8 : Hipu Travel

61 29 4
                                    

8 : Hipu Travel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

8 : Hipu Travel

Yang Sameer lihat saat ini benar-benar jauh dari dugaannya. Sebuah perahu bersayap dengan bahan dasar daun raksasa yang muat lima sampai enam orang. Perahu itu terus mengepakkan sayapnya di udara, dengan jarak setengah meter dari tanah.

"Kita akan naik ini?" Sameer memastikan. Aina Kaca menjawab dengan anggukan.

"Berarti kita terbang dong?" Ovie kegirangan. Dia terus menatap ke atas dengan tak sabar dengan mata menyipit, karena cahaya di sini lebih terang dari tempat mereka sampai.

"Ayo naik," kata Aina Kaca. Dia lalu melangkah menaiki perahu, segera duduk di kursi depan.

Sameer mengikutinya dan duduk di samping Aina Kaca. Ovie memilih duduk sendiri di belakang. Katanya biar lebih puas melihat pemandangan.

"Ada peraturan dalam mengendarai Hipu," kata Aina Kaca.

"Apa?" Sameer bermaksud bertanya tentang arti 'Hipu'.

"Kendaraan ini namanya Hipu," jelas Aina Kaca. Dia melanjutkan, "peraturan pertama dalam mengendarai Hipu adalah, jangan panik."

Ovie mengernyit, "kenapa harus panik?"

Detik berikutnya, Hipu meluncur ke atas dengan kecepatan tinggi. Kira-kira 160 km/jam, dan berlangsung hingga lima menit.

Sameer dan Ovie berteriak kencang sambil berpegangan pada tepi perahu. Angin kencang menabrak wajah mereka sangat tidak sopan, rambut mereka kuwalahan saat angin menerpa. Seluruh bulu di tubuh juga ikut berdiri.

"Untung gue nggak pingsan," celetuk Ovie saat perahu sudah mencapai kecepatan normal jauh di atas daratan.

Sameer sampai mual karena kejadian barusan. Kepalanya pusing hingga penglihatannya mengabur. Sameer membuka kacamatanya, mengelap kacanya dengan jaket timnasnya. Saat pria itu memakai lagi kacamatanya, dia tersentak ketika kupu-kupu kecil terbang lewat depan matanya.

Sameer melihat ke sekitar, jumlah kupu-kupu di atas sini jauh lebih banyak dan sangat mengagumkan. Warnanya yang beragam dan memancarkan cahaya serupa, sangat memanjakan mata.

"Kita sedang berada di ketinggian seribu kaki." Aina Kaca memberitahu.

"Serius?" Sameer tak percaya. "Kenapa pohonnya masih lebih tinggi?"

"Pohon di sini tak terjangkau, lebih tinggi dari yang kalian kira," jelas Aina Kaca.

Sameer refleks memandang ke atas, mencari puncak pohon yang ternyata memang tak bisa ia lihat. Dia merasa bersalah sudah mengira ketinggian pohon hanya tiga kali lebih tinggi dari pohon normal.

"Kita akan menemui Gaayra, pemilik suara yang tadi kalian dengar," kata Aina Kaca.

"Tadi suaranya cukup terdengar jelas dari tempat tadi," balas Sameer.

AINA KACA (The Light's Stone)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang