.
[][][]
Seminggu telah berlalu sejak kasus penculikan Aleo terjadi.
Sekarang Aleo dirawat di RS Hydreas, rumah sakit milik pamannya yang lain yang entah siapa dia. Aleo tidak tahu karena tidak pernah mendengar atau melihat pamannya itu. Lagipula hal itu bukanlah poin pentingnya saat ini karena yang penting adalah Aleo bosan.
Sebenarnya Aleo sudah bangun sejak dua hari yang lalu dan tubuhnya sudah hampir pulih sepenuhnya, jadi tidak akan ada masalah jika Aleo pergi mencari angin dengan berkeliling rumah sakit, tapi sikap overprotektif dari Richard dan Alan membuatnya pusing.
"Kakak, sungguh, aku bosan." Keluh Aleo pada Alan yang sibuk membaca buku di sampingnya.
"Kamu belum sepenuhnya pulih." Aleo menghela napas kecewa dan menatap keluar jendela yang dihinggapi burung.
"Aku ingin ke luar." Gumaman itu dapat didengar Alan tapi sayangnya diabaikan.
Ceklek
Suara pintu yang terbuka mengalihkan perhatian kedua manusia itu dan saat keduanya mendapati sesosok pria tampan dengan jas dokter, mereka terpana. Tapi hanya Aleo yang terpana karena ekspresi Alan lebih tepat untuk disebut sebagai terkejut.
"P-paman!? Kenapa kau ke sini?"
Alfred, selaku pria yang masuk ke ruang rawat Aleo, mengangkat satu alisnya saat mendengar pertanyaan Alan.
"Jadi aku tidak boleh ke sini?"
Alan buru-buru menggeleng dan berkata, "Bukannya tidak boleh! Aku hanya.. hanya terkejut, haha."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aleo
Ficción General[Slow Update] Aleo. Itu nama si pemuda yang tidak yakin dirinya yatim piatu atau bukan. Karena yang bisa dipastikannya adalah dia sebatang kara. Dan entah kesialan atau keberuntungan, semenjak Aleo memberikan selembar lima ribu kepada seorang laki-l...