Killer 7

166 34 12
                                    

❄️❄️ ❄️

Lin Yi? Theo?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lin Yi? Theo?

Siapa lagi itu? Kenapa banyak sekali nama yang muncul? Dan siapa sebenarnya mereka?

Pertanyaan itu terus menggema di otak Yibo. Dia yakin pernah melihat sosok dengan wajah di depannya.

Dan namanya adalah Lin Yi.

Ingatan tentang percakapannya dengan dokter Roy di kala ia terbangun pertama kali kembali melintas.

Apa kau ingin memberitahu Lin Yi?

Tapi pemuda di depannya mengaku bernama Theo.

Apakah ada hubungan antara keduanya?

Yibo yakin semuanya sangat berkaitan. Tidak mungkin ada sosok yang begitu sama, dan ia pun mengenal dua-duanya.

“Apa dokter yang menyuruhmu?” Tuduhan itu langsung terlontar darinya. Ia mulai maju mendesak pemuda bernama Theo.

“Tidak ada yang menyuruhku,” Theo menggeleng tak paham, raut mukanya semakin bingung. Ia merasa sosok tampan di depannya terlihat begitu waspada, sangat jauh berbeda dengan kepribadiannya beberapa bulan lalu.

“Kenapa kau melakukan ini?” Pemuda itu memasang ekspresi sedih, sorot mata khawatir itu tertuju pada Yibo yang akhirnya berhenti melangkah setelah nyaris mendorong dirinya ke dinding.

Yibo menghela nafas panjang sesaat, kebingungan dan panik, ketakutan, semua itu membuat otaknya seakan ingin meledak. Ia kembali menatap penuh selidik.

“Apa kau tinggal di sekitar sini?” suaranya sedikit melunak.

“Tentu saja,” sahut Theo.

Helaan nafas lagi.

“Kalau begitu, aku akan mengantarmu pulang.”

“Aku bisa pulang sendiri,” Theo menolak.

“Aku tahu kau bisa. Aku sudah mengatakan, aku akan mengantarmu,” Yibo bersikeras, dengan tegas menekan setiap ucapannya.

Pemuda itu mengerutkan kening.

“Jika kau memintanya.” Bahunya sedikit terangkat. Meski dengan kebingungan yang melanda, ia mulai melangkah melewati bahu Yibo. Sesaat menolehkan kepala, mempertemukan mata mereka. Ia sedikit kecewa karena pemuda tampan itu tidak mengenalnya dan justru menatapnya dengan curiga.

Setelah memakai mantel, dengan kedua tangan di dalam saku, Yibo berjalan mengiringi langkah Theo. Sesekali kepalanya menoleh, menyapu ke sekitar mereka. Jalanan sepi yang hanya diterangi cahaya lemah lampu jalan. Ia tidak berminat membuka percakapan, hanya terus mengamati lingkungan. Dirinya masih belum sepenuhnya percaya pada pemuda di sampingnya. Di saat ingatan itu timbul tenggelam seperti kapal yang nyaris karam, instingnya yang tajam mengingatkan untuk tidak mempercayai siapa pun saat ini.

K̶i̶s̶s̶ ̶T̶h̶e̶ ̶K̶i̶l̶l̶e̶r̶ [𝐄𝐧𝐝]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang