15. Alasan Sebuah Pengorbanan

44 11 2
                                    

15. Alasan Sebuah Pengorbanan

Asap tebal mengepul di dalam ruangan gelap dan lembap. Api menyala besar membentuk sebuah dinding yang mengurung seorang lelaki tampan yang kini tak berdaya.

"Ovie!" teriak Sameer untuk yang ke sekian kali. Dia duduk dengan napas tersendat-sendat akibat terlalu banyak menghirup asap. Wajahnya pucat sekali.

"OVIE!"

Cukup! Suara Sameer hampir habis. Dia lelah terus berteriak sejak dia bangun dari pingsan beberapa jam yang lalu.

Kepala Sameer selalu sakit ketika ia berusaha mengingat apa yang terjadi sebenarnya. Terakhir kali yang Sameer ingat adalah ketika dia sedang bersama Aina Kaca. Siapa yang membawanya ke tempat ini, Sameer juga tidak tahu.

"Mungkin benar kata Ovie," gumam Sameer. "Tempat ini adalah Neraka berwujud Surga."

Dia mulai menyesali karena sudah memercayai Aina Kaca dibanding Ovie yang sejak awal tidak suka dengan tempat ini. Sameer memukul-mukul kepalanya, mengutuk kebodohannya sendiri karena sudah menyukai makhluk asing bernama Aina Kaca.

"Peri jahat memang tidak bisa masuk ke alam peri melalui portal atau menembus sihir keamanan. Kecuali---" Aina Kaca menggantung kalimatnya, membuat Sameer semakin penasaran.

"Kecuali apa?"

"Ada kekuatan lain yang menariknya masuk."

Sameer mengingat percakapannya dengan Aina Kaca malam itu. Dari perkataan Aina Kaca, Sameer dapat menyimpulkan sesuatu.

"Peri jahat memang gak bisa masuk," kata Sameer dengan suara dalam. Dia menambahkan, "Karena peri jahat itu semula ada di dalam, dan itu adalah lo, Aina Kaca."

🌼🌼🌼

Aina Kaca begitu syok melihat Sameer yang ada di depannya berubah. Dia bukan lagi Sameer yang dia temui di awal mereka bertemu.

"Siapa itu Sam?" Sameer bertanya dengan pandangan jahat pada Aina Kaca.

"Sam, ini tidak lucu!" Aina Kaca kesal.

"Ini lucu," jawab Sameer santai. "Coba bayangkan, seorang manusia dan peri tanpa sayap yang hanya ada satu di seluruh Alam Peri, jatuh cinta? Benarkah?"

Sameer tertawa lagi, tawanya kini benar-benar membuat Aina Kaca marah. Pria itu memandang kagum pada benda yang dia pegang.

"Berikan benda itu!" Aina Kaca menggertak.

"Mengapa aku harus memberikan batu cahaya yang hebat ini padamu? Memangnya kau siapa?"

"Itu bukan batu cahaya!"

Sameer berjalan menghampiri Aina Kaca lebih dekat. Dia memandang jauh ke dalam mata biru Aina Kaca yang kini menyiratkan kemarahan.

"Aku ... jauh lebih tahu mengenai batu cahaya daripada dirimu." Pria itu berbisik, setiap kata ia tekankan. "Kau terlalu bodoh untuk dibohongi, Aina Kaca."

Aina Kaca mengambil sebuah batu dan hendak ia lemparkan ke wajah Sameer. Namun, ketika batu itu melayang menuju wajahnya, pria itu mengangkat tangan. Sebuah cahaya merah padam muncul dari telapak tangannya dan ia arahkan ke batu itu, sehingga membuat batu yang Aina Kaca lempar harus tertahan di udara.

Aina Kaca bertambah kaget. Sameer yang dia kenal sebagai manusia biasa, memiliki kekuatan sihir? Memiliki sesuatu yang tidak ia punya? Aina Kaca tidak mengerti apa yang sedang terjadi.

AINA KACA (The Light's Stone)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang