6 : Portal

67 30 16
                                    

6 : Portal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

6 : Portal

Baru saja berpisah dari Roman dan Rona, Ovie tak henti-hentinya menengok ke belakang untuk menonton perdebatan seru kedua temannya. Sameer fokus memperhatikan sekitarnya.

"Mereka punya hubungan apa sih?" Ovie terkekeh sendiri. "Gue curiga mereka cinlok," tambahnya saat kembali menoleh ke depan.

"Mana gue tahu," jawab Sameer. Fokusnya kini tertuju pada darah yang berceceran di atas tumpukan daun kering. Jaraknya tak begitu jauh darinya. "Itu darah apaan, Vie?"

"Mana?" Ovie mengikuti arah pandang Sameer yang langsung ia temukan. Pria itu bergidik. "Darah binatang buas kali, udah yuk lanjut."

"Bentar," tolak Sameer.

Dia penasaran dengan bangkai berbulu yang jaraknya sekitar satu meter dari darah. Bangkai itu hanya terlihat sedikit sekali oleh Sameer karena tertutup dedaunan.

Sameer beranjak menghampiri darah yang rupanya menjalar ke bangkai itu. Ia terus menepis tangan Ovie yang berusaha mencegahnya.

"Sameer! Kalau tuh hewan masih hidup gimana? Mau lo diterkam?" Ovie ngeri sendiri membayangkannya.

"Udah mati, Vie," jawab Sameer. Dia menyingkap daun yang menutupi bangkai berdarah yang ternyata seekor musang.

Sameer merasa kasihan dengan kondisi bangkai musang yang sudah kehilangan kaki belakangnya. Darahnya terus mengucur keluar, menandakan bahwa kematiannya masih baru.

"Kayaknya ini ulah pemburu deh, Vie," kata Sameer saat melihat bekas tembakan di bagian belakang musang itu.

"Hah? Kok lo bisa tahu?" Ovie yang tadinya masih berdiri di tempat, kini menyusul Sameer karena penasaran.

Sameer menggunakan daun untuk menyentuh bangkai musang agar tak langsung menyentuh tangannya. Aroma bangkai itu mengundang banyak sekali lalat untuk mendekat.

Saat Ovie melihatnya, dia langsung mual.

"Kenapa harus lo mainin gitu sih? Udah, biarin aja, lanjut jalan yuk," kata Ovie sebisa mungkin menahan untuk tidak muntah. Dia menutup mulut dan hidungnya dengan telapak tangan kanannya.

"Gue nggak nyangka lo setega itu sama binatang," balas Sameer. Dia memandang Ovie tak suka.

Ovie mengernyit. "Tega gimana sih? Kan tuh musang udah mati!"

"Terus lo biarin aja gitu di sini?"

"Ya terus mau lo apain?"

AINA KACA (The Light's Stone)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang