Aleo tahu bahwa saat dirinya memasuki mansion dia akan mendapat masalah, tapi tidak pernah dirinya berharap bahwa masalahnya akan separah ini.
"Daddy tidak masalah jika kamu memang ingin berpergian dengan teman, tapi untuk pulang tengah malam bahkan dengan pakaian yang jelas sekali bukan milik kamu..." Richard memulai dengan keluhan yang diiringi helaan napas berat.
"Sekarang coba jelaskan darimana aja kamu."
Mendengar perintah itu Aleo berulang kali membuka tutup mulutnya tanpa mengucapkan apapun. Perasaan gugup akibat ditatap tajam oleh keluarganya dan perasaan takut karena rasa bersalah menyelimuti. Bagaimanapun Aleo berjanji untuk pulang sebelum jam delapan malam, dan sekarang sudah jam sembilan, yang berarti dia tidak menepati janjinya.
"Aku.. bersama temanku-"
"Daddy tahu kamu sama teman kamu, kamu udah bilang itu lewat telepon tapi Daddy tanya kamu sama temanmu itu pergi ke mana aja sampai pulang telat begini."
"Uhm... aku sama temanku ada jengukin kenalannya temenku buat keperluan klub," Aleo menundukkan kepalanya. "Aku minta maaf karena udah nggak nepatin janji, aku.. keasyikan pas main sama mereka dan baju ini punya Kak Frederick tadi aku ketemu dia pas lagi beli cemilan."
Tidak pernah sekalipun Aleo berbohong selancar ini, berbohong saja hampir tidak pernah, tapi dapat dipastikan dia memiliki bakat dalam berbohong karena alasannya yang masuk akal. Tetapi tentu saja ada celah dalam kebohongannya.
"Kamu ketemu Frederick secara nggak sengaja?" Aleo mengangguk patah-patah. Tatapan tidak percaya dari Richard dan yang lain membuatnya gelisah, sementara senyum mengejek Frederick menyebalkan.
Pada saat seperti ini pun Frederick masih bisa membuatnya kesal.
"Oh, itu bener kok, tadi aku ketemu Aleo pas lagi nyelinap dari Helen."
Sahutan dari Frederick membuat Aleo mengucapkan terima kasih dalam batinnya, dan menghela napas lega. Meski masih ada sedikit keraguan dalam wajah Richard, tapi jelas duda keren itu menerima alasan Aleo yang dibantu pernyataan dari Frederick.
Lagipula bukan hal aneh kalau Frederick sering menyelinap dari Helen, manajernya.
"Hah... ya sudah kamu sekarang istirahat sana."
Selepas perintah itu diutarakan, Aleo terbirit-birit ke kamarnya. Sementara itu, Richard menatap aneh pada Frederick yang membantu Aleo keluar dari masalahnya.
"Pembohong yang sangat buruk," ujar Erick sambil terus melihat riwayat lokasi tempat Aleo berada sebelumnya dari ponselnya.
"Yah, ngelihatnya kasihan jadi terpaksa aku ikut campur." Frederick membalas tatapan pasrah Richard sembari duduk di sofa, dia duduk di sebelah Edward jadi tidak heran dia mendadak bersikap baik. Lagipula siapa yang tidak takut akan cucu ketiga mereka? Tidak ada!
"Aku udah cari tahu soal masalah yang Aleo ikuti, ini sebenarnya konspirasi dengan orang babi dari HLSE. Leon dipastikan lulus dengan nilai terbaik, dan orang babi itu punya anak yang nggak terima posisi tersebut diambil makanya mereka kerjasama dengan geng Baba buat nyelakain dia hingga nanti pas acara penerimaan penghargaan Leon nggak hadir dan posisi itu gagal diterimanya,"
"Tapi bukannya hadir atau tidaknya nanti di acara penerimaan penghargaan, mereka yang udah dipastikan lulus dengan nilai terbaik akan tetap menerima piagamnya? Meski nanti harus dikirim lewat orang lain." Sahut Rune dengan nada sedikit naik.
Rune dulunya juga mengikuti program HLSE, dan dia mengikuti program tersebut dengan adil dan makmur, jadi ketika seseorang berbuat curang dan memilih untuk melukai orang lain hanya karena program ini membuatnya kesal. Terlebih lagi korban sampai harus dirawat, sebagai calon dokter Rune tidak begitu suka memiliki pasien karena hal-hal seperti itu, dia lebih suka pasien yang memang bersalah dan butuh operasi mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aleo
Fiksi Umum[Slow Update] Aleo. Itu nama si pemuda yang tidak yakin dirinya yatim piatu atau bukan. Karena yang bisa dipastikannya adalah dia sebatang kara. Dan entah kesialan atau keberuntungan, semenjak Aleo memberikan selembar lima ribu kepada seorang laki-l...