Killer 17

162 35 39
                                    

❄️❄️❄️

Sean? Benarkah? Jadi kau yang mencelakaiku? _________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sean? Benarkah? Jadi kau yang mencelakaiku?
_________

Rasa tak percaya dan pertanyaan yang terasa menyakitkan baginya membuat Yibo hanya bisa terus melayangkan tatapan kecewa dan sedih. Ingatan yang mulai tidak ia harapkan menjadi hal yang sedikit ia sesali ketika justru berhasil mengingatnya. Semua bayangan peristiwa dan kejadian dalam hidupnya kembali seutuhnya.

Ia mengingat identitasnya dengan sangat jelas. Mengingat kehidupan muramnya menjadi seorang pembunuh bayaran, mengingat pertemuan demi pertemuan dengan korban yang terkadang ia gunakan sebelum menjadi sosok tak bernyawa di tangannya. Dia seorang penjahat. Tanpa belas kasihan dan rasa kemanusiaan.

Dirinya berubah total ketika mengenal Sean, sosok manis yang menjadi kekasihnya. Dan kini, ia mengingat dirinya yang berubah menjadi seorang penulis novel. Sejujurnya, dia merasa sangat kesulitan untuk menghasilkan sebuah buku dan hanya satu yang telah meluncur di pasaran. Dan ia teringat perjalanannya ke Champery. Di saat buku pertamanya itu terbit, ia berniat untuk memberikan satu buku kepada Theo, seorang pemuda yang pernah ia temui, yang menjadi inspirasi untuk tulisan novelnya hanya karena pemuda itu mirip dengan Lin Yi.

Ingatan yang menyakitkan.

Itu yang dirasakan Wang Yibo saat ini. Ia teringat bagaimana pertengkarannya dengan Sean karena kecemburuan kekasihnya. Ia menjadi sangat tertekan dengan kehidupan baru yang ia jalani, menuliskan cerita yang ia ambil dari kisah hidupnya sendiri dalam membunuh para korbannya. Merasa tak nyaman dengan sikap Sean yang mulai posesif dan mengikutinya ke mana-mana, mengontrol dan mengawasi seolah ia seorang tersangka kejahatan.

Ia tinggal sendiri setelah pertengkaran mereka terakhir kalinya. Dengan emosi yang menguasai, ia pergi dari rumah dan menempati satu apartemen kecil untuk menenangkan diri. Yibo fokus menyelesaikan novelnya tanpa terganggu oleh siapa pun. Untuk sementara waktu, ia merasa damai tanpa kehadiran orang-orang yang mengganggu konsentrasinya. Namun untuk urusan novelnya, mau tidak mau, dia tetap berhubungan dengan Luhan demi kepentingan penerbitan, tapi ia sepenuhnya menjauhi Sean karena kemarahan yang masih memenuhi hatinya.

Ia teringat tujuannya datang ke Champery, yaitu untuk menemui Theo. Ia pun tahu sekarang mayat siapa yang berada di kamar hotelnya. Pemuda itu adalah Luhan, editornya yang sering ia temui dan ia memiliki dugaan siapa yang membunuhnya. Hanya satu orang yang memendam kebencian pada Luhan, dan orang itu adalah Sean.

“Jadi dari awal, kau sudah mengetahui siapa diriku yang sebenarnya?”

Gumaman tak percaya, sedikit tegang disertai roman muka kecewa mengiringi pertanyaan yang keluar dari bibir. Tatapan matanya tak lepas dari wajah Sean yang perlahan-lahan memucat.

“Sean, kau yang merencanakan semuanya? Kau mengetahui semuanya dari awal dan sama sekali tidak memberitahuku?”

Mungkin karena gugup, Sean semakin menambah kecepatan hingga mobil itu terus menderu dan mulai memasuki wilayah Vall de-Liez. Setelah beberapa saat, Sean berhasil mengendalikan diri dan pelan tapi pasti, laju mobil melambat seiring pijakan kaki Sean yang mengendur. Terkejut dan tegang menyergapnya ketika lagi-lagi mendengar ucapan Yibo.

K̶i̶s̶s̶ ̶T̶h̶e̶ ̶K̶i̶l̶l̶e̶r̶ [𝐄𝐧𝐝]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang