❄️❄️❄️
Sean merasa misinya saat ini harus bisa ia realisasikan. Ia sudah mengenalkan diri dan melakukan segalanya demi seseorang yang sangat berarti. Sudah saatnya ia menarik sosok itu kembali menjadi miliknya. Tidak ada waktu lagi yang harus ia buang begitu saja, semuanya harus kembali seperti dulu.
Itu harapannya.
Pagi hari, sebelum turun untuk sarapan di restoran hotel, Sean berdiri di depan cermin kamar, menatap dirinya yang hanya mengenakan pakaian dalam. Ia mengamati tubuh, wajah dan rambut. Selama ini ia merasa sangat percaya diri dengan segala hal yang ada padanya. Warna kulit putih dan bersih, wajah dan senyum manisnya mampu menarik seseorang yang ia inginkan menjadi miliknya.
Sean merasa tubuhnya sudah sangat sempurna melengkapi kepercayaan diri untuk mendekati sosok sempurna lainnya. Dan ia sudah membuktikannya saat itu, di mana dirinya mampu menarik sosok idaman yang dilihatnya. Kini ia berharap perjuangannya tidak sia-sia. Menggapai lagi sosok yang pernah ia miliki sebelumnya mungkin tidak semudah yang dibayangkan. Namun ia tidak akan pernah menyerah. Apa pun kendalanya, ia harus menjadikan cintanya sempurna seperti waktu itu.
Dengan semangat yang mengaliri setiap pembuluh darah, Sean berdandan mengenakan pakaian terbaiknya. Ia merapikan rambut, ditata sedemikian rupa hingga menjadikan wajahnya terlihat lebih segar. Senyumnya terukir puas setelah kembali bercermin, menatap dirinya dalam tampilan kemeja biru tua yang membalut tubuh. Sebelum benar-benar keluar dari kamar, ia mengenakan mantel tebal dengan warna senada.
Berjalan turun menuju restoran hotel, mata beningnya melirik satu sosok tampan berkemeja dengan tangan dilinting warna merah anggur. Wajah tampan dan putih itu semakin kontras di atas paduan warna merah dan hitam. Pura-pura tidak melihat, ia duduk di sudut lain, membelakangi pemuda yang ia tahu melemparkan lirikan penuh minat padanya. Diam-diam Sean mengulum senyum, ia membiarkan sepasang mata itu kini memelototi punggungnya.
Sarapan itu tidak memakan waktu lama, Sean melihat pemuda tampan itu berjalan keluar, terus berlalu melewati lobi hotel. Ia tidak tahu apa yang dicari pemuda itu, namun kakinya kini mengikuti setiap langkahnya. Sekian menit ia mengikuti pemuda yang menyusuri sisi pertokoan. Menjaga jarak dua meter di belakang, Sean terus mengamati gerak gerik pemuda yang terlihat kebingungan. Sesekali pemuda itu berhenti dan melihat-lihat berbagai barang yang terpajang pada etalase toko.
Setelah merasa cukup mengikuti, Sean memutuskan untuk mendekat ketika pemuda itu berhenti di depan toko aksesoris. Pemuda itu terlalu fokus mengamati benda-benda kristal di balik kaca sehingga tidak menyadari kehadirannya.
“Hai!”
Satu sapaan mengejutkan Yibo, pemuda berbalut kemeja merah yang tanpa sadar telah diikuti. Ia menolehkan wajah, melihat pemuda manis yang sekarang ia tahu bernama Sean. Tanpa berkata-kata, ia berjalan melewati Sean dan melangkah lebih jauh menuju jalanan yang sedikit menanjak. Kedua tangan masuk ke dalam saku celana dan berjalan santai di sisi jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
K̶i̶s̶s̶ ̶T̶h̶e̶ ̶K̶i̶l̶l̶e̶r̶ [𝐄𝐧𝐝]
Mistério / SuspenseSewaktu Wang Yibo terbangun di rumah sakit Champery, ia tidak ingat siapa dirinya. Dia hanya menyadari dua hal - bahwa ia terluka karena tabrak lari dan bahwa ia melihat bayangan kematian yang mengerikan. Seorang pemuda bernama Sean mendatanginya be...