❄️❄️❄️
Yibo telah menghabiskan sebagian besar malam bergantian tertidur dan bangun dengan keringat dingin, yakin dirinya sekarat oleh mimpi buruk yang datang berulang. Setelah beberapa saat, ia mulai berharap tidak terbangun dulu untuk sementara. Atau apa pun untuk keluar dari mimpi buruk itu. Ia tidak pernah tahu seberapa buruk bayangan masa lalu menghantui lewat mimpi. Bayangan buruk itu tumbuh dan berkembang. Dalam bayangan, ia bisa melihat sorot mata kosong sesosok mayat, bisa melihat darah yang membanjir di celah-celah lantai kayu.
Sewaktu Yibo terjaga dengan sentakan mengejutkan, barulah bayangan itu hilang ditelan debu, di bawah terpaan sinar matahari pagi yang menembus jendela. Dalam keputusasaan, ia mendorong selimut dengan tangannya, berharap dengan harapan bahwa kenyataan tidak seburuk yang terlihat seperti yang ditunjukkan dalam mimpi. Tetapi apa yang lihat di balik selimut membuatnya kembali terseret dalam arus mimpi, namun ini mimpi yang lain. Tidak seburuk sebelumnya. Bahkan indah.
Yibo mengamati tubuhnya yang telanjang, menutup kembali dengan selimut. Ia menghempaskan kepala ke bantal, memejamkan mata, mengingat kembali setiap detail percintaan mereka semalam, di bawah pengaruh minuman dan juga gairah menggebu yang entah dari mana datangnya. Rasanya seperti jejak masa lalu yang tertinggal.
Sean tidak berada dalam kamar. Mungkin dia sudah pergi sarapan, atau berenang. Jam tangan miliknya tergeletak di meja nakas, ia melihat bahwa waktu sudah menunjukkan pukul delapan tiga puluh. Astaga, seharusnya ia tidur sangat lelap, tapi sekujur tubuhnya lemas dan benaknya lelah oleh gangguan mimpi buruk dan halusinasi.
Mungkin ia harus menemui dokter untuk membicarakan tentang ini. Yibo khawatir ada yang tidak beres dengan kepalanya. Ia menurunkan kaki ke lantai, berjalan tertatih menuju kamar mandi.INSEL Hospital.
Yibo berhasil menemui dokter Roy setelah menunggu satu jam. Mereka berjalan santai di halaman samping rumah sakit, di bawah udara Champery yang tetap sejuk bahkan di tengah hari.
Setidaknya jika cuaca indah, maka penjelasan Yibo tentang penglihatan yang terus berulang, dan mimpi-mimpi buruk yang sama, tidak terlalu absurd atau terdengar gila. Tetapi, mungkin sebenarnya ia sedang menuju kegilaan.
Siapa yang tahu.
Bahkan setelah penuturannya selesai, dokter Roy nampak mengulas senyum misterius.
"Jadi, apakah aku sudah gila?" tanya Yibo dengan kening berkerut.
"Tidak hingga sekarang," sahut dr. Roy santai, seraya terus berjalan lambat-lambat. Dia tertawa kecil sebelum meneruskan, “namun aku tidak tahu dirimu yang sebelumnya."
Yibo tidak menjawab, larut dalam pikirannya yang kalut.
"Kau tahu butuh waktu lama untuk memulihkan luka pada otak," ujar dr. Roy.
"Jadi, kau pikir semua hal yang aku lihat sejauh ini adalah sebuah halusinasi. Aku tidak percaya ini." Yibo menggelengkan kepala. "Apakah sungguh tidak ada yang nyata?"
KAMU SEDANG MEMBACA
K̶i̶s̶s̶ ̶T̶h̶e̶ ̶K̶i̶l̶l̶e̶r̶ [𝐄𝐧𝐝]
Mystère / ThrillerSewaktu Wang Yibo terbangun di rumah sakit Champery, ia tidak ingat siapa dirinya. Dia hanya menyadari dua hal - bahwa ia terluka karena tabrak lari dan bahwa ia melihat bayangan kematian yang mengerikan. Seorang pemuda bernama Sean mendatanginya be...